Chapter 7

6.1K 1.1K 80
                                    

Jungkook melangkah pelan memasuki aula dengan gugup. Sedikit menunduk dengan rona samar mewarnai pipi, Jungkook total malu saat atensi seluruh tamu berpusat padanya.

"Dia siapa? Manis sekali!"

"Aku tidak pernah melihatnya di kerajaan manapun. Apa Ia tamu spesial?"

"Cantik sekali, aaa!"

"Ck, cantikan diriku."


"Hei, cantik, kenapa menunduk begitu?"

Suara deep itu mengalun sensual memenuhi indra pendengaran Jungkook, membuat empunya mendongak dan menatap gugup sosok tampan didepannya.

"Kenapa cantik sekali malam ini, hm?"

Jarak wajah mereka kian mendekat saat pinggang si Manis direngkuh hangat. Sang Pangeran tersenyum hangat; telak terpesona melihat bagaimana manisnya sosok yang kini tenggelam dalam pelukannya.

"Mau berdansa?"

Jungkook mengangguk dengan gugup, dalam hati merapalkan ribuan terima kasih pada Azul dan Tallulah yang sudah mengajari segala hal tentang etika kerajaan, termasuk cara berdansa dengan baik.

Lantunan musik klasik khas daerah Eropa berputar memenuhi ruang aula. Kedua insan itu kini tenggelam dengan dunianya sendiri, mengabaikan tatapan memuja dari seluruh tamu undangan.


"Hey, kenapa kau sangat manis malam ini?"

Jungkook telak tersipu. Sedikit menunduk lalu menjawab, "A-ah, aku juga tidak tau."



Kembali terhanyut dalam perpaduan lantunan piano dan biola, Taehyung kembali merasa jatuh cinta dengan sosok manis yang kini pipinya masih bersemu samar. Namun ketika manik jatuh pada sosok Jihoon yang kini sedang beradu argumen dengan sang Ibu, dirinya kembali merasa terhempas dari angan.


"Jung," panggil Taehyung mengalun lembut. Jungkook sedikit mendongak dan bergumam 'ya?' pelan sekali.


"Pernikahanku dipercepat, dan aku hanya ingin mengatakan satu hal, Jung. Jika nanti aku tidak bisa membatalkan perjodohan bodoh ini, berjanjilah untuk terus menunggu. Aku akan datang padamu, entah itu karena takdir ataupun tidak. Hanya untukmu, takdir pun aku lawan."


Kalimat panjang Taehyung ucapkan yang mana kembali mempercepat kinerja jantung yang lebih muda. Detik berikutnya Jungkook menghela napas, kembali terngiang penuturan Tika tempo hari:

"Jung, Pangeran Taehyung bukan jodohmu. Ia berbeda dari kita. Kali ini saja dengarkan kataku: kembalilah ke kehidupan kita yang dulu, dan lupakan soal perasaan kolot yang kau rasakan saat ini."



Jungkook ingin berhenti. Ia yakin sosok Park Jihoon adalah orang yang tepat untuk menjadi pendamping Pangeran kelak. Jihoon bukan manusia antah berantah seperti dirinya. Sosok berkelas dengan sejuta keanggunan yang bersarang dalam ciri karakternya sudah pasti ditujukan untuk Jihoon, bukan dirinya.



"Pangeran, aku sepertinya sudah membuat keputusan."

"Keputusan apa?"



"Kau mungkin bisa melawan takdir, Pangeran, tapi kau tidak bisa hidup dalam takdir yang bukan seharusnya. Kita berbeda, perasaan kita salah, Pangeran. Terima kasih untuk perasaan indah ini."



ㅡdan Jungkook berlari menjauh dari dekapan hangat yang Ia cap menjadi favoritnya itu. Tenggelam dalam keramaian tamu undangan, Taehyung total kehilangan eksistensi si Manis.









The Island Prince | taekook ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang