Part 3

115 8 0
                                    


͏

"benarkah?! Waaah. Aku sudah tidak sabar ingin melihat CEO kita" Sana berujar sembari menyatukan kedua tangannya dan meletakannya di depan dada. Tentu saja dengan mimik wajah yang ingin Zeina cakar kalau ia tidak ingat Sana adalah rekan kerjanya.

Zeina menatap satu persatu teman makan siangnya, dan ia hanya bisa menghembuskan nafas keras melihat mereka yang sepertinya sudah-sangat-jatuh-cinta dengan suaminya. Ditambah lagi Zeina juga menderang beberapa karyawan yang juga tengah makan siang di dekat meja mereka ternyata sedang bergosip membcarakan suaminya. Hal itu membuat Zeina bertambah kesal. Sehingga ia berulang kali mengembuskan nafas bosan dan melanjutkan makan siangnya ogah-ogahan.

Melihat Zeina yang seperti itu, teman-temannya pun merasa heran. "Ada apa denganmu Ze?" Rena bertanya diikuti tatapan teman-temannya yang lain.

Zeina yang ditanya hanya melanjutkan makannya dan menjawab sekenanya. "Aku tidak apa-apa, lanjutkan saja acara bergosipnya. Aku akan makan dengan tenang"

Kelima temannya hanya menggeleng mendengar jawaban Zeina, ia mengatakan akan makan dengan tenang tapi cara Zeina memasukkan makanan ke dalam mulutnya seperti orang yang tidak makan seminggu.

"Aku heran denganmu Ze, sepertinya setiap kali kami membicarakan tentang CEO kita kau selalu tidak peduli. Dan malah fokus ke hal lain". Kiran berujar sembari diikuti anggukan tanda setuju yang lain.

"katakana pada kami, kenapa kau seperti itu? Apa kau tidak suka pada CEO kita?" Dila bertanya dengan mimik wajah yang sangat penasaran.

Zeina yang ditanya hanya diam dan tetap melanjutkan acara makannya, kali ini dengan lebih tenang dan anggun. Melihat Zeina yang sepertinya hanya diam. Meli akhirnya ikut melontarkan pertanyaannya yang membuat semua mata dimeja tersebut menatap Zeina penuh rasa ingin tau. "Apa kau sudah punya kekasih Ze?"

Zeina awalnya terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Tapi ia dengan cepat mengubah raut wajahnya. kemudian menyuapkan makanan terakhir ke dalam mulutnya dan mengambil milkshake cokelat kesukaannya.

Melihat Zeina yang hanya diam, Sana dan Rena yang duduk di sebelahnya kompak memegang lengan Zeina dan mengguncangnya sembari merayu Zeina untuk menjawab pertanyaan meli. "Jawablah saja Ze, apa kau sudah punnya kekasih? Kita kan rekan kerja satu divisi." Kiran berkata sembari menaik turunkan alisnya. Diikuti kikikan dari rekan kerjanya yang lain.

Karena tidak tahan dengan tatapan rekan-rekan kerjanya dan goncangan Sana dan Rena di lengannya yang bertambah kencang. Akhirnya Zeina mengalah.

"Aku tidak punya kekasih. Tapi aku sudah menikah"

Jawaban Zeina kontan membuat semua mata yang ada di meja itu melotot tidak percaya, bahkan goncangan Rena daan Sana di lengannya berhenti secara otomatis. Dan Meli yang duduk berseberangan dengan Zeina menganga dengan sangat tidak cantik.

Dila yang pertama kali tersadar dari keterkejutannya langsung mencondongkan tubuhnya kedepan dan menatap Zeina dengan raut bingung. "kau sudah menikah? jangan bercanda Ze! ini bahkan belum dua bulan sejak kau diwisuda"

"itu benar, tidak mungkin kau sudah menikah. aku bahkan tidak melihat kau diantar suamimu ke kantor". Sana menambahkan sambil mengibaskan tangannya tidak percaya. Rena juga menatap Zeina bingung. "benar, kekasihku saja selalu mengantarku ke kantor, meskipun kantor kami berlawanan arah. Jika kau sudah menikah seharusnya suamimu mengantarmu kemari. Tapi aku selalu melihatmu berjalan tiap harinya" tambah gadis berambut sebahu tersebut.

"kami baru menikah selama sebulan, dan juga suamiku sedang ada pekerjaan di luar negeri. Jadi ia tidak bisa mengantarku ke kantor" Zeina menjawab sembari menatap mereka semua.

"wah, benarkah? Jadi kau sudah benar-benar menikah?" Rena bertanya antusias, dan Zeina hanya mengagguk. Melihat anggukkan Zeina, Sana kemudian bertanya lagi "lalu siapa nama suamimu?" mendengar pertanyaan itu membuat Zeina bingung, apakah ia harus mengatakan pada mereka bahwa suaminya adalah Lucian, CEO Fernandez Grup yang sejak tadi mereka bicarakan.

Zeina tau, Lucian pasti tidak akan senang bila ia menyembunyikan fakta bahwa ia dan Lucian telah menikah, tapi Zeina masih merasa ragu. Dia takut mereka tidak akan percaya dan malah mengejek dirinya atau yang lebih parah mengatainya gila karena terlalu tinggi bermimpi.

Tapi biarkan saja, Lucian memang suamiku, aku akan membuat Lucian sedih kalau aku tidak mau mengakuinya sebagai suamiku. Begitu pikir Zeina. "nama suamiku adalah Lucian" ujar Zeina mantap.

"Lucian? Nama suamimu mirip dengan CEO kita, kau tidak akan bilang kalau CEO kita adalah suamimu kan?" kiran berujar kemudian tertawa. Dan yang lainpun ikut tertawa mendengar jawaban kiran. Zeina yang merasa kesal dengan jawaban mereka kemudian berujar " Dia memang suamiku".

Dan seketika itu juga suasana di meja mereka menjadi hening. Dan hal tersebut membuat Zeina bingung. "kenapa kalian jadi diam? Kalian tidak percaya padaku?" Zeina menatap satu persatu orang yang ada di meja mereka. Dan mereka semua kompak menggeleng.

Melihat itu Zeina hanya menghembuskan nafasnya. "yasudah kalau kalian tidak percaya, itu terserah kalian saja" Zeina kemudian melanjutkan meminum milkshake cokelatnya.

"bangunlah Ze, jangan terlalu tinggi kalau kau mau bermimpi. Kita bukan siapa-siapa, kau harus ingat kalau CEO kita terlalu dingin dan terlalu sulit untuk kita raih" Dila, yang memang duduk di samping Zeina berujar sembari menepuk pundak Zeina beberapa kali. Hal tersebut membuat seisi meja tertawa dan membuat Zeina bertambah kesal.


*****&*****

jangan lupa vote komen sayangku ^_^

makasih :*

Zeina, After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang