- BAB 24

1.1K 99 7
                                    

Satu minggu setelah upacara pemakaman Kakek.

Hari ini, tepatnya di sore hari yang indah ini, aku berdiri tegak, memandang pantulan diriku di depan cermin.

Tubuhku yang terbalut gaun biru muda selutut, dengan berbagai hiasan yang menghias gaun yang sedang ku kenakan sekarang ini.

Aku mencoba untuk mengukir senyuman di wajahku, senyuman yang berusaha aku ukir dengan setulus hatiku, mencoba untuk menghilangkan kenangan- kenangan masa lalu yang tidak baik, dan mencoba untuk menggantikannya dengan kenangan baru diusia yang baru ini juga.

Aku mengambil tas kecil yang berada di atas meja riasku itu lalu melangkah keluar.

"Halo Sowon," sapa Chanyeol yang tiba-tiba menyapaku.

Tapi, dari cara dia menyapaku dia terlihat seperti terkejut, terkejut karena keberadaan diriku.

"Kau kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak apa-apa Sowon," jawabnya, yang ku anggap itu adalah bohong.

"Kenapa dengan kedua tanganmu?" tanyaku yang menyadari kalau dirinya seperti menyembunyikan kedua tangannya.

"Kenapa bisa?" tanyaku yang langsung mengambil salah satu tangannya, yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Ku lihat telapak tangan kirinya tergores benda tajam dan mengakibatkan luka yang agak dalam.

"Ini tidak apa-apa Sowon," ucapnya lagi.

"Akan aku obati," ucapku seraya membawanya masuk ke dalam kamarku.

Selama aku mengobati tangan Chanyeol, sebenarnya aku agak merasa canggung di saat seperti ini, Chanyeol terus menerus menatapku.

"Jangan menatap ku seperti itu," celetuk diriku tanpa melihatnya.

"Memangnya kenapa? Apakah melihat orang yang aku sayangi itu salah?"

Setelah mendengar ucapannya barusan, aku berhenti membalut lukanya dengan perban, aku mendongkak untuk menatap wajahnya.

Aku pun tidak menanggapinya lagi, lalu cepat-cepat menyelesaikan tugasku itu.

Setelah selesai, dia langsung menarikku keluar dari dalam kamar.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ikut saja padaku, acara ulang tahunmu belum mulai kan?" tanyanya.

Itu benar, acara ulang tahunku akan dimulai dua jam lagi.

"Belum, masih dua jam lagi," balasku.

Aku bingung, dirinya tiba-tiba langsung menarikku untuk masuk ke dalam mobil.

"Kita ingin kemana?" tanyaku.

"Nanti kau akan tau," jawabnya yang membuatku kesal.

Selama perjalanan aku hanya duduk diam, memandang keluar jendela, sedangkan Chanyeol sibuk menyetir, kami berdua diselimuti keheningan.

Tiba-tiba dirinya memberhentikan mobil, di tengah jalan.

"Kenapa kau berhenti di sini?" tanyaku terkejut.

"Ini adalah jalan tersembunyi, belum banyak yang tau tentang jalan ini, jadi tidak masalah jika aku memberhentikan mobil di sini," jawabnya.

"Aku baru tau kalau di Seoul ada jalan tempat seperti ini," ucapku.

Aku berjalan mengelilingi sekitar, sejuk, damai, tempat ini penuh dengan cinta, aku rasa seperti itu.

Sedikit lagi matahari akan terbenam, dan percayalah, akan terlihat sangat indah jika dilihat dari tempat ini.

Chanyeol menarik tanganku untuk naik ke atas batu yang agak tinggi.

Dia membantuku.

Kami berdua terdiam menikmati pemandangan yang luar biasa ini, matahari yang sudah mulai turun.

Warna oranye membuat hatiku tenang, aku menghirup udara yang sangat segar ini, aku menutup kedua mataku, mencoba menenangkan pikiranku.

Hingga matahari itu terlihat sejajar dengan diriku dan Chanyeol.

Aku menoleh saat Chanyeol memegang kedua tanganku.

Aku menatapnya, matanya benar-benar membuatku merasa tenang, kami berdua bertatapan cukup lama.

Entah kenapa kini hatiku terasa akan melompat keluar.

"Apakah kamu bisa menjadi milikku?" tanyanya.

Aku tidak menjawab apa-apa, aku mulai tertunduk.

"Aku tidak menduga hal ini akan terjadi sejak awal kita berdua bertemu," lanjutnya.

Salah satu tangannya mengangkat daguku dengan sangat lembut.

"Aku jatuh cinta. Aku mencintaimu Sowon," ucapnya lembut.

Aku tidak tau harus berbuat apa, aku bahkan tidak menyuruh bibirku ini untuk mengukir senyum, tapi senyuman itu terukir dengan sendirinya tanpa ku pintah.

Dia membuatku terkejut saat dirinya menarik diriku untuk mendekat, lalu, dia mencium pipi kiriku bersamaan dengan terbenamnya matahari itu.

Aku membeku saat itu juga, tidak ada niatku sedikit pun untuk menghindar, aku membiarkan dirinya melakukan hal itu.

Setelah hal itu selesai, aku benar-benar salah tingkah.

Aku berusaha untuk menutup wajahku ini, tapi Chanyeol malah melarang aku untuk melakukan hal itu.

"Selamat ulang tahun untukmu sayang," ucapnya berbisik padaku seraya menyisihkan beberapa helaian rambutku ke belakang telinga.

Ku pikir dia tidak peduli pada ulang tahunku, ternyata dia mengucapkan hal itu di saat yang terlalu indah bagiku.

Tak ingin aku melupakan ini semua.

Update soon

Mr. Bodyguard✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang