04

28 7 0
                                    

"Fis, ayo ikut aku! Jangan lupa bawa pulpen!" ajak Yofi sambil memainkan pulpen yang ada di tangannya.

"Bentar", sahutku lalu segera mengambil pulpen di kotak pensil.

"Mau kemana, sih? Tumben, butuh wakil ketua kelas lagi", ucapku saat kami berjalan beriringan di koridor.

"Disuruh ngasi nama di foto-foto yang bakal ditempel di raport. Aku gak hafal nama teman-teman. Kamu hafal kan?" katanya.

"Iya, insya Allah", sahutku.

Setelah sampai, kita pun masuk ke ruang TU. Yofi mengambil foto-foto tersebut dan membawanya keluar. Kemudian, kita duduk lesehan di ruang tamu sambil memberi nama di belakang setiap foto.

Bukan hanya kami berdua disini, melainkan juga bersama ketua dan wakil ketua kelas yang lain. Aku dan Yofi memilih tempat yang agak menyendiri. Kami tidak ingin terganggu dan mengganggu.

Kami pun mengambil satu per satu foto. Melihat siapa yang ada di foto, lalu menuliskan namanya di bagian belakang.

"Fis, tulis nama depannya ya, jangan nama panggilan", suruh Yofi padaku yang langsung saja ku iya kan.

Aku menulis dengan tenang, sebab aku memang menghafal nama teman-teman semua.

"Fis, Hakim nama lengkapnya siapa ya?" tanya Yofi tiba-tiba.

"Lukmanul Hakim", jawabku yang kemudian langsung ditulis oleh Yofi.

"Eh, coba lihat fotonya!" pintaku padanya.

"Cih, giliran yang ganteng aja dilihat", gerutunya, tapi tak urung memberikan foto Hakim padaku. Aku hanya mencibir.

"Dia emang ganteng sih. Tapi menurutku lebih ganteng orang yang difoto ini." ucapku sambil mengangkat sebuah foto, setelah aku meletakkan foto Hakim.

Yofi terlihat memicing, kemudian ia pun tersenyum lebar. Maniiiiissssss sekali.

"Jelas lah. Yofi gituu", katanya dengan nada yang kelewat percaya diri.

"Gak jadi deh. Lagian masih lebih cantik aku", ucapku.

"Kamu kan perempuan, gimana sih." katanya mencibir. Aku pun tertawa.

"Fis, nama depanmu Nafisatul, kan?" tanyanya.

"Iya. Tapi tulis 'Nafis' aja", sahutku sambil menekankan kata Nafis.

Aku paling tidak suka jika ada orang yang menulis namaku 'Nafisatul'. Apalagi jika menulis namaku sangat lengkap. Terlebih lagi, jika menulisnya Nafisa. Biasanya mereka beralasan bahwa nama Nafis adalah nama laki-laki. Jadi mereka menuliskannya Nafisa.

Aku akan marah besar jika ada yang menulis namaku seperti itu. Jadi, teman-temanku biasanya akan menulis namaku 'Nafisatul K'. Tapi aku akan lebih senang jika mereka menulisnya 'Nafis' saja.

"Nggak ah, tulis Nafisatul aja", kata Yofi dengan jahil.

"Ya udah, di foto kamu bakal aku kasi nama ayah ibu kamu. Lagian nama kamu gabungan dari nama mereka, kan?" balasku.

"Eh, kok kamu tau? Jangan lah, Fis!" rajuknya.

"Makanya, tulis 'Nafis' aja." pintaku sekali lagi. Ia pun menuruti perintahku kali ini.

Kami pun melanjutkan tugas kami yang belum selesai ini. Sesekali, kami tertawa ketika melihat salah satu foto dari teman-teman yang terlihat lucu.

"Fis, sini! Wajah Bowo melas banget aslii", katanya sambil terbahak. Aku pun mendekat dan memperhatikan foto Bowo. Aku jadi ikut terbahak bersamanya.

Banyak lagi wajah-wajah lucu lainnya yang membuat kita berdua tertawa. Terkadang, aku pun akan menjadi marah ketika ia menyinggung namaku lagi. Ia tidak henti-hentinya kenapa aku lebih suka dipanggil 'Nafis' saja. Dia juga bertanya kenapa nama akun bbm ku 'Nafis Saja'.

Aku berusaha tidak menghiraukan. Walau pada akhirnya aku akan tertawa ketika ia membuat lelucon. Kita juga menjadi tegang bersama ketika salah menuliskan nama pada beberapa foto tersebut.

Intinya, kita benar-benar menghabiskan waktu bersama sehari ini dan juga tidak mengikuti pelajaran hingga bel pulang.

***

Ttd,
N.

Love You, Goodbye.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang