- BAB 7

1.4K 127 0
                                    

Aku menguap. Benar-benar aku masih sangat mengantuk.

Chanyeol mengetuk pintu kamarku lima menit sebelum jam enam, pagi.

"Nona, kita harus segera pergi ke salon," ucap Chanyeol.

"Ini masih sangat pagi," jawabku yang sebenarnya masih setengah sadar.

"Ini sudah jam tujuh nona, acaramu akan dimulai pukul setengah sepuluh, jadi tuan besar mengatakan kalau nona harus pergi sekarang," jelasnya panjang lebar.

Percayalah tadi malam aku tidak bisa tidur, memikirkan makan malam bersama dengan Jin oppa.

Tidak lama setelah itu, mobil pun berangkat ke salon ternama di Tokyo.

***

Sebenarnya aku tau kalau Chanyeol sedang menatapku, sesekali sih.

Tapi aku pura-pura saja tidak tau.

"Nona, kenapa kau terliht jelek?" tanyanya yang spontan membuatku marah.

"Aku? Jelek? Ish kau ini menyebalkan sekali."

Aku memukul-mukuli lengan tangannya.

"Makanya itu nona, cobalah untuk tersenyum, saya suka melihat nona tersenyum."

Baiklah, mukaku panas, sudah pasti kayak kepiting rebus sekarang.

"Ih... Ini semua karena kau," elakku untuk menutupi kemerahan wajahku ini.

Tidak lama kemudian, aku dan Chanyeol pun tiba di sebuah salon, bangunannya memang sangat mewah.

Aku mulai melangkah masuk dengan perasaan dan juga tatapan kagum.

Aku melirik ke arah Chanyeol, aku pikir kalau wajahnya akan senang, tapi kebalikannya, wajahnya terlihat sedih dan murung, aku tidak tau kenapa.

Aku tidak memperhatikannya lagi.

"Selamat datang nona Sowon," ucap seorang pria tapi dengan gaya berbicara selayaknya perempuan, you know lah...

"Jadi kakekmu sudah pesan kepada kami agar merias wajahmu dengan cantik tapi natural," jelasnya yang membuatku hanya mengangguk.

"Serahkan semua kepada kami."

Itu adalah penutupan pembicaraan dari kami, setelah itu aku hanya duduk diam dan dirias oleh ahli-ahli makeup dari salon tersebut, Chanyeol, dia hanya sibuk bermain handphone.

Kalau aku tidak salah menghitungnya, kira-kira aku sudah dirias selama hampir dua jam, mungkin.

"Sudah selesai?" tanyaku.

"Baiklah, sekarang kau sudah siap nona Sowon," ucap pria itu

Jujur, aku benar-benar terkejut saat melihat pantulan wajahku di cermin.

Sangat cantik.

"Kemana Chanyeol?" tanyaku seraya mengedarkan pandangan ke hampir seluruh ruangan.

"Oh... Apakah pria yang tadi duduk disana? Tadi dia keliar, sepertinya sedang mengangkat telepon," jelasnya.

Aku berterima kasih kepada mereka semua lalu menyusul Chanyeol diluar.

Awh....

Benar-benar sial bagiku. Sepatu hak tinggi yang kupakai menginjak batu kerikil yang agak besar.

Dan... Aku terjatuh.

Aku tidak memanggil nama Chanyeol, aku hanya tinggal meringis kesakitan sambil menekan-nekan pergelangan kakiku yang sepertinya terkilir.

Sesekali aku melirik ke arahnya, tapi dia tidak melihatku dan masih sibuk dengan teleponnya.

Aku mencoba untuk berdiri, tapi tetap saja sakit dan tidak bisa, akhirnya pria itupun berbalik dan langsung berlari ke arahku.

"Nona kau tidak apa-apa?" tanyanya.

Aku tidak menjawab, aku hanya mulai menangis, untung saja makeup yang aku pakai ini tahan air.

"Astaga maafkan saya nona, saya tidak melihat mu," ucapnya.

Sekarang bukan kata-kata itu yang aku perlukan.

Aku terus menangis, sampai dia menggendongku, "Kau akan jatuh lagi kalau tidak melingkarkan tanganmu di leherku," bisiknya.

Baiklah, tidak biasanya dia menggunakan kata-kata tidak formal seperti itu.

Aku hanya melingkarkan tanganku di lehernya, itu tidak salah kan?

Dia tidak berkata apa-apa lagi dan hanya membawaku masuk ke dalam mobil, untung saja tempat tadi tidak ramai, kalau ramai aku bisa langsung menjadi pusat perhatian.

"Kakimu masih sakit?"

Aku tidak menjawab, karena aku masih bingung dengan gaya berbicaranya yang menurutku sangat berbeda dari sebelumnya.

"Ahh..."

Aku memukulnya karena dia berani-beraninya menekan pergelangan kakiku yang sedang sangat sakit ini.

"Sakit tau," ucapku dingin, lebih ke teriakkan sih.

"Maafkan aku," balasnya.

Setelah itu, dia hanya mengusap lebut pergelangan kakiku ini, sampai merasa lebih baik.

"Lebih baik?" tanyanya.

"Iya, terima kasih ya," balasku.

Dia hanya tersenyum.

Dan menurutku dia terlihat sangat manis.

"Sekarang kita harus berangkat menuju tempat fansign."

Aku mengangguk.

***

Suasana di acara fansign ku ini sangat ramai, benar-benar aku terharu, melihat antusias mereka yang sangat besar.

Tidak tau lagi, aku bukan apa-apa tanpa adanya mereka yang selalu menyemangatiku.

"Aku mencintaimu semua Sowonies," pekikku ke arah mereka semua.

Sukses untuk membuat mereka semua berteriak histeris, entah itu perempuan ataupun laki-laki.

Update soon

Mr. Bodyguard✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang