Teng ... Teng ... Teng.
Suara lonceng dari jam klasik yang terpajang ruangan direktur SM University menggema memenuhi setiap sudut gedung itu.
"Aku mohon jangan," ujar gadis itu mengiba.
Bluggg ....
Tubuh mungil gadis itu terkapar, sementara mereka terlihat belum cukup puas.
"A-aku mo-hon."
Meski dia terus memohon tapi mereka dengan tak berperasaan terus menendang, memukul hingga dia hampir kehilangan kesadaran.
"Itu akibat untuk orang yang suka berkhianat," ucap salah dari mereka.
Diantara mereka seorang menatap tak tega, namun matanya memancarkan sebuah kekecewaan yang tak dapat di ungkapkan.
"Aku rasa cukup," ujarnya.
Gadis itu menatap sendu orang itu, seolah meminta pertolongan namun dia justru memalingkan wajahnya.
"Soenbae ...," ucap gadis itu lemah.
Namun dia memilih berlalu dan meninggalkan gadis itu yang di ikuti oleh yang lain.
Gadis itu menangis tanpa suara, menahan semua rasa sakit di tubuh namun tatapan sendu itu tiba-tiba berubah sebelum akhirnya kesadaran hilang.
*****
Brakkkkkkkk ....
Map warna putih yang bertabrakan dengan meja kaca menimbulkan suara yang membuat semua orang yang di ruangan itu terdiam.
"Sudah kuduga akan begini jika berurusan dengan anak-anak orang kaya," ujarnya dengan penuh emosi.
"Memangnya ada apa soenbae?" tanya Qian Kun.
"Kau tau kasus pembunuhan universitas SM di tutup," jawabnya masih dengan amarah yang berkobar.
"Kenapa?"
"Mereka bilang, kasus ini tidak punya bukti yang cukup dan kasus itu dianggap sebagai bunuh diri."
Kun coba mencerna perkataan dari seniornya.
"Berarti itu bukan kasus bunuh diri?"
"Aku pikir begitu, aku nyakin salah satu dari anak orang kaya itu adalah pelakunya."
"Lalu kasus ini benar-benar berakhir?" tanya Kun lagi untuk memastikan.
"Kecuali ada keajaiban, kasus ini benar-benar di tutup."
****
Gosip tentang di tutupnya kasus kematian Yuta menjadi semakin panas, dan mereka percaya bahwa anak-anak NCT geng memanglah pelakunya. Jika tidak untuk apa ayah mereka harus repot-repot meminta kasus itu untuk di tutup.
Mereka tetap pergi ke kampus seperti biasanya, meski tatapan orang-orang sedikit membuat mereka tidak nyaman tapi mereka bisa apa, meskipun coba menjelaskan orang-orang itu tidak akan percaya terlebih semua dugaan mengarah kepada mereka.
"Kalian dengar orang-orang terus membicarakan kita," ujar Jungwoo sambil mengamati sekitar mereka.
"Biarkan saja, mereka akan berhenti saat lelah," saut Taeyong dengan dinginnya.
Dia tidak peduli, tapi itu hanya kelihatannya. Sebenarnya dia mengkhawatirkan banyak hal termasuk yang ayahnya pikiran tentang dia hingga dengan repot-repot harus menutup kasus itu.
"Kalian duluan, aku ada urusan sebentar," ujar Taeyong.
"Kemana?" tanya Mark.
Taeyong hanya pergi tanpa menjawab pertanyaan dari teman-temannya.
***
Taeyong rupanya menemui ayahnya di ruangnya. Ya ayahnya adalah pemilik kampus ini.Tok ... Tok ... Tok.
Meski itu ruangan ayahnya dia tetap mengetuk dengan sopan, baru saat di perbolehkan masuk dia masuk.
"Ada apa?" tanya ayahnya tanpa basa-basi.
"Aku hanya ingin bertanya, apa Ayah yang menutup kasus kematian Yuta?" tanyanya.
"Iya aku melakukannya," jawab ayahnya tanpa mencoba menutupi apapun.
"Tapi kenapa ayah melakukan itu? Apa ayah pikir aku benar-benar melakukannya?"
Taeyong mencoba mengontrol emosinya meski itu sangat sulit untuk keadaanya saat ini.
"Aku hanya tidak ingin reputasiku rusak, dari pada harus memperbaiki saat sudah parah lebih baik aku mengurusnya dari awal."
"Jadi ayah tidak percaya padaku?"
"Ini bukan soal kepercayaan!"
"Terserah ayah percaya atau tidak aku tidak peduli, tapi aku bukanlah pembunuh aku akan membuktikannya."
Taeyong meninggalkan ruangan ayahnya dengan perasaan campur aduk, ada rasa sedih dan juga kecewa. Dia berpikir bagaimana orang-orang tidak berpikir seperti itu jika ayahnya sendiri juga berpikir hal yang sama.
Dia berjalan tanpa melihat apa yang ada di sekitarnya, dia menabrak siapapun yang menghalanginya. Dia tidak peduli orang-orang akan membicarakannya, saat ini pun dia sudah menjadi buah bibir semua orang di sini.
"Choseonghaminda," ucap Ah Reum yang tidak sengaja menabrak Taeyong karena asyik dengan bukunya.
Taeyong hanya menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kau ingin mati, bukannya sudah kubilang jangan muncul di hadapanku," ujar Taeyong dingin lalu dia pergi meninggalkan Ah Reum yang mematung.
***
Entah berapa botol minuman yang sudah Taeyong habiskan. Sebenarnya dia memiliki tingkat torelansi dengan alkohol yang sangat rendah tapi kali ini dia tetap memaksa meminumnya.
"Aku bukan pembunuh," rancaunya.
"Hyung kita juga percaya padamu," ujar Jungwoo.
"Kau nyakin akan tetap percaya padaku, semua orang menuduhku," ucapnya yang kian tak jelas terdengar.
"Lebih baik kita bawa dia pulang, sebelum dia semakin mabuk," ujar Jaehyun yang tidak minum segelaspun.
Mereka memapah Taeyong karena dia sudah kehilangan hampir seratus persen kesadarannya.
"Choseonghaminda," ucap gadis ber-hoodie hitam yang menabrak mereka.
"Tidak-tidak apa," saut Jaehyun lalu kembali melanjutkan perjalanannya untuk membawa Taeyong pulang.
Gadis yang wajahnya tak begitu jelas karena tertutup oleh rambut panjang itu terus menatap punggung mereka hingga mereka menghilang di balik pintu. Lalu dia tersenyum sekilas.
****
TBCBaru kali ini nulis sehari update sampai dua kali, ya mau nggak mau karena ini harus selesai dalam 30 hari dan kayanya ini bakalan panjang jadi di kebut.
Happy reading.
Vote and coment juseoyo 😉
Setiap komentar dari kalian adalah motivasi terbesarku 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me (19+)✓ END
FanfictionCerita ini mungkin tidak sesuai untuk anak di bawah 19 tahun, jadi mohon kebijaksanaanya. Terima kasih :-) Lee Taeyong, Jung Jaehyun,Kim Jungwoo, Kim Doyoung, Johnny Seo, Mark Lee adalah anggota club high class dari sebuah universitas swasta di Seou...