Hanya Sebuah Bayangan(5)

40 11 2
                                    

Misaki, Jepang, 7 Agustus dua tahun yang lalu. Sebuah insiden tak terduga terjadi. Seorang gadis SMA bunuh diri dengan melompat dari lantai teratas sekolahnya. Polisi setempat beranggapan bahwa kasus bunuh diri itu terjadi karena gadis tersebut adalah korban pembulian. Dengan keterangan seorang saksi, akhirnya polisi menangkap 5 pelaku bully dan kemudian dimasukkan kedalam pusat pengarahan.

Ali POV

"Tidak! Jangan lakukan itu! Itu berbahaya! Kumohon jangan!" Aku memegang erat tangan mungil seorang gadis dibawahku.

"Kumohon kalian tolong kami!kumohon..." Aku berteriak pada 5 orang siswa di belakangku.

Tapi mereka hanya diam, tak satu pun yang bergeming. Wajah mereka begitu takut dan pucat.

"Ali-chan, jangan halangi dia, biarkan saja! Atau seumur hidupmu hantunya Yui-san akan mengikutimu!" Kata mereka dengan bodohnya.

"Bodoh! Hantu apaan? Saat ini teman kita akan mengakhiri hidupnya! Kenapa kalian tidak menahannya?" Teriakku lagi

"Bagaimana pun juga dia akan bunuh diri, Ali-chan! Karena itu keputusannya, kamu tidak bisa mencegahnya." Kata seseorang lagi.

Jujur aku tidak kuat lagi. Kutatap mata gadis itu, entah kenapa ia bisa setenang itu.

"Moi, Ali-chan. Watashi wa daijobu desu. Watashi wa..., Ali daisuki." Katanya lirih dan tersenyum manis padaku.

Dia melepaskan genggaman tangannya dan terjun. Aku sempat melihat ketika tubuhnya terhempas ketanah. Tapi kemudian aku terlempar pada ruangan yang gelap dan tanpa kusadari aku telah kembali ketempat dimana aku berada.

"Lho, Ali kamu sudah sadar ya? Alhamdulillah.... Sebentar ya, biar kupanggilkan Paman dulu." Aira tersenyum dan mengambil telponnya.

Aneh, kenapa dia ada disini? Apa dia tahu aku kenapa? Tapi siapa yang memberitahu dia? Ayah tidak mungkin mekakukannya. Tapi kenapa?

"Hei Ali, kamu tadi kenapa? Emm... kamu tadi bergumam dengan bahasa Jepang kan? Ah gimana ya? Seperti ini." Aira memposisikan dirinya

"Iie ta iie ta! Dameda! Dame! Ah!aku tak tahu kamu bicara apa. Yang aku tahu kamu hanya terlihat panik. Kamu mimpi buruk ya?" Lanjutnya.

"Huft Hahahahaha." Aku tak bisa menahan tawaku, bahasa Jepang nya sedikit aneh ditelingaku.

Aku bahkan sudah banyak lupa tentang hal itu. Dan kenapa ia datang lagi sebagai mimpi burukku?

"Kamu kenapa tertawa?"

"Gaya bicara dalam bahasa Jepang mu aneh.."

Blam!
Pintu ruangan ku terbuka, itu artinya ayah sudah datang. Benar saja, ayah datang dengan nafas terengah-engah. Ayahku yang malang, sepertinya aku mebuatnya khawatir.

"Oh paman sudah datang, kalau begitu Aira pamit dulu ya. Assalamualaikum." Aira berdiri dan beranjak meninggalkan kami.

"Waalaikumsalam." Aku dan ayah menjawabnya bersamaan.

Belum juga bernafas, ayah menanyaiku
"Kau suka dengannya heh?" Ayah menatapku serius.

"Ah, apa sih yah?" Balasku bertanya.

"Ada sesuatu yang disembunyikan, iyakan? Jangan ngeles, kalau pertanyaan dibalas dengan pertanyaan, itu berarti ada sesuatu."

Ding dong! Aku tak bisa berkutik lagi.

