Aku sayang meski sebatas teman

173 6 0
                                    

Malam masih terasa indah setelah hariku bersamanya. Seperti biasa, setiap pagi Arvin selalu menjemputku dan berangkat bersama ke sekolah. Hampir anak-anak di sekolah yang suka gosip, menggosipkan aku dan Arvin pacaran.

"Keasyikan berdua, aku di lupain nih." Ledek Salma yang kini berdiri di tengah-tengah antara aku dan Arvin.

"Enggak kok." Ucapku sekenanya.

Aku berjalan meninggalkan Salma yang masih mematung di dekat parkiran bersama Arvin.

"Dia cantik ya, baik." Ucap Arvin seketika.

Salma menatap Arvin dengan tatapan kosong dan segera pergi meninggalkan Arvin yang masih menatap ke arah depan.

"Woy, Vely tungguin aku dong." Teriak Salma dari kejauhan.

Aku sama sekali tak menengok dan mataku sengaja menjelajah sekitar.

"Aku dekat dengan Arvin, tapi gak akan menghapus sukaku ke Mike. Aku tetap suka meski udah rasain sakit berkali-kali. Memang sakitnya seperti tertusuk duri melihat dia bermesraan dengan pacar barunya itu." Batinku.

Salma berhasil menyusulku dengan nafas yang terengah-engah.

"Capekkkkkkk." Rengek Salma.

"Yang nyuruh lari siapa?" Tanyaku dengan memasang wajah datar.

"Ya enggak ada sih." Jawab Salma dengan memanyunkan bibir bawahnya.

"Lagian aneh, ada yang nyuruh lagi juga enggak malah lari gak jelas."

Suara ocehan Salma menghentikan langkahku untuk menuju kelas. Mataku tertuju Mike di sudut ruang kelas, dan lagi-lagi bersama pacar barunya yang alay itu.

"Kamu sakit? Dia aja gak peduli, gak pernah tau keberadaan kamu. Kamu masih berharap sama dia? Sadar Vely! Sadar! Gak semua cinta perlu di perjuangin kalo yang mau di perjuangin gak pernah tau keberadaan kita." Ucap Salma.

Aku hanya menundukkan kepala, mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Salma. Memang ada benarnya juga ucapan dia.

"Aku sadar diri kok. Gak pantas aku jatuh cinta sama dia, terlebih dia hits. Aku gak cocok ya." Jawabku dengan rasa minder.

"Jangan minder gitu dong Vely. Kamu cantik, pintar. Kamu pantas buat dicintai, tapi bukan sama orang seperti dia."

"Lantas?"

Salma hanya terdiam. Bingung menjawab ucapanku lagi. Dia hanya mengelus pundakku penuh perhatian. Well, dia memang sahabat sejati bagiku.

_Arvin Rahman Rafandra_

"Woy!" Sapa Gavin.

"Kemana aja? Kok ngilang."

"Ngilang? Lu kali yang sibuk sama cewek baru lu, sampai-sampai gua di lupain. Sakit anjir." Ujar Gavin.

"Amin. Doain aja jadi cewek gua. Btw, lu alay ih." Jawabku.

"Tega kamu. Hiks... Hiks..." Ledek Gavin yang sok mewek gak jelas.

Plakkk!

Tanganku kini hinggap di laki-laki tinggi yang berambut pirang dan gaya yang alaynya itu.

"Lu gak usah alay!"

Tap.. tap.. tap..

Suara langkah kaki seseorang menghampiri ruang kelasku, rupanya itu Pak Agus.

"Selamat pagi." Sapanya.

"Pagi pak." Jawab kami serempak.

"Berhubung cuaca sedang hujan, kita materi saja di kelas." Serunya.

HARI BERSAMANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang