Acara memperingati HUT RI kemarin berjalan lancar. Alhamdulillah, sebagian perwakilan kelasku bisa meraih juara.
Kalian ingat kejadian yang ku ceritakan di part sebelumnya? Nah, sejak hari itu aku menjadi akrab dengan Yofi.
Ternyata dia anak yang pintar. Aku sering sharing dengan dia. Terutama di pelajaran matematika. Walaupun mungkin aku masih mengunggulinya, tapi aku banyak belajar dari dia. Yofi selalu saja memiliki cara singkat untuk memecahkan soal yang rumit.
Aku sudah tidak lagi duduk dengan Ali. Dia terlalu menyebalkan sehingga aku meminta agar tempat dudukku dipindah. Sekarang aku duduk dengan Septia.
Yang lebih menyebalkan lagi, teman teman yang lain pun banyak yang protes dan meminta agar tempat duduknya dipindah. Sebenarnya itu memang bukan urusanku. Tapi yang sangat menyita perhatian ku adalah, Yofi juga pindah. Sekarang ia duduk dengan Diva.
Menilik gosip yang baru saja beredar di seputar teman-teman 7H, katanya Yofi naksir ke Diva. Aku sedikit merasa tidak senang mendengarnya.
Disaat semua warga kelas percaya termasuk bu Wahyu sendiri dan bahkan mendukungnya, disitulah aku menjadi pihak yang kontra terhadap gosip itu.
Aku memberanikan diri bertanya pada Yofi lewat BBM.
Nafis Saja
Yof, kamu beneran suka ke Diva?Ksatria Kota Jember
Iya, kenapa?Nafis Saja
Gak papa sih. Cuma heran aja.Ksatria Kota Jember
Kenapa heran?Nafis Saja
Secara, masih lebih cantik aku daripada Diva. Kamu rabun ya?Aku terkekeh membaca pesan yang baru saja ku kirimkan padanya. Jelas-jelas Diva jauh lebih cantik daripada aku. Dia putih, ramah, banyak teman, dan juga pintar.
Tapi biarkan saja. Sejujurnya, aku hanya ingin menghibur diri. Kenapa? Entahlah. Kata 'iya' yang Yofi ketik sebelum tanda koma membuat aku sedikit kecewa. Maybe?
Ksatria Kota Jember
Masih lebih cantik Diva lah. Kamu kali yang rabun, sampai gak bisa ngaca.Ewhh, rasanya seperti, yah kalian para kaum hawa pasti tau sendiri lah.
Nafis Saja
Lebih cantik aku.Ksatria Kota Jember
Diva.Nafis Saja
Aku.Ksatria Kota Jember
Tapi aku sukanya ke Diva. Bukan kamu.Jleb. Ada sedikit perasaan senang ketika aku mengetahui bahwa setidaknya, Yofi secara tersirat masih mengiyakan opiniku. Tapi pesan tersurat pda kalimat itu sangat membuatku tidak senang.
Aku masih merasa tidak puas. Aku ingin sekali menanyakan pendapat Diva tentang hal ini. Tapi aku sedikit ragu, karena aku tidak terlalu akrab dengannya.
Akan tetapi, Dewi Fortuna berpihak padaku hari ini. Diva menghampiriku dan memintaku mengantarnya ke toilet untuk merapikan tali rambutnya yang lepas.
Aku segera mengiyakan ajakannya. Sepanjang perjalanan kita tidak berbicara apapun. Tapi ketika di toilet, hanya ada kita berdua, aku berani membuka obrolan dengannya.
"Div, Yofi suka ke kamu loh", ucapku dengan nada canggung namun sedikit menuntut.
Dia hanya mengangguk-angguk dan berkata, "iya, kita udah pacaran malah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Goodbye.
Teen FictionBerdasarkan kisah nyata. Akan tetapi, ini bukan tentang perbuatan jahat yang pada akhirnya dibalas oleh karma. Ini sederhana. Baca saja! Siapa tahu, kalian akan mendapat pembelajaran bahwa kisah cinta remaja tidak melulu tentang kegoblokan yang haki...