Delapan

4.3K 607 60
                                    

24 September 2014, 15:00 WIB.

Iqbaal semakin hari semakin menjadi menggoda para gadis-gadis di dalam kampus ini, dalam sehari ada 3 gadis yang akan ia kencani demi kepuasan hatinya. Dan, akibat peristiwa 3 hari yang lalu pula, sejak pertemuannya dengan (Namakamu) dan berakhir perkelahian yang sengit membuat Iqbaal semakin menjadi-jadi.

Iqbaal bukanlah laki-laki yang mudah ditebak oleh orang-orang, tetapi Aldi yang mengenal dekat Iqbaal bukanlah suatu yang susah untuk menebak peringai Iqbaal yang semakin menjadi-jadi, dari tahun ke tahun.

Iqbaal sebenarnya adalah laki-laki yang baik, dia tidak pernah menjadi laki-laki yang menyakiti hati para wanita, karna keluarganya bukanlah keluarga broken home, Ayahnya sangat dekat dengan Iqbaal, begitupun Ibunya.

Iqbaal merupakan anak paling kecil dari 3 bersaudara. 2 di antaranya perempuan, dan dirinyalah laki-laki. Hanya saja, sejak kecil Iqbaal bukanlah sosok yang dimanja, walau dia yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya. Ayahnya memang sangat dekat dengan dirinya, hingga seperti sahabat dekat.

Namun, kepahitannya muncul semenjak ia menjatuhkan hatinya kepada gadis yang salah, gadis yang membuatnya hancur seperti sekarang ini.

"Lo ikut KPDM?" tanya Aldi yang menunjuk mading itu.

Iqbaal yang tengah mengedipkan satu matanya ke arah gadis yang random, membuatnya mengalihkan tatapannya kepada Aldi. "Lo ikut, nggak? Kalau lo ikut, gue ikut." Iqbaal menjawabnya dengan punggung tegapnya yang bersandar pada kursi itu.

Aldi mengendikkan kedua bahunya, ia menunjuk Arif dan Gibran yang tengah berantam merebut sesuatu hal yang bahkan mereka mampu membelinya lebih dari 10. "Gue tergantung mereka berdua," balas Aldi dengan tenang.

Iqbaal yang melihat Gibran dan Arif yang tak kunjung damai, membuatnya melepaskan sepatunya kemudian melemparkan ke arah sahabatnya.

"Tai! Sakit woi!"

"Lah? Kok gue enggak?"

"Bego!"

"Lo yang bego!"

"Sorry, gue ganteng."

"Sini, gue kasih piranha dulu, kalau lo digigit berarti lo ganteng."

"Wah.. belum pernahkan didorong dari patung Liberty ke sungai Amazon?"

"Tanda-tanda selalu tidur dijam Geografi nih. Sono.. masuk lagi SMA."

Iqbaal semakin jengah dengan pertengkaran mereka, ingin rasanya ia menarik kerah baju mereka, lalu dibuang ke tong sampah.

"Kalian ikut KPDM, nggak?" tanya Iqbaal yang mulai gemas dengan sahabatnya itu.

Gibran menendang Arif, lalu berlari menuju Iqbaal untuk duduk di sampingnya. Arif meleparkan sepatu Iqbaal kepada Gibran, namun tak kena membuat Gibran menjulurkan lidahnya mengejek Arif.

Aldi yang melihat sahabatnya seperti anak kecil membuatnya memukul kepala Arif, Gibran ketawa namun tak berlangsung lama, Iqbaal memukul kepala Gibran. Mereka terdiam.

"Sekali lagi lo berdua ribut, gue bawa ke KUA terus gue suruh penghulung nikahin kalian, mau?" ancam Aldi mulai kesal.

Gibran mengusap kepalanya dengan ringisannya. "Ya, ikutlah masa enggak, sih? Lagian itu wajib kali," jawab Gibran.

Arif mengangguk sembari mengusap kepalanya.

Aldi menatap Iqbaal, Iqbaal pun menganggukkan kepalanya.

**

09 Oktober 2018, 09:00 WIB.

(Namakamu) keluar dari kamar mandinya dengan balutan handuknya, ia melihat dari kaca dengan keadaan tubuhnya yang mulai sedikit terdapat perbedaannya. Tubuhnya yang mungil dulu itu mulai berisi dibagian dada dan kedua pipinya.

(Namakamu) berdecak melihat badannya yang masih tetap mungil itu, dikiranya dengan ada beban yang ia tanggung di dalam perutnya, ia akan sedikit besar tetapi sama saja. (Namakamu) hanya menghela napasnya dengan santai kemudian mulai membuka handuknya, ia akan mengolesi tubuhnya dengan body lation, lalu minyak zaitun.

"Iqbaal pula—" (Namakamu) terkejut mendengar suara suaminya yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamar. Dirinya yang telanjang bulat pun seketika mengambil handuk menutupi tubuhnya.

"... ang.." Iqbaal mengucapkan kalimat yang ia terpotong tadi saat melihat istrinya tidak memakai apapun.

Ia baru saja pulang dari luar kota, tepat hari ketujuh ia pulang. Tidak sabar melihat istrinya kembali, memeluknya dengan gemas, dan menciuminya setiap malam. Tapi dengan keadaan (Namakamu) seperti itu membuat teralihkan rasa rindunya menjadi rasa hasrat.

Iqbaal tersenyum melihat istrinya yang melotot kesal kepadanya. "Suaminya pulang kenapa nggak disamperin?" tanya Iqbaal yang mulai menarik (Namakamu) ke dalam pelukannya.

(Namakamu) pun dengan manjanya membalas pelukan Iqbaal, ia merasakan kecupan-kecupan di puncak kepalanya.

"Ah.. I miss you so badly," bisik Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) mendongakkan kepalanya menatap Iqbaal, Iqbaal dengan lembut mengecup bibir (Namakamu) sedikit lama, lalu mulai mengecup dahi, kedua pipi, kedua mata, lalu kembali mencium bibir (Namakamu) dengan sayangnya.

"Iqbaal udah makan?" tanya (Namakamu) dengan tangannya yang mungil mengusap pipi Iqbaal.

Iqbaal menggelengkan kepalanya, tangannya mengusap pipi istrinya. "Iqbaal dari subuh langsung kejar penerbangan paginya biar cepat sampai ke rumah, nggak apa-apa nggak makan, asal ketemu istri Iqbaal lagi."

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas, ia sudah tahu sifat suaminya ini. Nekat bikin istrinya jadi janda.

"Ih.. kamu mah, makan dulu ... Baal .. jangan cium dulu! Makan dulu, aku udah siapin makanan kesukaan kamu. IQBAAL!" teriakan (Namakamu) akibat Iqbaal secara tiba-tiba membawanya ke tempat tidur dengan kondisi handuk yang tidak rapi.

Iqbaal menyeringai dengan posisi berada di atas (Namakamu). "Kalau pulang disambut kaya gini, Iqbaal rela keluar kota terus," bisik Iqbaal dengan suaranya yang mulai serak, ia mulai mencium leher (Namakamu).

(Namakamu) bergeliat tidak nyaman, ia mencoba menjauhi Iqbaal dari tubuhnya. "Baal... ada ya- yang mau... ih! Sakit! Suka banget gigit!"

Terdengar suara tawa berat Iqbaal yang tetap juga mengecup, mencium leher dan bahu istrinya.

(Namakamu) mengusap rambut suaminya yang lebat itu, "sayang, aku hamil."

Dan tidak perlu usaha yang lebih keras untuk memberhentikan Iqbaal, Iqbaal pun telah berhenti dari kegiatannya.

"Apa?" Iqbaal telah menatap (Namakamu) dengan raut wajahnya yang masih butuh kebenaran.

(Namakamu) tersenyum lembut melihat binar-binar harapan di kedua mata Iqbaal, ia membawa tangan besar Iqbaal untuk mengusap perutnya yang mulai sedikit agak membentuk.

"Kita akan punya anak. Aku hamil, Sayang," bisik (Namakamu) tepat di hadapan Iqbaal.

Iqbaal dengan cepat turun dari tempat tidurnya, ia terlihat panik mencari sesuatu. (Namakamu) yang ada di tempat tidur pun mengernyitkan dahinya. " Kamu cari apa?" tanya (Namakamu) bingung.

"Alat Iqbaal yang.. yang... ha! Ini dia." Iqbaal menemukan alat kedokterannya. Ia mengambil stetoskop-nya, lalu memeriksa perut (Namakamu).

(Namakamu) tersenyum melihat suaminya yang pecaya akan semua ini, ia melempar sembarangan stetoskop-nya kemudian menciumi wajah (Namakamu) dengan bahagia. "Kamu kasih aku kebahagiaan bertubi-tubi. Ini hadiah yang belum pernah aku dapatkan dari siapapun itu, dan aku hanya mau kamu yang memberi hadiah ini. I love you so much," ucap Iqbaal begitu bahagianya.

(Namakamu) pun dengan sayangnya mencium Iqbaal.

**

Bersambung

P. S: Dikit-dikit lama-lama jadi bukit. Votenya kan ada ratusan nih, kenapa yang muncul dikomentar hanya puluhan, ya? Mager ngetik komentar ya? Karna ujung-ujungnya gk bakal ada gunanya? Ada kok, komentar itu ada gunanya buat author. Semangat, kritik, dan saran kalian membuat berguna. Itu sebabnya ada kolom komentar agar membangun lebih baik lagi si penulis walau amatir ini.

Jadi, kalau kalian merasa cerita ini yang kalian suka, silahkan memberi sesuatu yang membuat authornya semangat:) dan untuk kalian yang sudah berkomentar, terima kasih banyak.

Broken Angel [Season II Of Me And My Broken Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang