9

43 3 0
                                    

    Semilir angin menerpa wajah pucatku di malam yang hampa dan sunyi.
Tidak ada canda, tawa, humor, bahkan kebisingan yang mengelilingi. Hanya ada gundah dan kehambaran yang datang silih berganti. Kehampaan datang menyelimuti tatkala diri ini telah divonis mengidap penyakit yang sama sekali tidak pernah aku pikir akan menghinggapi.

    Aku mencoba menerima segala kehendak Sang Semesta, mungkin ini jalan terbaik yang diberikan-Nya, agar aku mengerti proses kehidupan yang seperti jalan mendaki dan berkerikil.

    Aku mencoba mengikuti alur kehidupan yang dibuat oleh-Nya, seperti air yang mengalir begitu saja dari hulu ke hilir. Tapi, aku hanya meminta pada Tuhan supaya tidak menjauhkan aku dari orang-orang yang ku kasihi saat ini.
Aku hanya ingin mengukir kebahagiaan bersama orang-orang yang aku sayangi sebelum ajal menjemput pergi.

     Dulu, aku berpikir mungkin keinginanku terlalu mahal untuk Engkau kabuli. Hingga Engkau meruntuhkan semua harapan, menghancurkan semua angan, meluluh lantahkan impian, mencabut asa yang tertanam. Engkau meruntuhkannya bersamaan dengan benteng pertahanan yang ku bangun untuk menutupi kepedihan. Benteng yang kini telah ambruk kala orang-orang yang aku anggap paling terkasih malah menghakimi, malah pergi menjauhi.

     Depresi yang merongrong jiwa, air mata yang tak kunjung reda bersamaan dengan darah yang mengalir dari sela hidung jua, bahkan rasa sakit yang menggerogoti nyawa hampir membuatku lupa rasa syukur pada Sang Pencipta.

      Bukan maksudku marah ataupun benci atas takdir yang Engkau beri. Hanya saja aku butuh jawaban,mengapa Engkau mematahkan secuil harapan yang dimiliki orang berpenyakitan macam diriku ini.

      Akan tetapi, sekarang aku tahu maksud semua kehendak-Mu. Kau menginginkanku menjadi orang yang kuat, tegar, seperti pohon kelapa yang ditimpa angin kencang. Bahkan kau menjadikanku orang yang istimewa daripada yang lain, seperti bunga mawar yang tumbuh ditengah semak belukar.

     Aku di sini, di dalam ruangan serba putih dan dengan keadaan tubuh yang kurus kering tak berisi, bersyukur pada takdir Sang Ilahi.

26/05
Cirebon

Rentetan AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang