08

28 5 0
                                    

Hubunganku dengan Yofi masih aman-aman saja sampai sekarang. Sebisa mungkin aku berusaha agar tak ada yang mengetahui perasaanku terhadapnya. Tapi entahlah. Apakah aku yang memang mudah ditebak, atau teman-teman yang terlalu peka.

Aku kesal sekali terhadap Bowo. Dia suka sekali membuat omongan. Dia seringkali menjodoh-jodohkan sesama siswa kelas 7H. Dan sekarang, aku lah yang menjadi sasarannya.

Dia berkoar-koar mengatakan bahwa aku menyukai Yofi. Banyak sekali teman-teman yang percaya, meskipun mereka tahu bahwa Bowo memang sering berbohong.

Aku berusaha biasa saja, agar nantinya tidak terjadi salah paham antara aku dan Yofi. Aku tidak ingin menjadi jauh darinya. Tapi sekeras apapun aku mencoba, tetap saja aku tak bisa berbohong di depan keempat teman terdekatku itu.

Aku yakin sekali, bahwa mereka akan bisa menjaga rahasia.

Pada akhirnya, Yofi pun tahu. Awalnya hubungan kita masih baik-baik saja. Kita masih sering bertegur sapa. Namun dalam beberapa hari terakhir, aku menyadari bahwa atmosfer diantara kita mulai menjadi dingin.

Seperti kemarin, saat seluruh pengurus dan anggota OSIS kumpul untuk membahas KTS, aku hanya datang sendiri. Tidak lagi bersama Yofi.

Bu Lastri, pembina OSIS, memintaku untuk memanggilnya. Aku segera menuju kelas dan menemui Yofi. Ia pun menurut saja dan mengikutiku. Memang agak aneh, akhir-akhir ini ia jarang sekali ikut disaat seluruh anggota OSIS berkumpul.

Yang sangat mengejutkanku adalah, ketika Yofi berbincang sebentar dengan bu Lastri lalu kemudian kembali lagi ke kelas. Mungkin ada sesuatu yang telah terjadi.

Setelah bubar, aku segera menuju kelas dan menemui Yofi.

"Kok kamu gak ikut kumpul sih, Yof?" tanyaku.

"Aku mengundurkan diri", jawabnya.

Aku kaget sekali. Tidak menyangka bahwa ia telah mengundurkan diri. Setahuku, orang tuanya mendukung dan tidak melarang.

"Kenapa?", tanyaku lagi.

"Bukan urusan kamu", sahutnya dan berlalu begitu saja meninggalkanku.

Aku mencoba berpikir positif. Mungkin dia lelah dan merasa kecapekan. 3 kali dalam sepekan, dia berlatih sepak bola. Belum lagi di SSB nya. Dan dia masih harus direpotkan lagi oleh tugas-tugas OSIS. Benar, kan?

***

Akhir Maret 2016

Sekarang aku tahu alasan kenapa Yofi bersikap begitu dingin terhadapku. Dia tahu bahwa aku benar-benar suka padanya. Tidak hanya sekadar bacotan Bowo yang semata-mata hanya mencari sensasi.

Bukannya aku terlalu berharap. Akan tetapi, sejauh aku mengenal Yofi, dia akan bersikap biasa saja seperti tidak ada apa-apa terhadap orang yang menyukainya.

Bahkan terkadang, dia akan langsung menembaknya kemudian berpacaran. Mungkin aku memang belum beruntung, wkwk.

Jujur, aku merasa sedih. Aku menumpahkan semua kesedihanku dan menceritakan semuanya terhadap mbak Putri. Sepupuku yang lebih tua setahun dariku dan juga bersekolah di SMPN 7 Jember, dan kelas 7 pula.

Ia banyak sekali memberi wejangan padaku.

"Berpikir positif aja, dik. Mungkin sebenernya dia sayang ke kamu. Tapi sebagai teman atau sahabat. Dia gak mau nantinya kalau kamu punya hubungan lebih sama dia, nanti setelah putus malah jadi jauh. Buktinya kaya hubungan Yofi-Diva, dan Yofi-Dhea." tuturnya.

"Tapi mbak, sekarang aja udah jadi jauh", rengekku padanya.

Berulang kali ia mencoba menenangkan ku. Mau tidak mau, aku harus mencoba mengerti.

***

Ttd,
N.

Love You, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang