- BAB 8

1.4K 115 6
                                    

"Apakah harus secepat itu?" tanyaku seperti tidak menerima sebuah pernyataan yang baru saja diucapkan

"Iya sayang, jadwalmu di Korea sangatlah padat," balas Ibuku.

"Ya sudah terserah kalian saja," balasku pasrah.

Aku langsung berjalan masuk ke dalan kamar, melirik koperku, lalu menghembuskan nafasku dengan kasar, sebagai tanda tidak terima kalau harus pulang kembali ke Korea malam ini.

Tok...tok...

"Apakah ada yang bisa saya bantu nona?" tanya Chanyeol setelah aku membukakan pintu untuknya.

Sejak setelah fansign itu selesai, gaya bicaranya kembali seperti semua lagi, baku. Hal itu membuatku sangat kesal, karena ya aku lebih suka gaya bicaranya yang seperti kemarin.

"Tidak ada," jawabku.

"Apakah ada yang bisa aku bantu Sowon?" tanyanya mengulang tapi dengan gaya bicara yang berbeda.

Astaga apakah dia bisa membaca pikiranku?

Kenapa dia jadi mengerikan seperti ini?

"Tidak ada," jawabku lagi dan tetap mempertahankan wajah datarku.

"Hey apa yang kau lakukan?"

Aku hanya diam memperhatikan dirinya merebut koper dari tanganku.

Sebenarnya aku bisa mengambil koperku itu dari atas lemariku, tapi dia yang ingin membantuku.

"Aku bisa sendiri," ucapku.

"Bagaimana kalau koper ini menimpa dirimu?" tanyanya.

"Ya tidak apa-apa," balasku.

"Aku tidak mau hal itu terjadi padamu, aku tidak ingin kau kenapa-kenapa," lanjutnya.

"Ish aku ini, kau kira aku anak kecil?" tanyaku yang kini sedang melayangkan pandanganku ke arah lain.

"Kau memang masih kecil Sowon."

Sudah, aku diam.

"Sekarang, bereskanlah pakaianmu," ucapnya lalu pergi keluar.

Aku menghela nafasku dengan tidak percaya, dia tidak sedang sakit kan?

***

"Ibu, apakah aku harus mengisi liburan sekolah ku ini dengan jadwal-jadwal padat itu?" tanyaku pada Ibu.

"Sudah kewajiban mu sayang," jawabnya.

"Oh iya, Jin mengundangmu ke acara ulang tahunnya," celetuk Ayahku yang dari tadi terdiam.

Aku yang dari tadi murung langsung menjadi bersemangat saat mendengar pernyataan yang baru saja Ayah ucapkan.

Seketika perjalanan menuju bandara langsung menjadi bersinar pada gelapnya malam ini.

"Bukannya dia sedang berada di Jepang?" tanyaku.

"Dia sudah balik ke Seoul," jawab Ayahku.

Aku hanya senyum-senyum sendiri seraya melihat jalanan malam ini.

Tidak terasa kalau kita semua sudah sampai di bandara, dingunnya udara malam membuatku sedikit menggigil, aku lupa memakai jaket tebal, dan aku malah menggunakan baju sabrina dan juga celana pendek.

"Eoh,"

Aku merasa terkejut saat tiba-tiba sebuah benda halus dan juga tebal menempel di pundakku.

"Kau pasti kedinginan kan?" bisiknya di telinga ku.

Aku tidak menjawab dan hanya menunduk.

Dia melepaskan jasnya dan memakaikan nya kepadaku.

"Apakah kau tidak dingin?" tanyaku saat aku berhasil mengejarnya dengan sedikit langkah kecil.

"Tidak jika kau merasa sebaliknya," jawabnya yang membuatku bingung.

Aku mengernyitkan pelipisku, mencoba untuk mencerna perkataannya barusan.

"Apa kau bilang?" tanyaku.

Dia menghela nafasnya, "Tidak jika kamu merasa hangat," ulangnya dengan lebih jelas.

Aku hanya terkekeh pelan dan membulatkan bibirku menjadi serupa dengan 'O'

Setelah itu, kami pun naik ke atas pesawat, saat sudah dipanggil.

Aku berjalan lebih dulu, dan Chanyeol mengikutiku dari belakang, entah kenapa dia harus berjalan seperti itu.

***

Seoul, 2018

"Bangun nona, sebentar lagi pesawat akan mendarat," bisik seseorang di telingaku.

Aku menyipitkan mataku yang belum terbuka sepenuhnya.

"Dimana ini?"

Aku mendengarnya tertawa kecil saat aku bertanya seperti itu.

"Kau tidak ingat?"

Aku baru teringat kalau aku sudah kembali ke Seoul dan sekarang sedang berada di dalam pesawat.

"Aku melihat jam tanganku, ini jam 8," lirihku.

Aku pun mencoba untuk bangun sepenuhnya, dan tatapan berhenti saat melihat Chanyeol menatapku, tidak bisa aku jelaskan seperti apa.

"Apa kau tidur dengan nyenyak?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Bagaimana denganmu?" tanyaku balik, dan dia hanya tersenyum.

Tidak lama setelah itu, pramugari pun menyampaikan kalau kita akan mendarat sekitar dua puluh lima menit lagi.

Aku pun sedikit bersiap-siap, seperti menyisir rambutku.

"Wah nona Sowon, kau sudah bangun ya, tadi malam sepertinya kau tidur dengan sangat nyenyak di pundaknya," ucap salah satu pramugari saat memberikanku air mineral.

Aku hanya melihatnya lalu tersenyum.

"Apa tadi malam aku tidur di pundakmu?" tanyaku.

"Iya," jawabnya.

"Kenapa kau tidak membangunkan aku?"

Dia hanya tersenyum.

"Kau sangat lelah," ucapnya.

Tidak lama setelah itu, pemberitahuan kalau pesawat kami ini akan mendarat pun terdengar, tidak butuh waktu lama, kami sudah tiba di bandara Seoul.

Aku berjalan keluar lebih dulu, lalu diikuti oleh Chanyeol dan juga kedua orang tuaku.

"Chanyeol," panggil seseorang.

Update soon

Mr. Bodyguard✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang