Akhir Juli 2015
"Terima kasih. Jawaban yang bagus sekali. Nama kamu siapa? Sebutkan dengan asal sekolah kamu!"
"Nama saya Nafis, alumni SDN Jember Lor 2", jawabku dan kemudian aku mendapatkan sebungkus 'Good Time' sebagai hadiah dari seorang guru berkaca mata.
Teman-teman bertepuk tangan, apalagi teman-teman sekelas ku. Kelas sementara, sih.
Ini hari kedua MOPDB. Tidak ada yang menarik sama sekali bagiku. Hanya mendengarkan narasumber berceramah di depan dan kemudian mencatat sebagian yang dianggap penting. Lalu, mereka akan bertanya dan kita para siswa diminta maju untuk menjawabnya.
Sebenarnya aku tidak berminat untuk menjawab. Tapi aku prihatin sekali terhadap kelasku, yang sejak kemarin sama sekali belum ada yang maju.
Dalam 3 hari ini semuanya terasa membosankan. Terutama hari ketiga. Sekolah mengundang bapak-bapak tentara yang kemudian memberikan materi PBB terhadap kami. Oh, ayolah! Kalian pasti tahu yang kita rasakan.
Tapi semua rasa lelah itu hilang ketika kita menuju ruang kelas. Tiga hari ini kita selalu berada di GOR. Duduk lesehan, dan kadang itu membuat kita pegal.
Hanya 3 hari aku dan teman-teman sekolompok menempati ruang kelas itu. Karena kemudian, akan diacak lagi dan kita mendapat ruang kelas dan teman yang berbeda.
***
01 Agustus 2015
Seluruh siswa kelas 7 berkumpul di aula. Kemudian dipanggil satu per satu sesuai kelasnya. Namaku belum dipanggil, namun pada akhirnya aku tetap menghuni kelas yang sudah aku tempati selama 3 hari terakhir. Kelas 7H.
Aku senang sekali karena tetap di kelas ini. Aku suka wali kelas nya. Dia baik sekali. Tapi sayang, semua temanku tidak ada yang ku kenal lagi. Hanya 2 orang yang menetap di kelas ini. Namanya Aldi dan Tegar.
"Assalamualaikum", sapa guru cantik yang sekarang berdiri di depan kelas.
"Waalaikum salam", jawab kami serentak.
"Selamat pagi! Nama saya Wahyu Budi Sulistyorini. Saya wali kelas 7H. Kalian bisa panggil saya Bu Wahyu."
Kemudian seperti wali kelas biasanya. Bu Wahyu mengabsen seluruh siswa dan melakukan voting pemilihan ketua kelas. Aku terpilih menjadi wakil ketua kelas.
"Nah, sudah diputuskan bahwa ketua kelas 7H adalah Yofi, dengan wakil ketuanya, Nafis. Putri sebagai sekretaris, dan Bela sebagai bendahara. Mereka berempat adalah wakil saya di kelas ini." kata bu Wahyu.
"10 menit lagi bel istirahat. Jadi kalian harus tetap berada di kelas. Saya akan ke perpustakaan." kemudian teman-teman menjadi kisruh karena mereka saling berkenalan.
"Halo! Nafis, ya? Salam kenal, aku Diva. Ini temanku Rani." aku menoleh dan mendapatkan dua orang anak perempuan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Halo. Salam kenal juga, Diva, Rani!" aku pun menerima uluran tangannya sembari tersenyum hangat.
Aku memperhatikan keadaan kelas. Gaduh sekali. Tapi aku pun tersenyum melihat teman-teman yang memiliki kesibukan masing-masing.
Kemudian aku pun mengobrol dengan teman sebangku ku. Namanya Ekky.
"Ekky, ketua kelas kita yang mana ya?" tanyaku padanya.
"Itu, di belakang sendiri." jawabnya sambil menunjuk seorang anak laki-laki. Aku pun meresponnya sambil mengangguk kecil.
Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang lewat di sebelah kananku. Aku menoleh, dan ternyata itu Yofi. Refleks, aku menarik tangan kirinya dengan tangan kananku. Dia tersentak kaget, dan kita saling tatap selama beberapa detik.
"Kamu Yofi, kan?" oh tidak. Aku tidak tahu apa yang sedang ku bicarakan. Aku rasa sangat tidak perlu bertanya seperti itu.
"Iya, kenapa?" nada bicaranya datar. Aku jadi sedikit ngeri. Sepertinya dia anak yang cuek.
Aku tersenyum kikuk dan kemudian mengulurkan tanganku, "Nafis." hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku sekarang ini.
Ia tersenyum hangat dan menerima uluran tanganku. Aku tidak percaya ini. Aku termangu selama beberapa saat sampai suaranya membuatku tersadar kembali.
"Salam kenal." katanya dan kemudian melepaskan tangan kita yang bertaut beberapa saat.
Aku membetulkan jilbabku canggung dan menjawab, "iya, salam kenal."
Kemudian ia pun berlalu. Aku terkekeh ringan dan masih memperhatikan Yofi yang berjalan menuju pintu kelas.
"Nafis, kamu kenapa?"
"Hah, apa?" aku kaget sekali ketika Ekky menepuk pundak ku.
"Kamu lagi ngeliatin apa, hayo?" ia tersenyum usil. Aku sangat tidak suka melihat ekspresinya. Menurutku, dia terlalu ingin tahu.
"Kepo", sahutku singkat dan kemudian tidak menghiraukannya lagi.
***
Ttd,
N
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Goodbye.
Teen FictionBerdasarkan kisah nyata. Akan tetapi, ini bukan tentang perbuatan jahat yang pada akhirnya dibalas oleh karma. Ini sederhana. Baca saja! Siapa tahu, kalian akan mendapat pembelajaran bahwa kisah cinta remaja tidak melulu tentang kegoblokan yang haki...