"APA?!"
"Biarkan mereka berkencan." Kata Hoshi saat dia bangun dari tidur nyenyaknya di samping Jihoon.
"Sang pustakawan ingin berbicara denganmu lagi nanti." Wonwoo berkata pada Hoshi dan Hoshi mendengus.
"Jangan tidur di perpustakaan lagi." Wonwoo menambahkan dan Jihoon mengetuk-ngetuk bukunya untuk mendapatkan perhatian dua orang itu lagi.
"Jihoon tenanglah, bukankah kau yang ingin Wonwoo mengakui perasaannya kepada Mingyu? Plus Mingyu juga tertarik padanya disaat pertama melihat Wonwoo dan setelah dia tahu kami berteman, dia terus bertanya padaku tentang apa yang Wonwoo suka."
"Tapi Wonwoo itu pemalu sekali dan Mingyu mungkin akan meninggalkannya sama seperti orang-orang lain." Wonwoo menundukan kepalanya dan dia mendengar Hoshi mendengus.
"Mingyu tidak seperti itu, dia baik, dan dia mudah didekati. Aku yakin dia bukan seorang playboy meski aku akui dia terlihat tampan plus dia gay."
"Dia gay?" Jihoon bertanya lagi dan Hoshi mengangguk.
"Beri dia kesempatan Wonwoo, jika Mingyu membuatmu menangis, aku akan menuangkan espresso panas ke juniornya." Kata Hoshi yang berakhir dengan ia yang tiba-tiba berteriak ketika Jihoon menginjak kakinya.
Wonwoo memberi mereka senyuman sebelum kembali membaca bukunya, dia akan mengakui perasaanya besok pagi.
Mingyu seperti kopinya, sangat adiktif.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wonwoo bangun dengan kantong hitam di bawah mata, ia tidak bisa tidur tadi malam, ia berpikir tentang Mingyu, ciumannya, sesi pengakuan perasaannya. Wonwoo mengerang keras, melemparkan selimut tebal ke atas kepalanya sebelum mengintip dari sana ketika ketukan terdengar dari pintu kamarnya."Ada apa?"
"Tidak ingin menikmati kopi, lover boy?" Jihoon memberinya cemberut dan menatapnya dalam. Wonwoo membalas tatapan itu lalu menendang selimut dan bangkit dari tempat tidurnya dan melirik jam. 7:00 pagi, kopi di Minggu pagi adalah yang terbaik terutama jika Mingyu yang membuatnya.
"Bersiaplah dan sarapan." Jihoon berkata dan berjalan keluar dari kamar Wonwoo yang kecil. Wonwoo meregangkan tubuhnya dan melihat Jihoon dengan tatapan aneh.
"Kau benar-benar memasak sarapan atau kau mau meracuniku?" Wonwoo menguap dan menggaruk perutnya di bawah baju lengan panjang merah jambunya dan mengintip ke dapur, namun bukannya Jihoon, ia malah mendapati Mingyu sedang memasak sarapan.
"Oh selamat pagi Wonw-" Mingyu menyapanya tetapi segera terpotong karena Wonwoo berlari kembali ke kamarnya dan menutup pintu dengan sedikit keras. Wonwoo terengah-engah di belakang pintu dan dia bisa mendengar Jihoon tertawa begitu keras di pagi hari.
"Wonwoo keluarlah, Mingyu membuatkan teh!" Jihoon memanggilnya dan Wonwo dengan cepat bercermin dan memeriksa dirinya sendiri. Rambut khas baru bangun tidur, kantung hitam di bawah mata, piyama lengan panjang merah muda, morning breath, sempurna, Dia sangat berantakan.
Wonwoo segera mandi dengan cepat dan tidak lebih dari 10 menit dia selesai dan menemukan baju yang pantas. Pada akhirnya dia memakai kaos putih dan celana selutut hitamnya. Dengan satu tatapan terakhir di cermin dia memperbaiki poninya dan berjalan keluar dari kamarnya bertindak seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.
Jihoon menyeringai ketika Wonwoo berjalan ke tempat makan dan duduk di depan Mingyu, di samping Jihoon. "Kenapa terburu-buru tadi?"
"Aku lupa menutup jendela di kamarku."
Jihoon mendengus membuat Mingyu dan Wonwoo menatapnya. "Wonwoo, kita tidak memiliki jendela di kamar." Wonwoo memanas karena malu dan menunduk ke pangkuannya.
"Sudahlah Jihoon, biarkan Wonwoo memakan sarapannya." Kata Mingyu sambil meletakkan telur dan bacon di piring Wonwoo sementara Jihoon tertawa dengan keras menyukai betapa Wonwoo terlihat sangat malu saat ini.
TBC
Please vote and comment 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Coffee and Tea [MeaNie]
FanfictionDi sebuah kafe kecil di pinggir kota, ada barista terkenal yang menjadi bahan perbincangan para gadis. Sementara di sudut kafe ini setiap pagi, seorang lelaki pemalu selalu menatap sang barista dari jauh. "Kau seperti kopi yang penuh dengan kemanisa...