11

26 5 0
                                    

Semenjak aku bertengkar hebat dengan Yofi, hubungan kita menjadi semakin jauh. Tidak ada lagi canda tawa. Tidak ada lagi belajar bersama. Meskipun aku tidak mengerti sesuatu, ataupun dia yang tidak paham tentang bab yang baru saja dipelajari, kami sama-sama segan untuk sekedar bertanya.

Bahkan, dengan tiba-tiba aku menjadi sangat puitis. Aku sampai menulis banyak kata-kata bijak di salah satu buku tulisku hingga penuh.

Hari ini, ada PR IPS yang harus dikumpulkan. Tentang siklus hujan. Seperti biasa, teman-teman akan kebingungan mencari contekan di pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai.

Akan tetapi, aku selalu tenang karena aku selalu mengerjakannya di rumah. Beberapa orang ingin menyalin PR ku. Aku iyakan saja. Sekali-kali tidak apa lah. Aku membiarkan mereka menyalin, sementara aku kembali berkutat dengan buku tulis kumpulan kata-kata bijak yang sudah hampir penuh.

Kemudian, aku mendengar kegaduhan di bangku belakang. Aku menoleh ingin tahu, dan kenyataan kembali melukai perasaanku.

"Kalau gak mau nyontek ya udah. Tapi gak usah lempar buku Nafis juga. Dasar gak tau terima kasih", bentak Bima terhadap Yofi.

Kulihat Yofi merobek selembar kertas di buku tulisnya. Padahal lembaran yang di robek nya sudah penuh dengan tulisan.

"Aku mau nyontek PR. Tapi bukan punya Nafis", katanya sarkas kemudian melempar kertas yang sudah diremasnya ke arahku. Aku masih berdiam diri.

"Kalau punya dia", ucapnya sambil menunjuk ke arahku. Kemudian ia melanjutkan, "aku gak butuh."

Dia pun berlalu dengan wajah tanpa dosa. Bima masih akan mengejarnya dan berdebat dengannya. Tapi aku menahannya.

"Sabar ya, Fis!" kata Bima seraya menepuk pundak ku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

***

Akhir Mei 2016

UKK telah selesai. Minggu ini, adalah acara class meeting. Ada banyak sekali kegiatan yang di lomba kan. Terutama, basket dan voli yang selalu saja menyita perhatian siswa-siswi lebih banyak.

Sejak kemarin, aku selalu menonton pertandingan voli. Bersama keempat sahabatku yang lain. Karena menurutku, pertandingan voli lebih seru daripada basket.

Sayangnya, tim dari kelasku gagal di babak perempat final hari ini. Lalu, kami memutuskan untuk bubar saja dan kembali ke kelas. Tapi Bela mencegah.

"Nonton basket dulu yuk! Bentar lagi 7H", serunya.

Aku pun mengangguk dan kita sama-sama menuju GOR. Saat masih di gerbang, aku sudah berteriak histeris.

"Ya Allah, kok ada Yofi? Kalau tau Yofi main disini, aku gak bakal nonton voli", teriakku tanpa peduli tatapan aneh dari kakak kelas.

Saat keempat sahabatku menatapku, barulah aku sadar apa yang sudah aku katakan.

"Upss, lupa", kataku sambil menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal. Mereka berempat hanya mencibir.

Baru sebentar kami menonton, ternyata pertandingan telah usai. Kita tidak mengetahui tim dari kelas mana yang menang. Karena GOR sangat penuh. Kita menonton di gerbang sebelah selatan. Berdiri menghadap timur, sedangkan papan skor juga menghadap arah timur.

"Kaya nya kalah deh", kata Putri.

"Pasti menang. Masa juga gagal di perempat final?", sahut Dita.

"Ya emang harus menang. Rugi kalau di tim kita lawan kelas 8 aja menang, masa lawan sesama kelas 7 kalah", Bela menimpali. Kami pun hanya mengangguk kecil mengiyakan.

Love You, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang