Bagian Awal

3.7K 307 35
                                    

TRING!

Suara bel pintu berbunyi tepat saat aku mendorongnya. Sore hari ini hujan turun dengan derasnya, aku memutuskan untuk mampir sebentar disebuah kafe diujung jalan tepat didepan kantorku. Aku tidak ingin mengambil resiko pulang dalam keadaan basah kuyup ditengah jalan tanpa menggunakan payung. Mengingat apartemenku hanya berjarak beberapa meter saja dari kantor. Aku tidak ingin sakit dan tidak bisa masuk kerja karena flu. Itu menyebalkan. Aku lebih suka bekerja daripada berdiam diri dirumah karena sakit.

Begitu aku masuk, suasana kafe sudah cukup ramai. Sepertinya semua pengunjung memiliki pikiran yang sama. Hampir semua kursi sudah terisi dengan penuh, hanya 1 tempat duduk ditengah counterlah yang kosong. Tanpa berfikir panjang, aku segera pergi menuju counter untuk mendapatkan kursi yang tersisa.

Suasana ramai ini sebenarnya tidak cocok untukku. Sebagai seorang manajer disebuah perusahaan smartphone ternama, area sosialku tidaklah dalam keramaian seperti ini. Yah... memang seorang manajer sepertiku lebih sering bertemu dengan banyak orang. Sayangnya kepribadian introvertku membuatku harus sering memasang senyum palsu didepan banyak orang demi menjaga reputasi. Walaupun rasanya, ingin aku pergi dari semua rutinitas yang membosankan ini.

"Mochacchino hangat Jin-hyung" seorang pelayan dengan senyum kelincinya menyodorkan segelas minuman hangat favoritku. Aku kenal betul dengannya, dia Jeon Jungkook, sepupuku yang bekerja dikafe ini. Dia tentu sudah hafal dengan pesananku, setiap kali aku mampir ke kafe. Pemuda mungil yang menggemaskan yang selalu membuatku ingin mencubit pipi gembilnya.

Aku tersenyum hangat -atau lebih tepatnya menahan tawa. Melihat sebuat late art dengan pola abstrak tersaji digelasku. Jungkook jelas yang membuatnya, anak ini tidak pandai membuat late art. Lihatlah bentuk daun yang ingin dia buat malah menjadi bentuk lingkaran dengan pola acak-acakan yang tidak jelas. Rasanya ingin tertawa, tapi tidak tega rasanya menertawakan hasil kerja keras sepupuku yang manis ini.

"Gomawo Kookie-ah. Hujan hari ini membuatku tertahan dikafe sedikit lebih lama" aku mulai menyesap mochachinonya, rasa hangat mengalir langsung ke dalam tenggorokan. