Terlalu cinta

33 4 2
                                    

Kamu, kerap kali bertanya perihal rasaku yang tak pernah luntur meski ditinggalkan bertahun-tahun. Bukankah sudah berkali-kali dan beberapa kali kukatakan bahwa aku tak sanggup melupakan. Bukan hanya itu, kamu pun berulang kali bertanya apa yang aku harapkan dari orang yang mengajarkanku kehilangan. Entahlah, bahkan aku tak pernah berpikir dan tak ingin memikirkan mengapa aku bisa jatuh dalam cinta pada orang yang memberiku luka, dalam sejatuh-jatuhnya cinta.

Baiklah akan kuceritakan mengapa sampai sekarang rasa ini tetap bertahan. Kisah yang belum pernah kutulis dalam bait-bait puisi berbaris, pun kisah dibalik setiap rentetan aksara mengenai penantian yang teramat lama. Aku menemukan dia saat tangisku pecah oleh orang masa lalu yang hanya memberiku sendu; oh tidak lebih tepatnya dia yang menemukanku dengan mata sembab yang kian layu. Aku tidak jatuh cinta pada matanya, pada tubuhnya, atau pun senyum manis dari bibirnya. Namun, aku jatuh cinta pada cara dia dalam membuatku kembali tertawa.  Meski begitu, jangan pernah berpikir bahwa dia memberiku kalimat romantis atau pun dekapan yang membabat jarak hingga habis. Hanya sekadar senda gurau layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk kasih.
Ya ... Tuhan telah menakdirkan pertemuan kita yang amat sederhana pun memisahkan kita untuk waktu yang lama.

Aku bahagia menemukan dia, aku bahagia dipertemukan dengannya, aku bahagia saat menghabiskan waktu dengannya, bahkan aku tetap berusaha bahagia meski telah ditinggal pergi olehnya. Aku pun tetap bahagia menikmati penantian yang tak akan pernah membuatku lelah. Aku bahagia dalam mempertahankan perasaan hanya untuknya, aku bahagia mengusir ragu maupun jenuh yang sering mengganggu. Aku bahagia, amat sangat bahagia, dengannya ataupun tanpanya.

01/10/18
Cirebon,
ditulis saat hati merasa bimbang.

Rentetan AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang