Part 6

136 8 0
                                    

malem ini aku post 2 part yaaa.

happy reading ^_^


۞

Lucian menghentikan laju mobilnya tepat di depan pintu masuk perusahaan. Turun dan mengitari mobil untuk membukakan pintu bagi Zeina seraya mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh sang istri. Pasangan suami istri tersebut melangkah dengan anggun memasuki kantor. Seperti dugaan Zeina, semua mata tertuju pada mereka, bahkan dua security yang berjaga di pintu masuk sempat lupa mengucapkan selamat pagi pada CEO mereka lantaran terlalu terkejut melihat sang bos menggandeng posesif seorang wanita. Pun dengan karyawan-karyawan lain yang memang telah berada di kantor., Meskipun mereka sempat menyapa Lucian tetapi mereka juga melemparkan pandangan pada Zeina, ada yang memandang dengan tatapan terkejut dan ada juga yang memandang Zeina tidak suka. Hal tersebut membuat Zeina merasa takut dan gugup bukan main. Lucian yang menyadari Zeina merasa gugup kemudian mengeratkan genggamannya. Dan tersenyum begitu manis saat Zeina menatapnya, seolah berjanji bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Mereka terus melangkah memasuki lift khusus bagi orang-orang penting perusahaan. Saat akan memasuki lift pun mereka masih setia menatap Lucian dan Zeina. Hal tersebut membuat Lucian menghentikan langkahnya. "apa kalian datang ke kantor hanya untuk melihatku dan istriku seperti itu?"

Meskipun Lucian berkata tanpa menatap karyawannya, akan tetapi cara bicaranya yang begitu tenang khas seorang Lucian langsung menyadarkan karyawan-karyawannya. Mereka terburu-buru untuk kembali ke pekerjaan masing-masing meskipun banyak hal yang masih mengganjal di fikiran mereka, terutama terkait kalimat Lucian tadi.

Lucian menuntun Zeina untuk memasuki lift. Tidak sekalipun melepaskan genggaman tangannya pada tangan mungil Zeina.

"bukankah kau tidak seharusnya berkata seperti itu bi?" Zeina berujar sembari menatap suaminya.

"berkata seperti apa?" Lucian tersenyum menatap Zeina. Sangat tampan!

"kau tadi terdengar seperti sedang memarahi mereka semua" kata Zeina.

Sementara Lucian hanya tersenyum tipis. Sangat tipis, tapi tetap saja masih terlihat sangat menawan bagi Zeina.
"tidak ai, aku tidak memarahi mereka, aku hanya menegur"

Saat Lucian mengatakan hal tersebut, lift berhenti di lantai tiga, tempat Zeina bekerja. Zeina yang menyadari dimana ia berada buru-buru mencegah Lucian yang telah keluar dari lift. Untuk apa lagi kalau bukan untuk mengantar istrinya.

"kau tidak perlu mengantar sampai ruanganku bi, aku bisa pergi sendiri. Um, kau kembalilah ke ruanganmu" Zeina berujar diiringi senyum yang sangat manis. Bukan berarti ia tidak senang jika Lucian mengantarnya ke ruangan tempat dimana ia bekerja. Ia hanya tidak ingin diberi tatapan seperti di lobi tadi. Dan ia tahu berita tadi juga sudah sampai di departemen keuangan dan pastinya rekan-rekan kerjanya saat ini tengah menggosip tentang hal tersebut. Dan ia tidak mau Lucian mendengarnya.

Lucian menatap Zeina tidak yakin. Ia tidak mengatakan apapun, hanya menatap Zeina dengan dahi terlipat. Zeina yang melihat hal tersebut buru-buru menambahkan "aku benar-benar bisa pergi sendiri bi, kau tidak perlu khawatir. Jadi kau pergilah ke ruanganmu dan jadilah CEO yang keren"

Cup~

"aku mencintaimu"

Zeina mengecup pipi kiri Lucian sekilas dan dengan cepat berlari ke ruangannya. Sementara Lucian menyentuh pipinya dan tersenyum. Ia ingat belum membalas kata cinta dari istrinya. Karena itulah ia berujar dengan pelan "aku lebih mencintaimu, ai" lalu berjalan memasuki lift untuk pergi keruangannya di lantai 65.

۞

Begitu Zeina memasuki ruangan, semua mata teruju padanya. Diasana, Zeina bisa melihat bahwa rekan-rekan kerjanya tengah berkumpul mengitari meja Sana, dan Zeina teramat yakin mereka tengah membicarakannya. Dan Zeina memilih untuk tidak perduli. Ia berjalan ke arah mejanya. Meletakkan Gucci hand bag nya di sisi meja dan mulai menyiapkan transaksi-transaksi yang hendak ia input.

Zeina, After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang