"Just for today, i promise i won't go."
"Taehyung, toiletnya tidak berubah."
"Apakah kau kesini hanya untuk memandangi toilet perempuan? Pertemuan pertama kita?"
Soo An tertawa renyah, kini tubuhnya masih setia kupapah supaya tak ambruk kapanpun. Kami berada di lorong sekolah setelah bertemu guru yang kami kenal masih setia rapat di hari libur.
"Itu memalukan, tidak ingin kuingat lagi. Tetapi saat kau melihatku linglung, aku tak dapat melupakannya." Ucapku seraya berjalan bersama Soo An yang sedari tadi tak terasa sudah dua jam kami memutar kembali masa SMA dimana pertemuan pertama, maupun cinta kami berpijar.
"Itu menyenangkan untuk diingat, jangan beraninya kau melupakan itu!" Soo An memukul pelan dadaku, lalu akupun berpura-pura sakit seperti dipukul keras.
Sampai kapan aku harus berpura-pura?
"Omong-omong, aku hampir melupakan es krim."
-o0o-
[ kindly read this part while
-BTS JIN - Autumn Outside The Post Office
OR
-Yiruma - River flows in you (piano)
are playing in your playlist ]
[Ps. Banyak mulmed, nyalain data aja][Pps. Play lagunya biar dapet 'touch' nya :') ]
Aku kembali dari kedai es krim yang letaknya tak jauh dari tempat dimana Soo An menunggu. Kedua tanganku memegang dua cone waffle es krim dengan hati-hati.
Aku terus berjalan melewati daun-daun musim gugur yang berjatuhan di jalan. Sejauh mata memandang, daun pepohonan kini sudah menguning.
Daun pohon yang menguning itu terbang terbawa angin. Seperti orang yang lewat di jalan, aku melihat mereka terbang menjauh.
Begitu indah dan menenangkan.
Sesekali aku tersenyum melihat anak-anak yang bermain dengan daun yang jatuh, berlarian, tertawa, tersenyum bahagia.
Langkahku terhenti ketika aku melihat presensi gadis yang tengah duduk manis di kursi yang menghadap pada sebuah ruko, mengetuk-ngetukan sol sepatunya pada aspal hitam, menunggu seseorang di depan sebuah kantor pos.
Gadis itu mengarahkan matanya menatap kantor pos, terlihat mengusir rasa bosan dengan meneliti bangunan di depannya yang terparkir sepeda ontel.
Aku tertegun ketika angin meniup rambut hitamnya, menampilkan gurat rahang yang indah dengan anting-anting yang menggantung panjang di telinganya.
Ia mengusap rambutnya ke belakang, kini wajah pucatnya terlihat jelas dengan mata cokelat terang yang tersinari sinar matahari sore. Bibirnya terulum, menunjukkan betapa lembut permukaannya.
Aku terdiam dari jauh, menatap sosok malaikat yang sedari tadi membuatku lupa alam sekitar. Ia mampu membuatku tak berkutik, hanya karena sosoknya.
Tanpa ku tahu, satu tetes air lolos dari pelupuk mataku. Kini aku merasa emosional. Tapi aku tak menunjukannya pada wajahku. Aku masih tetap menatap sosok gadis itu dari kejauhan.
How long will the beautiful things in the world stay?
Wajahnya yang nampak berseri ketika mendapati dedaunan jatuh menyentuh ujung rambutnya, ujung bibirnya yang terangkat ketika menatap daun yang menguning di tangannya, mata sabitnya yang melengkung sempurna, dan lensa yang berkilau.
Semua itu seakan membuatku semakin egois, aku ingin semua darinya. Semakin gila karena berpikir, kenapa Tuhan begitu tak adil padaku atau padanya?
Lamunanku buyar ketika netra cokelatnya mendapatiku memantung dari jarak tak terlalu jauh, tersenyum sambil menggerakkan bibirnya, mengatakan sesuatu.
"You're cute!"
Jiwaku yang sebenarnya kini kembali bersatu dengan tubuhku, bagai batu yang menghantam isi kepala.
Aku menggeleng keras, mencoba mengembalikan akal pada tempat sebenarnya. Dilihat es krim di tangan kananku kini meleleh, menciptakan aliran putih vanilla di jari-jari dan jatuh menghantam aspal hitam.
Aku berjalan tergesa menghampiri Soo An, lalu mengulurkan tanganku yang berisi eskrim favorit. Dengan senang hati ia menerimanya.
"Kenapa kau diam memantung tadi?" Soo An bertanya. Kelopak mata yang berkedip membuat bulu matanya berayun, membuat jawaban tanpa ragu.
"Aku memandangimu, menatap takjub dirimu." Aku tahu ini agak menyeleneh, tapi... Ya—aku jujur.
Aku terbingung-bingung ketika ia seketika terlihat murung, menjauhkan eskrim dari mulutnya. Ia mulai kembali menatap kosong sepeda ontel di depannya lalu mulai berbicara.
"Tae,"
"Hm?" Aku berusaha keras untik terlihat biasa saja, tapi tetap saja terlihat gugup dengan keringat yang mulai membasahi punggung.
"Berjanjilah padaku,"
"Apa?"
"Bernjanjilah, kau tidak akan menangis karenaku. Kalau aku sudah tidak bisa berada disampingmu lagi, carilah penggantiku."
Aku memantung, cairan eskrim di tanganku kini semakin menjadi. Entah berapa lama keheningan menyelimuti, hingga akhirnya aku menemukan kata-kata yang ku proses dengan susah payah di otak.
"Tidak, Soo. Kau tidak akan pergi."
"I'm sorry."
"I always forgive you. So, don't go—"
"Tidak, Taehyung."
Aku kembali tertegun ketika ia memotong perkataanku. Ia mengarahkan seluruh atensinya padaku.
"Just for today, i promise i won't go."
Berkata lagi pun percuma, kini atensinya terarahkan pada eskrimnya yang tertutup daun musim gugur. Ia terkaget, mengerucutkan bibirnya berpura-pura kecewa dengan es krimnya yang masih banyak.
Aku menatapnya dengan dada sesak, menahan agar aku tak mengeluarkan sedikitpun air dari mata. Sesekali tertawa miris ketika ia tertawa melihat makanan ditangannya bernasib naas. Masih memantung memikirkan apa maksud perkataannya tadi.
In front of the post office in autumn
I was waiting you
Drifted into random tought
Didn't know until evening shadows fell—
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Oneshoot Compilation
Fanfiction[BAHASA] It's a shortfic casted by BTS 🏅Highest rank🏅 #62 in Fanfiction (180622)