"Aw, ayah.. Tiba-tiba luka jahitanku sakit." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan

"Bohong. Biusmu belum hilang karena belum satu jam."

"Ayah..."

"Fadil, ayah nggak ngelarang kamu kok. Tapi kamu harus berjuang untuk cintamu! Jangan dilepas ya?" Ayah memasang senyum indahnya.

Aku mengangguk. Aku suka dengan Aira? Entahlah. Mungkin pakaiannya yang membuatku tertarik. Atau mungkin ya, dia lumayan cantik.

Ali POV end

***

Aneh mungkin, tapi aku sendiri juga tak mengerti. Aku harus diam dan berpura-pura tak tahu siapa orang yang baik itu.

"Kau kenapa?" Kak Rahmat memegang tanganku.

"Em, tidak apa-apa kok kak. Aku hanya memikirkan sesuatu."

"Apa yang kau pikirkan? Coba cerita kekakak, siapa tahu kakak bisa ngebantu."

"Ah ya kak. Jadi gini, teman aku tu ngajak aku bergabung di organisasinya. Kalau nggak salah namanya ROHIS gitu. Tapi aku kan nggak punya pengalaman berorganisasi, jadi aku takut ngrepotin dia kak." Jelasku padanya.

"Ok, itu cowok kan?" Tanya kak Rahmat tanpa basa basi.

"Lho, kakak kok bisa tahu?"

"Insting aja sih. Kakak dulu juga gabung sama organisasi itu waktu kelas 1 dan 2. Kakak belum cerita ya, karena organisasi itu lho kakak bisa masuk ke universitas lewat jalur bea siswa."

Aku ternganga tak percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Aku nggak bohong." Kak Rahmat menghela nafasnya.

"Kau juga harus gabung. Kau ingin mengejar kakak kan?"

"Iya kak tapi..." belum selesai aku bicara, kak Rahmat menyelanya.

"Masalah cinlok kamu tenang saja. Aku rasa cowok yang kamu suka itu lumayan alim, jadi kakak akan lepasin kamu sama dia. Suatu hari nanti. Em.... Siapa namanya?"

"Kak Rahmat, apa sih yang kakak omongin? Namanya tu Ali Akbar Fadilah." Jawabku.

"Wah keren... Sampai tahu nama lengkapnya."

"Kak Rahmat ini gimana sih kalau begitu, kenapa aku nggak boleh pacaran?" Aku sudah sebel ranking A dengan apa yang dikatakan kak Rahmat.

"Hah? Berarti kamu ngarep banget ya jadi pacarnya? Ya ampun Aira sayang, kamu boleh pacaran sama dia kalau abis nikah." Kakak semakin menjadi-jadi. Aku pun diam.

Mungkin kakak akan seperti ini kalau ia tahu bahwa Ali lah yang mendonorkan ginjal untuknya.

"Dek, kakak mencintaimu. Jadi kakak nggak akan ngebiarin kamu sama orang yang salah." Kakak mengusap tanganku

"Iya, Aira tahu kok kak. Kalau begitu kakak tidur gih. Besok Aira masih libur, jadi Aira nginep disini lagi." Kataku dan mundur ke sofa untuk tidur.

Aneh, kak Rahmat mendadak jadi orang yang suka bercanda padahal kakak bukan orang yang seperti itu.

"Ah kenapa aku lupa? Sekarang kan ada diri yang lain didalam tubuh kak Rahmat." Gumamku.

"Apa dek?" Kak Rahmat menoleh kearahku.

"Lho kakak kok belum tidur?" Aku kaget melihat kakak yang ternyata masih mendengar ku.

"Oh, kakak lupa. Nanti jam 9 Abi mau bawain masakan Umi, soalnya kakak nggak suka masakan disini. Rasanya hambar." Kak Rahmat menatapku aneh.

"Dek, boleh minta tolong nggak?" Kak Rahmat mengisyaratkan agar aku mendekat.

"Boleh, memang apa kak?"

"Kamu maukan?" Kak Rahmat menunjuk kelaci.

"Kakak udah lama banget nggak denger suara kamu waktu baca Al Quran."
***

Dari Sebuah PerpisahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang