Wonwoo bersumpah dia sudah memerah sekarang, barista tampan itu begitu dekat dengannya, dia mengangguk sebelum memakan gigitan terakhir dan melihat ke jendela di sampingnya.
"Dia menyukainya jangan khawatir, dia hanya merasa malu dengan orang asing." Jihoon menjelaskan dan Mingyu berdiri tegak sembari tertawa.
"Apakah kita masih belum berteman? Kalian merupakan pelanggan tetap di sini."
"Jihoon jangan friendzone-kan ku!" Hoshi berteriak lagi dan beberapa pelanggan memandangnya dengan tatapan aneh, untung tidak ada banyak pelanggan di Senin pagi.
"Jadi, apakah kalian ada kelas hari ini?" Mingyu bertanya pada Wonwoo, yang kemudian menggelengkan kepalanya.
"Wonwoo ada kelas setelah makan siang, dan aku sekitar jam 10 pagi."
"Kurasa kalian harus menunggu lebih lama karena ini baru jam 7 pagi, kalian datang sangat pagi." Canda Mingyu sebelum ia pergi karena kafe mulai penuh.
Jihoon memberinya kekekangan, "Tentu saja kita datang pagi, seseorang di sini ingin melihat barista tampannya sebelum para gadis mengambil alih seluruh kafe." Wonwoo memastikan untuk memberinya tatapan tajam pada Jihoon sebelum meminum cappuccino-nya yang terlupakan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Terima kasih sudah datang, datanglah kembali!" Mingyu mengucapkan selamat tinggal kepada Jihoon dan Wonwoo. Sekarang sudah 9:15 waktu yang cukup bagi mereka untuk naik bus pergi ke Universitas untuk menghadiri kelas pagi dan pergi ke perpustakaan untuk Wonwoo."Tunggu!" Hoshi melingkarkan tangganya ke bahu Jihoon dan melambai kecil pada Wonwoo.
"Apakah kau menikmati kue dengan cintaku?" Jihoon memutar matanya dan berjalan lebih cepat tetapi Hoshi berhasil menyusulnya.
"Dia menyukainya." Wonwoo mengatakan memberi Hoshi kedipan dan si barista berambut pirang itu menyeringai lebar.
"Hei Wonwoo, kenapa kamu tidak mengakui perasaanmu pada Mingyu? Maksudku, dia tidak setua itu untukmu, kau sudah berumur 20 tahun dan dia 24 tahun kalian sudah dewasa!" Hoshi menyarankan dan itu membuat Jihoon tertawa keras.
"Jika itu terjadi, Wonwoo hanya akan membuatku mengwakili pengakuan itu pada Mingyu."
"Lakukan itu padaku kalau begitu." Hoshi meraih kedua tangan Jihoon dan menatapnya dan Jihoon dengan cepat menginjak kaki Hoshi membuat barista berambut pirang itu mengerang kesakitan.
"Kalian akan terlambat untuk kelas jika kalian tidak berhenti flirting." Wonwoo bercanda dan Jihoon memberinya tatapan tajam sebelum berjalan ke mendahului mereka berdua.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Menjadi mahasiswa multimedia tidaklah mudah, proyek dan portofolio diserahkan kepada mereka setiap minggu, dan menjadi mahasiswa tahun ke-4 tidaklah membantu.Dia dan Jihoon tumbuh bersama dan memimpikan hal yang sama yaitu mengambil Media Arts tetapi untuk Jihoon Media Arts berarti membuat grafik 3D dan animasi sedangkan untuk Wonwoo Media Arts adalah jurnalisme dan fotografi. Mereka saat ini tinggal di kota kecil di bagian atas Seoul 20 menit dari kota jika naik bus.
Saat ini Wonwoo berada di luar menuju ke toserba setelah kalah di permainan Gunting Batu Kertas dengan Jihoon.
Wonwoo masuk ke dalam toko setelah merasakan sejuknya musim semi menerpa di kulitnya.
Wonwoo dengan cepat mengambil keranjang dan membeli cemilan-cemilan, seperti 4 kaleng soda dan pepero. Melihat keranjangnya untuk terakhir kalinya memastikan dia telah mendapatkan semuanya, dia berjalan ke konter, menyerahkan keranjangnya sebelum mengambil dompetnya dari sakunya.
TBC
Please vote and comment 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Coffee and Tea [MeaNie]
FanfictionDi sebuah kafe kecil di pinggir kota, ada barista terkenal yang menjadi bahan perbincangan para gadis. Sementara di sudut kafe ini setiap pagi, seorang lelaki pemalu selalu menatap sang barista dari jauh. "Kau seperti kopi yang penuh dengan kemanisa...