Komitmen 9

30 10 0
                                    

Makin nggak jelas aja ni cerita, sorry ya? Authornya masih amatir. Kalau ada typo maklumin aja ya? Oh ya selamat melanjutkan cerita gaje ini....

Aira POV

Mataku masih berat untuk dibuka. Apalagi setiap aku membukanya air mata ini tak bisa dibendung. Tapi, aku kan harus sekolah?

Aku terperangah melihat jam sudah jam setengah tujuh. Aku langsung mandi dan kudapati kenyatan bahwa aku sedang haid.

Seusai mandi, aku berlari kekasur untuk memastikan bahwa itu nggak berbekas. Ah, untungnya tidak.... Setelah aku menengok jam lagi rasanya ada yang aneh. Ya Allah! Jamnya mati!

"Kok udah bangun dek, nggak enak apa tidur siangnya?" Kak Rahmat membawa nampan berisikan makan.

"Tadi umi bilang kamu lagi haid, jadi nggak kakak bangunin buat dhuhur. Ini malah kakak bawain makan kalau sewaktu-waktu kamu bangun." jelas kak Rahmat saat menaruh nampan berisikan makan itu.

Aku  ingat saat aku bangun aku nangis dipelukan kakak dan abis itu ternyata aku tidur lagi.

Dasar labil!

"Makan dulu gih. Apa mau kakak suapin?"

Aira mengangguk tanda setuju.

"Kak, nanti Aira mau ketaman."

"Kakak ikut?"

"Nggak usah kak, Aira mau sendiri. Tapi pinjam motor kakak ya?"

"Iya, emang dedek mau jalan kaki?"

"Ya nggak lah kak."

"Ya udah abis makannya kakak mau mandi."

"Iya kak, btw kakak mau kemana?"

"Ngerjain tugas sebelum praktek."

"Hah? Kak Rahmat udah mulai praktek?"

"Hem."

"Kak kalau begitu aku ikut kerumah kakak ya? Biar Aira yang ngurus ok?"

"Iya adekku sayang..... Kakak juga udah bilang gitu ke Abi sama Umi." Kakak mengacak rambutku.

"Dibolehin kak?"

Kak Rahmat mengangguk, ia tersenyum dan menaruh piring yang kosong dinampan.

"Iya lah." kak Rahmat menenteng nampan itu dan menutup kamarku.

"Kuncinya ambil aja di kamar ya?"

"Iya kak." Jawabku dan beringsut ke kamar mandi.

"Lah aku tadi kan udah mandi?" Aku menepuk jidat dan mengganti pakaianku dengan gamis berwarna coklat susu dan khimar yang warnanya mirip.

Aku menstarter motor kakak dan memacunya sampai ketaman.

Hawa sejuk menyeruak diantara pohon pillow yang tumbuh rindang. Aku duduk dibawah pohon itu dan mulai menggambar desain gamis yang diminta umi. Eits jangan salah, setelah aku UN, Umi menyerahkan cabang usaha butiknya untukku. Jadi selama kuliah aku punya penghasilan sendiri.

Dari Sebuah PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang