Sembilan

4.1K 552 52
                                    

1 November 2014, 07:00 WIB.

"Yang sudah mengeluarkan barang-barangnya, silahkan berkumpul sesuai kelompoknya. Sekali lagi, yang sudah mengeluarkan barang-barangnya, silahkan berkumpul sesuai kelompoknya."

Iqbaal menguap kecil saat ia menarik kopernya, ia baru saja bangun dari tidur nyenyaknya di dalam bus itu. Iqbaal pun mengerjapkan kedua matanya agar dapat terjaga dari kembali.

"Gila! Di sekeliling kita memang hutan anjay... ,"ucap Gibran yang kini berada di belakang Iqbaal dengan menarik kopernya juga.

Aldi yang berada di samping Iqbaal pun menganggukkan kepalanya dengan menilai di sekelilingnya. "Untung gue bawa anti ular," sahut Aldi dengan cengirannya.

"Lucu lo," balas Iqbaal yang mulai jalan menuju barisan kelompoknya.

Arif mengucapkan kata 'idiot' kepada Aldi, Aldi yang melihat itu langsung menendang bokong Arif. Arif tertawa sembari berlari mengejar Iqbaal, pasalnya ia satu kelompok dengan Iqbaal.

Aldi menarik kopernya sembari merangkul Gibran yang ikut dengan Aldi, mereka mencari kelompoknya.

Iqbaal tersenyum kepada senior yang menyapanya, ia terlalu tampan untuk dianggurkan. Ia akhirnya meletakkan kopernya tepat di sampingnya, ia berdiri tepat di akhir barisan bersama Arif yang ada di depannya.

"Baik, kita sudah berkumpul semua di sini dengan selamat. Jadi, untuk 5 hari ke depan kita akan melakukan pengabdian kita kepada masyarakat, jadi untuk para MABA bisa membantu Kakak dan Abang-abang kalian dalam melakukan kegiatanya melayani masyarakat sekitar. Berhubung kalian belum masuk ke dalam materi pembelajaran, setidaknya kalian dapat ilmu dari senior-seniornya. Itulah gunanya kita berada di sini, untuk menambah ilmu serta menjalin tali silahturami kita kepada orang yang ada di sekitar kita. So, nikmatilah semuanya dengan senyuman."

Semuanya bertepuk tangan setelah pembicaraan singkat gubernur itu. Iqbaal pun ikut bertepuk tangan sembari berbicara kepada Arif.

"Semuanya silahkan ikut Kakak pembinanya, kakaknya akan menunjukkan tenda kalian."

Iqbaal dan Arif pun menarik kopernya saat melihat anggota kelompoknya bergerak mengikuti Kakak pembinanya. Saat ia berjalan, tak sengaja ia melihat (Namakamu) yang tertawa sembari memperbaiki tali sepatunya.

Gadis itu tertawa seakan-akan tidak pernah merasakan penderitaan, ia tertawa dengan riangnya saat salah satu temannya bercerita dengan hebohnya. Iqbaal melihat itu sembari berjalan menarik kopernya.

Entah ia peka atau tidak sengaja, (Namakamu) mengalihkan tatapannya ke arah Iqbaal sehingga membuat Iqbaal mengalihkannya dengan cepat ke arah punggung tegap Arif. Iqbaal menggigit pelan bibir bawahnya, ia tidak ingin menatap kedua mata itu.

"Kenapa, (Namakamu)?" tanya Vira yang bingung melihat sahabatnya sudah tidak lagi tertawa.

(Namakamu) melihat Iqbaal yang sudah pergi ke dalam tendanya, ia pun tersenyum kepada Vira dengan manisnya. "Nggak, gue pikir ada yang manggil gue, ternyata nggak ada. Eh, ke tenda konsumsi, yuk! Gue lapar," ajak (Namakamu) yang sudah berdiri dari jongkoknya.

Vira pun menganggukkan kepalanya sembari menarik tangan (Namakamu). (Namakamu) tertawa saat ia ikut berlari mengejar kecepatan Vira.

"Woi! Lo kenapa dah? Jalan itu dilihat cuy bukan didengar. Sampai-sampai punggung gue ditabrak lagi, emang gue jalan tol," tegur Arif yang menghadap Iqbaal yang terkejut.

"E-eh.. so-sorry.. gue tadi lagi cari ...--" Iqbaal memutuskan ucapannya saat melihat (Namakamu) tidak ada lagi di tempatnya.

Arif melihat ke arah Iqbaal yang tengah menatap ke arah lain, "cari apa? Kak (Namakamu)?" tanya Arif tepat sasaran.

Broken Angel [Season II Of Me And My Broken Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang