Part 2

140 8 0
                                    


Hari pertama kerja dilalui Zeina dengan cukup tenang. Pertama-tama para karyawan baru diajak berkeliling perusahaan oleh penanggung jawab mereka untuk mengetahui departemen-departemen apa saja yang ada di Fernandez Group. Meskipun melelahkan karena menurut Zeina terlalu banyak departemen di perusahaan suaminya.

Tetapi Zeina juga merasa bangga pada suami dan ayah mertuanya, karena bisa menghandle dan bertanggung jawab terhadap ribuan orang yang bekerja di Fernandez Group. Dan hal itu membuat Zeina lagi-lagi merasa bersyukur karena Tuhan memberikannya suami yang memiliki tanggung jawab besar dan pastinya memiliki cinta yang besar untuknya. Hihihi

Sebenarnya Zeina sempat berpapasan dengan Kenzo saat ia dan karyawan baru lainnya tengah mendapat penjelasan mengenai Departemen Pemasaran saat berkeliling tadi. Zeina bertambah gugup saat melihat gerak-gerik Kenzo yang menurutnya mencurigakan. Dan benar saja, Kenzo, seperti biasa dengan muka songongnya yang sayangnya memang tampan, tersenyum begitu lebar dan melambai-lambaikan tangannya kearah Zeina.

Bahkan ia sudah akan melangkah kearahnya saat Zeina dengan mimik wajah yang benar-benar terlihat ngeri menggeleng dan memohon melalui tatapan matanya agar Kenzo tidak menghampirinya. Dan beruntunglah karena meskipun songong, Kenzo adalah orang yang sangat pintar sehingga bisa menangkap sinyal yang Zeina berikan, Zeina harus mengakui itu. Karena jika Kenzo bukan pria yang pintar, maka ia tidak mungkin jadi salah satu programmer terbaik di Fernandez Group kan?

Agenda selanjutnya adalah membantu para seinior di departemen keuangan. Mulai dari memfotocpy dokumen, mencetak file, membuatkan minum, sampai membantu merekap bukti-bukti transaksi. Semua hal tersebut memang wajar dilakukan oleh karyawan baru. Mengingat mereka adalah newbie dan tentu saja fakta bahwa senioritas tidak akan pernah mati dimanapun dan kapanpun.

"Zeinaaaa!" Anggun, salah satu senior di Divisi 2 memanggil dengan intonasi yang sangat keras. Zeina yang sedang menginput data, merasa namanya terpanggil namanya segera mengahampiri meja seniornya tersebut.

"copy kan berkas ini. Setelah itu susun dan jangan lupa lampirkan laporan keuangan bulan ini. Berikan pada Manajer secepatnya" Anggun berkata sambil matanya tetap fokus memandang layar komputernya, sedangkan tangannya mengarah pada Zeina menyerahkan sejuamlah map yang berisi banyak berkas yang harus Zeina copy.

Zeina segera mengambil map tersebut dan berjalan ke mesin fotocopy yang ada disudut ruangan untuk melaksanakan tugas yang diberikan seniornya tersebut. Sedangkan karyawan lain yang melihat hanya bisa memberikan tatapan simpati dan merasa sedih, mereka tidak bisa melakukan apapun. Bahkan Dila dan kiran yang sejatinya adalah senior Zeina pun tidak bisa melakukan apapun dan hanya memberikan permohonan maaf melalui tatapan matanya. Sedangkan Zeina hanya membalas mereka dengan senyuman, untuk mengatakan pada mereka bahwa ia baik-baik saja. Memang sejak pertama kali Zeina dan karyawan baru lainnya masuk keruangan, Anggun wanita berusia 26 tahun yang merupakan karyawan paling senior di divisi 2 terus mencecar Zeina dengan berbagai tugas. Karena itulah tidak ada yang berani menentang Anggun.

Meski begitu, Zeina cukup merasa senang, karena pada hari pertamanya bekerja dia sudah dekat dengan beberapa rekan kerjanya, tentu saja hanya mereka yang mau didekati. Ada Dila dan Kiran yang merupakan seniornya di Departemen keuangan divisi 2 tempatnya bekerja, ada juga Meli, Sana dan Rena yang juga newbie sama seperti dirinya. Zeina pikir mereka orang yang sangat baik dan cukup menyenangkan. Sedangkan mereka yang memiliki wajah galak seperti Anggun, Zeina tidak mau ambil pusing selama mereka tidak membuat masalah yang benar-benar diluar batas.

۞

Ini sudah beberapa hari sejak Zeina mulai bekerja di Fernandez Group. Saat ini adalah waktu istirahat bagi karyawan Fernandez Group. Karena itulah cafetaria perusahaan benar-benar ramai. Meskipun tepat ini sebenarnya sangat luas, tetapi masih terasa penuh karena banyaknya orang yang bekerja disini. dan Zeina setiap kali memasuki tempat ini selalu merasa bahwa tempat ini lebih mirip bazar makanan dari pada cafeteria sebuah perusahaan. Karena banyaknya jenis makanan yang tersedia disini dan banyaknya pengunjung. Lihat saja, ada yang tengah makan sambil berbincang, ada yang makan sambil bergosip, ada juga yang tengah mengantre makanan, bahkan antrian di counter makan sebelah barat dan timur sangat panjang.

Zeina, After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang