Satu tahun delapan bulan kemudian. Hubungan antara Ali dan Humaira semakin renggang. Bukan karena masalah dan pertikaian, tapi perasaan mereka yang tak kian pudar.Mereka kini kelas tiga, dan sebentar lagi mereka akan wisuda. Yaps, dua minggu yang lalu UN telah berlagsung, dan pengumumannya jatuh pada lima hari kedepan.
"Ra, lo yakin nggak mau masuk Universitas ini? Padahal lo dapet beasiswa lho." Tari mengerutkan dahinya sambil menunjukkan sebuah brosur yang tertempel di papan pengumuman.
"Tekad gue udah bulat Ri, gue cuma ingin deket aja sama kakak gue."
"Aduh ra... Mau sampai kapan coba." Tari menepuk dahinya.
"Lah, lo sendiri ngapain nglanjutin di sana?"
"Gue sih cuma mau ngejar S1 doang di fakultas ekonomi."
"Nah lho.. Satu fakultas juga." Aira memegang pundak sahabatnya.
"Lo tu nggak peka sih Ra! Gue tu nggak mau pisah sama lo!" Tari nangis dipelukkan Aira.
"Lo juga tahu kan, cowok yang selama ini gue suka juga ada disana." Lanjutnya
Deg.
Cowok yang disukai Tari itu berarti.... Alvy ada disana."Kenapa? Lo nggak tahu ya?" Tari mengerjapkan matanya yang kini sembab.
Aira menggeleng.
"Ya Allah Aira... Dulukan Alvy pernah bilang keelo. Kenapa lo bisa lupa?"
"Ri, lo kan tahu kalau waktu iti gue cuma kebawa nafsu doang pacaran sama Alvy. Gue nggak pernah suka sama dia. Lo juga sih, nggak bilang kalau lo suka sama dia. Tau gitu nggak bakal dah gua trima tu anak." Jelas Aira dengan jujur.
"Kalau Ali yang nembak lo gimana?" Tari menatap Aira dengan raut muka serius.
"Apa sih Ri?"
"Nggak gue serius, setelah wisuda Ali akan nglanjutin kuliahnya di Jepang."
Aira terperanjat, entah perasaan apa tapi hatinya sangat sakit ketika mendengar kabar itu.
Astaghfirullah.... Kenapa lagi aku ini ya Allah? Perasaan apa ini?
"Ra, Ra? Lo kenapa?" Emm nggak papa kok.
Aira mengeluarkan hpnya.
Aira
Kak, aku jemput sekarang ya?Rahmat
Lho, emang udah selesai?Aira
Udah.Rahmat
Ok. Kakak jalan."Lo udah mau pulang Ra?" Tari bingung lihat tingkah Aira yang tiba-tiba berubah.
"Iya, tadi aku lupa sesuatu dikamar." Aira menengok kedalam kelas.
"Nggak usah nyari Ali dia nggak masuk hari ini." Rizal yang ternyata sedari tadi dibelakang mereka menurunkan bukunya.
"Rizal? Apa sih gaje banget!" Aira beranjak meninggalkan dua orang yang menatapnya curiga.
Didepan gerbang, Rahmat sudah menunggu. Ia melambai saat matanya bertemu dengan Adiknya.
Aira berlari dan memeluknya, tanpa menghiraukan pandangan Tari dan Rizal.
"Itu siapanya Aira?"
"Kakaknya." jawab Tari singkat.
"Mereka deket banget ya?"
"Hem iya." Tari menjawab dengan cuek.
"Ri gue mau tanya sesuatu boleh nggak?"
"Tanya aja."