Tiga

4.8K 571 50
                                    

02 Juni 2018, 08:00.

Iqbaal mencoba merapikan bajunya dan memasukkannya ke dalam kopernya, tapi selalu gagal. Memang biasanya istrinya yang melakukan itu, tapi akibat pertengkaran kecil kemarin membuat hubungannya dengan (Namakamu) agak sedikit renggang. Biasanya pun, (Namakamu) bangun pasti selalu membanguni Iqbaal sekitar lima belas menit sesudah dia bangun atau Iqbaal yang terlebih dahulu mengganggu dirinya.

Tapi, akibat pertengkaran kecil itu membuat Iqbaal harus rela memeluk guling pagi-pagi dan merapikan baju-bajunya. Iqbaal masih memakai piama tidurnya, rambutnya yang berantakan, dan wajahnya yang tampan itu terlihat kesal dengan baju-baju yang tak pernah beres itu.

"Gue memang ahlinya buka tutup perut orang, tapi kalau masalah ini... ini bukan meja operasi,mana ada scalpel di sini, mesin anestesi buat kopernya pingsan, yakalik ...," gumam Iqbaal sembari berkacak pinggang di sisi ranjangnya yang di hadapannya tutup koper yang terbuka, dan baju-baju yang akan ia bawa.

Iqbaal menghela napasnya dengan kasar, ia harus bisa membereskannya tanpa alat-alat operasi yang ia butuhkan itu, walau itu juga tidak akan berguna untuk merapikan tas koper itu.

Saat Iqbaal tengah berkutat dengan tasnya, pintu kamarnya terbuka, (Namakamu) terlihat tidak peduli dengan suaminya yang kini mengalihkan fokusnya dari tas kopernya ke istrinya yang berjalan ke lemari baju.

Istrinya memang selalu cantik bagaimanapun kondisinya, Iqbaal ingin menarik (Namakamu) ke dalam pelukannya dan menciumnya habis-habisan, tetapi kondisi sekarang sedang tidak baik membuat Iqbaal harus menelan pil pahitnya sekarang.

Dengan sedikit sedih juga, Iqbaal kembali mencoba merapikan baju-bajunya. Ia melipatnya dengan teliti, seakan-akan tengah merencanakan pengoprasian seorang pasien yang mengidap penyakit langka.

(Namakamu) menutup lemari bajunya, ia meletakkan baju itu di ranjang tepat di samping Iqbaal. Iqbaal melirik (Namakamu) sembari mencoba melipat bajunya, tetapi (Namakamu) seakan-akan tidak melihatnya membuat Iqbaal gemas.

"Sayang.. Iqbaal minta tolong, sayang. Iqbaal susah rapiin bajunya ke dalam koper," ucap Iqbaal dengan lembut.

(Namakamu) yang akan bersiap-siap mandi kini membalikkan tubuhnya yang mungil ke hadapan suaminya yang menatapnya dengan memohon. "Kamu ngomong sama aku?" (Namakamu) seolah-olah tidak tahu Iqbaal memanggil dirinya, ia bahkan berpura-pura terkejut.

Iqbaal mencoba mendekati istrinya, tetapi (Namakamu) terlebih dahulu menghentikannya. " Selangkah kamu maju, pulang dari luar kota kamu tidur di luar."

Seketika Iqbaal terdiam ditempat, ia menatap istrinya dengan memelas."Sayang.. ban—"

"Siapa yang kamu panggil sayang?" sela (Namakamu) dengan gaya bersedekap dada.

Iqbaal hanya dapat menatap istrinya yang terlihat cantik di dekat pintu kamar mandi itu, "Kamu, istri Iqbaal, (Namakamu) Agata binti Dewa Rangga," ucap Iqbaal dengan jelas.

(Namakamu) menyipitkan kedua matanya ke arah Iqbaal, "aku kok nggak merasa punya suami pada hari ini, ya?" tanya (Namakamu) menyindir.

Iqbaal membolakan kedua matanya terkejut,"sayang.. jangan ngomong gitu, kemarin, hari ini sampai selamanya Iqbaal tetap suami kamu. Sayang... Iqbaal minta maaf tentang yang kemarin, Iqbaal janji nggak bakal ngambek lagi kalau kamu nggak ikut. Janji!" Iqbaal mencoba bergerak sedikit dari posisinya.

"Mundur!"

Iqbaal akhirnya mundur kembali. (Namakamu) melihat suaminya yang berpandangan khawatir, Iqbaal akan panik jika (Namakamu) sudah berbicara seperti itu. "Oke, aku terima minta maaf kamu... eeh.. tapi ada syaratanya. Uang bulanan naik, oke?"

Broken Angel [Season II Of Me And My Broken Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang