Wonwoo menggigit rotinya sembari melirik Mingyu setiap detik, berdebat apakah dia harus bertanya padanya atau tidak. "Bolehkah aku bertanya kenapa kau di sini hari ini Mingyu?" Pada akhirnya dia bertanya tentang itu, dia sangat ingin tahu.
"Aku di sini untuk mengajakmu berkencan, bukankah itu yang dilakukan orang ketika mereka mencoba mendekati seseorang?" Mingyu mengedip pada Wonwoo dan membuatnya tersedak oleh roti.
"Hoshi mengambil alih kafe hari ini, dia akan baik-baik saja dan ini hari Minggu, kau tidak ada kelas, kan? Maksudku kau biasanya akan berada di kafe selama 5 jam selama akhir pekan ..." Giliran wajah Mingyu yang memerah dan itu membuat Wonwoo tertawa kecil, Mingyu itu memiliki sisi imutnya.
"Kafe itu pasti berantakan sekarang." Jihoon berkomentar membuat Mingyu tertawa kencang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini bukan kencan yang diharapkan Wonwoo. Saat ini, Jihoon meninggalkan mereka sendirian di apartemen dan bercanda untuk tidak mengacaukan dapur sebelum ia pergi. Wonwoo duduk di sofa kecil dengan lututnya menekan dada dan dagunya di atasnya. Mingyu sibuk menggali tasnya, mencari DVD yang dia sewa kemarin. Apakah ini yang orang lain sebut movie date? dimana mereka akan menonton film-film romantis kemudian berakhir dengan berciuman."Wonwoo?" Mingyu memanggilnya dan Womwoo langsung memutar kepalanya ke kiri, matanya melebar melihat Mingyu berada terlalu dekat dengannya, ia bahkan dapat merasakan napas Mingyu di kulitnya.
"Apakah kau baik-baik saja? Aku bertanya apakah kau mau menonton 'Best of Me'?" Wonwoo mengangguk-anggukkan kepalanya dan Mingyu tersenyum padanya lalu mengacak-acak rambutnya sebelum pergi ke DVD player dan meletakkan CD itu. Jujur, Wonwoo telah membaca novel itu sebelumnya tetapi dia belum menonton filmnya, dia harus mengakuinya cerita itu sangat sedih.
Ketika film mulai bermain, Mingyu bergegas ke sampingnya dan duduk dengan nyaman dengan tangan bersandar di belakang bahu Wonwoo. Perlu beberapa waktu untuk fokus pada filmnya saja.
30 menit kemudian Wonwoo sudah fokus kedalam film hingga tak menyadari Mingyu memperhatikannya sepanjang film. Ketika film itu akhirnya selesai, Wonwoo menyeka air matanya yang jatuh dari mata, novel itu memang sedih tetapi film ini terlalu realistis itu membuatnya menangis. Wonwoo terkejut ketika sebuah tangan menariknya dan membuatnya jatuh ke pelukkan yang lebih tua. Oh, dia harus mendengus sekarang dan juga matanya terlalu bengkak.
Dia mengubur kepalanya di dada Mingyu secara tidak sengaja hanya untuk menyembunyikan wajahnya dan Mingyu tertawa kecil lalu mengalungkan tangannya di atas tubuh Wonwoo.
"Mengapa kau menangis?" Mingyu bertanya sambil mendengarkan isakan lembut dari Wonwoo.
Pegangan Wonwoo di kemejanya mengencang. "Ceritanya sedih."
"Manisnya."
Wonwoo segera melepaskan baju Mingyu dan mencoba melepas pelukkannya tetapi lengan Mingyu menahan tubuhnya.
"Apakah kau telah menemukan jawabanmu Wonwoo?"
Alih-alih memaksa dirinya sendiri, Wonwoo membiarkan yang Mingyu memeluknya dan mengubur kepalanya di dada Mingyu lagi. "Aku menyukaimu, sudah dari lama."
"Aku tau." Mingyu menjawab dan Wonwoo menatapnya dengan tatapan bingung.
"Apa? Tidak sulit untuk menebak itu ketika seorang pria imut terus menatapmu selama bekerja dan menjadi salah tingkah setiap kali kau berbicara dengannya. Itu sungguh manis." Wonwoo memukul dada Mingyu membuatnya tertawa kecil.
"Jadi, apakah kita berpacaran sekarang?" Mingyu bertanya lagi dan Wonwoo memberinya anggukan kecil.
"Apakah ini berarti aku bisa menciummu setiap hari sekarang bukannya iri dengan mulut cangkir yang dapat menyentuh bibirmu?"
"Ap-?"
Wonwoo bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya ketika Mingyu menyatukan bibir mereka. Bibir Mingyu terasa seperti kopi.
Mingyu adalah kopinya, kopi yang mencerahkan pagi hari, dia memberi rasa manis tapi kadang-kadang kepahitan.
Mingyu menarik diri dari ciuman dan menyingkap poni yang menutupi mata Wonwoo, Wonwoo sangat cantik bahkan ketika wajahnya memerah dan menggigit bibirnya karena malu.
Wonwoo seperti tehnya, tipe yang polos, menenangkan dan menyejukkan, sempurna untuk jantungnya yang berdetak sangat cepat.
THE END.
Next one-shoot chaptered: 'My Tea'
Please vote and comment 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Coffee and Tea [MeaNie]
FanfictionDi sebuah kafe kecil di pinggir kota, ada barista terkenal yang menjadi bahan perbincangan para gadis. Sementara di sudut kafe ini setiap pagi, seorang lelaki pemalu selalu menatap sang barista dari jauh. "Kau seperti kopi yang penuh dengan kemanisa...