- BAB 25

1.1K 85 4
                                    

Dalam perjalanan pulang, aku hanya terdiam di dalam mobil, begitu juga dengan Chanyeol, dirinya hanya fokus menyetir.

"Chanyeol," panggilku.

"Hmm..." Dia menatapku.

"Tadi itu." Aku menggantungkan kalimatku.

"Ada apa?" tanyanya.

"Eh..." Aku merasa sangat ragu untuk mengatakan hal ini.

"Katakan saja," balasnya.

"Tadi itu, apakah kau benar-benar mengatakannya?" tanyaku.

"Hah?" tanyanya.

Baiklah, aku gugup saat dia menatapku lagi.

"Tadi, yang kau katakan padaku, apakah itu serius?" tanyaku lagi.

"Yang aku bilang, kalau aku mencintaimu?" tanyanya lagi.

Ih, aku sangat kesal padanya, kenapa dia harus bertanya balik padaku, apakah dia tidak tau kalau sekarang wajahku ini akan meledak karena sudah pasti sangat merah.

Aku pun hanya mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaannya tadi.

"Haha, kenapa kau sangat lucu, wajahmu merah sayang," ucapnya seraya mengusap wajahku sekarang.

"Jangan menertawakan aku," balasku sinis.

"Kau marah padaku?" tanyanya.

"Tidak," balasku menggantung. "Tidak salah lagi maksudnya."

Bukannya terdiam, dia malah tertawa, aku menatapnya sinis, mengerucutkan bibirku ke depan, menyatakan kalau aku kesal dengannya.

"Jangan membuat bibirmu seperti itu kalau tidak mau aku cium nantinya," ucapnya yang membuatku membelalakkan mata.

"Apa kau bilang? Ih menyebalkan," ucapku gemas seraya memukul-mukul lengan tangannya.

Dia hanya tertawa.

Tidak lama setelah perbincangan tadi, akhirnya kami berdua pun tiba di rumah.

Ehm, aku tidak membuat acara ulang tahun yang besar, acara ulang tahunku ini hanya sebatas keluarga dan pelayan-pelayan lain.

"Astaga kalian dari mana saja?" tanya Pak Jihoon yang selesai membukakan gerbang utama untuk ku dan Chanyeol.

"Hehe." Aku hanya bisa tertawa begitupun dengan Chanyeol.

Setelah selesai memarkirkan mobil. Aku dan Chanyeol langsung berjalan masuk ke dalam rumah, di dalam sudah ada keluargaku, teman-temanku dan juga pelayan yang lainnya.

"Ihh selamat ulang tahun untukmu Sowon," ucap Sinb seraya memeluk diriku.

"Wah terima kasih karena kalian berlima sudah datang," ucapku yang merasa sangat senang saat melihat kelima temanku itu datang.

"Sowon, kau habis dari mana saja sayang?" tanya Ibu.

Aku pun langsung menoleh ke arah Chanyeol yang saat ini hanya menundukkan kepalanya.

"Ehm, Chanyeol tadi membawaku ke sebuah tempat, dia bilang kalau itu adalah hadiah darinya," jawabku.

Chanyeol langsung menoleh ke arahku, begitu juga denganku, dia tersenyum padaku, begitu juga dengan diriku yang tersenyum padanya.

"Ah ya sudah, sekarang Sowon akan meniup lilinnya," ucap Ayahku.

Sebuah kue ulang tahun berwarna biru muda selaras dengan warna gaunku itu keluar dengan indahnya, dengan lilin berangka 17 yang menyala.

Aku merasa sangat bahagia.

Ibuku memegang kuenya, lalu aku mulai menutup mata, membuat harapanku.

Aku berharap keluargaku akan menjadi keluarga yang haromis.

Aku berharap umurku panjang dan sehat selalu.

Aku berharap untuk kesuksesan diriku dan keluargaku.

Dan. Aku berharap kalau Chanyeol akan tetap bersama denganku.

Lalu, aku pun membuka mataku diikuti dengan senyuman yang lebar, lalu dalam hitungan ketiga, aku pun meniup lilin itu, berharap Tuhan akan mengabulkan harapanku itu.

Tiba-tiba ponselku berdering, menampilkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Keluarlah sebentar akan ada kejutan besar.

Itulah isi pesan yang aku baca, karena rasa penasaran aku pun keluar dari dalam rumah.

Chanyeol mengikutiku dari belakang, dia terus bertanya padaku ada apa, tapi aku tidak menjawabnya, aku terus mencari siapa yang mengirimkan pesan padaku.

Sampai di ujung jalan, aku melihat seorang wanita menggunakan jas hitam, masker hitam, dan juga topi hitam, dia melambaikan tangannya untuk memanggilku.

Aku pun secepatnya berlari ke arah orang itu, sampai aku tak sadar kalau dari sebelah kananku ada sebuah truk besar yang sedang melaju.

"SOWON!!!"

Suara itu adalah suara terakhir yang aku dengar sebelum aku tidak bisa merasakan lagi seluruh tubuhku.

Truk besar itu menghantam tubuhku, aku merasa seperti sehelai kertas yang di lempar ke dalam api yang menghanguskan.

Tubuhku remuk.

Aku masih bisa melihat walaupun hal itu terlihat samar-samar, pertama adalah banyak orang yang mengerumuni diriku, dan Chanyeol yang langsung menopang tubuhku, aku berkata jujur jika aku mengatakan kalau aku tidak bisa merasakan lagi tubuhku ini.

Air mataku mulai berlinang, tak tau lagi, apakah, apakah Tuhan tidak ingin mengabulkan harapanku itu?

Mataku dan Chanyeol bertemu, suara mobil ambulan terdengar samar olehku, saat itu juga aku bertanya kepada Tuhan.

Kenapa Tuhan masih membiarkan aku sadar?

Kenapa Tuhan tidak langsung membuatku mati saja saat ini juga?

Aku tidak sanggup, aku tidak sanggup melihat pria yang kini menopangku bersedih, aku tidak sanggup melihat betapa tertekannya kedua orang tuaku nanti.

Aku tidak merasakan apakah mobil ini melaju dengan cepat ataukah pelan, aku terus menatap ke arah Chanyeol, aku menatapnya seperti ingin mengatakan kalau aku tidak sanggup lagi.

"Sowon, tolong kuatkan dirimu," ucapnya. Di balik kalimatnya itu, pasti tersirat makna yang begitu dalam. Tapi tidak berpengaruh padaku, diriku tidak sanggup lagi menahan semua ini, yang aku tau, perban di kepalaku harus diganti karena sudah penuh dengan darahku.

Seluruh pandanganku yang tadinya buram, sekarang menjadi gelap.

Update soon

Mr. Bodyguard✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang