Setiap detik yang terasa, membuat aku sadar bahwa nyaman memang ada.
_Evelyna Gracella_
***
"Pagi tante!" Sapa Arvin.
"Pagi kembali. Eh nak Arvin udah ada disini. Pagi sekali?" Ujar mamah.
"Iya nih. Tante, nanti Vely saya ajak jalan-jalan ya. Pulangnya terlambat gak papa kan? Saya jaga dia baik-baik kok tan." Ujar Arvin dan memastikan semoga diizinkan mamah.
"Kemana?" Tanya mamah.
"Mungkin ke pantai, liat senja tan." Ujar Arvin lagi yang wajahnya cengengesan malu-malu gitu.
"Yasudah gak papa. Ingat! Sebelum jam 8 malam harus udah ada di rumah ya." Ujar mamah mengingatkan.
"Siap tante." Jawabnya spontan dengan semangatnya.
Aku berjalan menghampiri mamah dan Arvin yang sedang asyik mengobrol di sofa depan televisi.
"Lama ya?" Tanyaku pada Arvin.
"Seperti biasa!" Jawab Arvin dengan nada kesalnya.
"Maaf." Jawabku sekenanya.
"Kamu tau? Hal yang sangat membosankan itu menunggu. Tetapi kalau yang kutunggu kamu, aku gak bakal bosan kok." Ledeknya.
Aku mengerutkan bibir mungilku dan dengan sigapnya meraih tangan Arvin.
"Sayang.. pelan dong. Kasian nak Arvin." Ujar mamah memvela Arvin.
"Bodoamat!" Ujarku.
"Tante, sakit nih. Vely kasar. Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini namanya." Rengeknya.
"Apaan sih, gak usah sok imut gitu deh." Cetusku.
Mamah hanya tersenyum manis melihat tingkah Arvin yang lucu itu.
Aku dan Arvin berpamitan kemudian meninggalkan rumah. Arvin memberikanku helm berwarna ungu untuk kupakai.
"Pakai ini." Kata Arvin yang tangan kanannya menyerahkan helm.
"Untuk apa? Emang kita naik apa?" Tanyaku.
"Tuh." Jawab Arvin sekenanya.
"What? Panas dong. Aku gak biasa panas gini. " Rengekku.
"Udah gak usah bawel, gak usah lebay. Buruan!" Jawab Arvin.
Tangan Arvin kini berada di pipiku mengenakan helm di kepalaku. Wajahnya terlihat manis dengan bulu mata lentik.
Aku menaiki motor berwarna merah yang di kendarai Arvin.
"Pegangan yang erat." Ujarnya.
"Gak mau! Modus!" Jawabku jutek.
"Yaudah sih!"
Arvin mengendarai motornya dan melesat dengan kencang, aku refleks memeluk perut Arvin dengan eratnya.
"Di kasih tau ngeyel sih." Ledek Arvin dengan wajah cengengesan.
"Tau ah!" Jawabku dengan kesal.
"Makin cantik kalau lagi kesal gitu."
Motor yang dikendarai Arvin memasuki gang sekolah dan aku menjadi sorotan mata anak-anak. Entah apa yang salah dengan diriku atau mungkin karena aku bersama Arvin, anak hits di sekolah ini. Well, i don't care.
***
Well, lagi-lagi aku harus makan hati. Melihat Mike dengan si cewek centil itu. Upss maksud aku Dhea.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARI BERSAMANYA
Short StoryAku ingin terbang setinggi mungkin meski aku tahu sakitnya jatuh berkali-kali. Apa jadinya jika mencintai seseorang yang diidolakan sejak lama tetapi selalu saja cintanya bertepuk sebelah tangan. Tetapi datang seseorang yang membuat nyaman, selalu...