Aku berlari sekencang mungkin, mengerahkan seluruh tenagaku pada tungkai. Napasku memburu ketika gedung aula yang menjadi tujuanku terlihat di depan mata.
Aku telat! Gila!
Persetan dengan jetlag semalam yang membuatku tidur terlalu nyenyak di hotel. Salah juga alarm di meja nakas yang error dan tidak bunyi pada waktunya saat aku sadar waktu di Indonesia tidak sama dengan di Korea Selatan.
Aku segera menyerahkan persyaratan kepada penjaga yang ada di lobi depan. Setelah selesai, aku kembali lari terbirit-birit ke aula tujuanku.
Ketika aku sampai di depan pintu besar dan mendorongnya, aku muncul di bagian belakang di antara deretan kursi yang terisi penuh. Mereka-yang sibuk dengan kameranya melambai kearah tujuh lelaki di balik meja dan satu persatu mulai meninggalkan aula.
Yah... ini kedua kalinya...
Aku gagal mengikuti fansign.
Pertama kalinya itu karena aku ketinggalan pesawat, dan aku tahu itu alasan yang bodoh untuk dikatakan memang. Disaat orang-orang tidak akan melewatkan kesempatan emas, aku dengan mudahnya malah melewatkannya karena masalah sepele. Aku pula yang menganggap enteng bila aku berangkat sehari sebelum fansign 'PUMA' dimulai. Jadi intinya, percuma kupakai Turin ini sejak aku berangkat dari Jakarta.
"Hei! Min Rara!"
Aku melongok ke asal suara yang lembut disampingku. Pandanganku menemuka sesosok gadis bersurai sebahu mengenakan kaus putih lengan pendek tetapi kebesaran, jeans pendek adalannya yang memperlihatkan kaki panjangnya, tidak lupa Turin yang bertengger di kakinya.
"Kemana saja kau? Kau melewatkan kesempatan emas! Lihat? Bangtan baru saja pergi!"
"Iya aku tahu Miss Han Seunji. Aku mengalami jetlag tadi malam. Pesawatku landing jam lima pagi tadi. Jadi kupikir lebih baik tidur sebentar."
Han Seunji memberengut sambil berkacak pinggang. Ya, aku memang tahu aku ini orang yang paling payah mencari alasan dan bisa kutebak reaksi yang Seunji akan berikan kepadaku.
"Dimana kameramu?" tanyaku.
Seunji itu seorang masternim atau biasa disebut fansite dari Park Jimin. Ia memulai pekerjaannya empat tahun lalu. Aku bertemu dengannya ketika aku gagal pergi ke fansign saat era You Never Walk Alone. Dari situ, aku mulai berteman baik dengannya walaupun kami terpaut jarak bermil-mil dari Jakarta ke Seoul.
"Ada pada temanku," Seunji menunjuk kearah deretan kursi kedua dari belakang, disana terdapat temannya memeriksa satu persatu foto yang diambil seorang Han Seunji. "Hasil fotoku sempurna hari ini." lanjutnya.
"Oh ya, Kau tahu? Tadi Hoseok mengusap rambutku! Itu sangat romantis bukan?" Seunji menambahkan sambil terkekeh.
Aku pun menanggapinya sambil terkekeh. "Kurasa ada yang akan marah setelah ini."
"Oh ayolah, dia tidak akan marah. Mereka kan sudah hidup bersama selama tujuh tahun bukan?" Jawabnya sambil lalu, mengabaikan ucapan serius dariku. "Nah, sekarang apa yang akan kaulakukan, dear?"
-o0o-
Gadis itu berjalan dengan langkah berat menuju belakang gadung tempat fansign tadi. Halte bus yang menjadi tujuannya masih terlihat jauh remang-remang karena sinar matahari di jam dua belas siang yang membuatnya juga susah untuk membuka mata.Setelah ia putuskan, akhirnya ia memilih kembali ke hotel. Ia datang ke Seoul hanya untuk fansign tadi yang dilewatinya dengan enteng, tetapi terasa begitu berat setelahnya. Walaupun ia punya niatan lain tiga hari berada di seoul untuk berbelanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Oneshoot Compilation
Fanfiction[BAHASA] It's a shortfic casted by BTS 🏅Highest rank🏅 #62 in Fanfiction (180622)