09

23 5 0
                                    

04 April 2016

Aku benci sekali. Kenapa aku harus selalu saja punya rasa ingin tahu yang sangat besar? Aku menyesal. Andai saja aku membiarkan semuanya berlalu, pasti ini semua tidak akan terjadi.

Malam ini, aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan. Semuanya berkecamuk. Andai saja aku meninggalkan ponselku di rumah. Andai aku tidak menghidupkan data dan membuka BBM.

Aku sedang dalam perjalanan bersama keluargaku. Kita akan pergi ke pusat kota. Sebagai refreshing, karena aku dan adik baru saja menyelesaikan UTS.

Aku duduk di kursi bagian belakang bersama adik. Saat sedang mengisi bahan bakar, aku iseng untuk membuka ponsel. Ku hidupkan data, lalu membuka aplikasi BBM.

Ada beberapa pesan yang kuterima. Tapi pesan yang tidak penting. Isinya hanya pesan siaran tentang PIN dari orang-orang yang sama sekali tidak ku kenal. Aku beralih ke pembaruan status. Aku men-scroll layar ponselku.

Satu status yang berhasil menarik perhatian ku. Status dari Yofi. Isinya puitis, membuat aku diselimuti rasa ingin tahu. Karena tidak biasanya ia membuat status yang kelewat puitis seperti itu. Nama akunnya juga bukan 'Ksatria Kota Jember'. Dia sudah menggantinya menjadi 'Yofi Wahyu'.

Yofi Wahyu
"Saat mendengarkan lagu Sunset di Tanah Anarki, membuatku ingat akan semua kenangan kita."

Dengan semangat 45, langsung saja aku memberikan komentar tanpa berpikir apa saja konsekuensinya. Chatting ini berlangsung hingga malam.

Nafis Saja
Kenangan sama siapa, sih?

Yofi Wahyu
Mantanku waktu SD.

Haha, cuma mantan. Ucapku dalam hati.

Nafis Saja
Siapa namanya?

Yofi Wahyu
Shindy Mutiara.

Nafis Saja
Oh.
Btw tumben banget bales pesanku? Bukannya akhir-akhir ini udah gak pernah ya?

Yofi Wahyu
Gak usah GR. Sekarang, aku lagi gak punya temen chatting.

Tes. Sebulir air mataku menetes. Sedih sekali rasanya. Kemudian aku mengetik pesan balasan dengan nafas yang memburu. Aku marah sekali rasanya. Walaupun sepertinya memang tidak masuk akal.

Nafis Saja
Oh, ternyata udah berubah ya. Sekarang ngerespon aku kalau cuma lagi butuh doang.

Yofi Wahyu
Iya, kenapa? Gak terima?

Nafis Saja
Kamu kok kasar banget sih sekarang?

Yofi Wahyu
Udah lah!
Aku cuma mau bilang, kamu gak usah suka ke aku karena aku gak suka ke kamu.

Nafis Saja
Hah?
Come on, Yof! Kamu masih percaya aja sama omongan Bowo?

Yofi Wahyu
Halahh, gak usah pura-pura. Itu emang beneran, kan?

Aku sudah tidak sabar lagi. Sepertinya, memang lebih baik jika aku mengakui semuanya. Toh, dia juga sudah tahu.

Nafis Saja
Kalau emang bener terus kenapa? Lagian terserah aku dong, mau suka ke siapa. Tentang kamu suka balik atau nggak, aku juga gak peduli.

Yofi Wahyu
Tapi aku gak suka ke kamu. Seharusnya kamu paham.
Satu lagi, kamu juga gak usah nyindir-nyindir. Aku gak suka perempuan yang suka nyindir.

Nafis Saja
Halooo? Jangan GR ya! Aku gak pernah nyindir kamu.

Yofi Wahyu
Tadi itu apa? Aku tau, Fis. Aku gak goblok.

Nafis Saja
Terserah kamu mau ngomong apa. Yang penting, aku cuma suka ke kamu dan aku gak pernah ada maksud buat nyindir kamu. Paham?

Yofi Wahyu
Dan aku gak mau kalau kamu suka ke aku. Paham?

Nafis Saja
Lagian kenapa sih? Toh, kamu nggak rugi.

Yofi Wahyu
Udah. Jangan kirim pesan ke aku lagi!

Nafis Saja
Oke, Yof. Aku gak bakal suka ke kamu lagi. Tapi kamu juga harus nganggep aku teman kamu lagi. Gak usah sok ngejauh.

Yofi Wahyu
Sapa yang sok ngejauh? Bukannya kita emang gak pernah deket ya?

Aku menjadi semakin dongkol membaca pesannya. Bagaimana tidak? Oh, ayolah. Kalian membaca cerita ini dari part awal. Sejak aku dan Yofi pertama kali bertemu. Bagaimana komentar kalian?

Kemudian, aku pun membalas pesannya. Aku mencoba mengalah karena aku tidak ingin menjadi semakin jauh dari nya.

Nafis Saja
Terserah kamu deh. Aku ngalah.
Tapi tolong ya, anggap aja kita gak pernah chatting kaya gini. Tolong, setelah ini tetap anggap aku teman.

Yofi Wahyu
Bacot.

Ketika aku mengetik pesan untuk membalasnya, ada satu pesan lagi yang masuk. Pesan yang membuatku mengurungkan niat untuk membalasnya.

Yofi Wahyu
Sampe bales lagi, aku blokir.

Aku tidak berani membalas pesannya. Aku takut di DC apalagi sampai di blokir.

Mood ku benar-benar hancur malam ini. Belum lama aku berada di pusat kota, aku sudah mengajak pulang. Aba dan Umi juga tidak keberatan, karena adik baru saja jatuh. Jadi kami harus cepat-cepat pulang.

Sesampainya di rumah, aku segera masuk kamar dan menangis. Aku sedih sekali. Aku tidak menyangka, bahwa semuanya akan berakhir seperti ini.

Dan aku masih berharap, bahwa ini bukanlah akhir.

***

Ttd,
N.

Love You, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang