Belascore, Markas Utama CIA
pukul 7.46 a.m.Junhui baru menyelesaikan satu bendel dokumen, kini ia harus membaca sebendel lain. Di sebelahnya masih ada lima bendel lagi yang harus diselesaikan. Dibaliknya kertas-kertas itu dan dibacanya dengan teliti, kemudian mengambil pena dan mencorat-coret dokumen tersebut. Datang seorang staff wanita yang meminta Junhui untuk membubuhkan tanda tangan. Wanita itu menyerahkan map di genggamannya.
"Barang sudah disortir?" tanyanya selagi membaca isi map tersebut.
"Sedang dilakukan, Pak."
"Jangan lupa sekalian memisahkan barang-barangnya. Kotak amunisi sudah?"
"Semua sudah siap."
Junhui menandatangani surat keterangan distribusi dari Ganesha Corp. tersebut kemudian menyerahkannya pada staff. Ketika staff itu baru saja membalikkan badan, sebuah peluru menembus masuk dan memecahkan vas bunga di meja Junhui. Sontak mereka panik. Junhui menengok ke arah jendela besar di sampingnya.
"Beritahukan semuanya untuk siaga! Hubungi Ferdinand segera!" perintahnya. Staff itu mengangguk dan pergi.
Junhui meraih sebuah senapan laras panjang di bifet ruangannya. Ia memeriksa pelurunya, kemudian menarik pelatuk dan membawa senapan tersebut ke arah jendela. Sekali lagi dipandanginya bangunan beratap datar yang dapat matanya jumpai. Ia awas bak seekor elang, kemudian mengarahkan moncong senapannya pada lubang di jendela. Ia mengintip dari teleskop selama beberapa saat, kemudian membawa senjata tersebut keluar ruangan.
Sambil menenteng senjatanya, Junhui pergi ke ruang kendali pusat kantor CIA. Di sekelilingnya para tentara sibuk mempersiapkan serangan. Ia masuk ke ruangan tersebut, langsung menuju monitor CCTV.
"Apa yang kalian temukan?" tanyanya.
"Nihil, Pak!" sahut salah satu pengawas CCTV. Junhui sedikit merundukkan badan untuk mengamati layar CCTV satu per satu. Ia meraih walkie-talkie yang ada di meja.
"Semua gerbang siaga! Sepertinya ada yang datang menyapa," tuturnya. Ia mengembalikan benda tersebut ke tempatnya semula.
Tak lama muncul figur Ezra dan Ayldina. Mereka lebih dulu tiba dan langsung menemui Junhui.
"Pak, ada apa?" tanya Ezra begitu memasuki ruangan.
"Ada serangan mendadak, pertama di ruanganku." Junhui pergi diekori Ezra dan Ayldina. Datang lagi kemudian Leonar dan Ligia.
"Aku curiga ini Andreas. Kalian bersiaplah."
"Aye, Sir!"
Reijess, Raegis, dan Dirga segera menyusul. Mereka pergi ke ruang ganti untuk memasang rompi anti peluru dan menyiapkan senjata. Nampak sekali Dirga yang tidurnya terganggu.
"Dirga, hei! Sadar!" Ezra menepuk pipi anggota termudanya itu.
"I'm awake, I'm awake!" balas Dirga sambil menyingkirkan tangan Ezra.
Mereka segera pergi untuk bergabung bersama para tentara di luar. Ada empat pintu masuk di CIA—Ezra pergi sendiri, Ayldina bersama Ligia, Leonar bersama Dirga, dan Reijess bersama Raegis. Mereka membaur dengan para tentara sembari terus mengawasi sekitar.
Tiba-tiba dari gerbang C seorang tentara jatuh. Leonar dan Dirga yang berada di sana segera memberitahu Ezra dan yang lainnya.
"Sialan! Sniper," desis Leonar. Ia menarik Dirga untuk bersembunyi di balik dinding.
"Rei!" panggilnya melalui alat komunikasi.
Dari gerbang D Reijess menjawab, "Aku yakin di setiap gerbang ada sniper, tapi di sini tak ada tanda-tanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Expendables [FINISHED]
ActionUsaha Ezra untuk mengumpulkan kembali teman-temannya demi menangkap pembunuh Theodore tak berjalan semulus itu. Ia harus mengumpulkan kelima temannya yang memutuskan pensiun, lalu mau tak mau kembali ke markas utama CIA untuk meminta bantuan dan per...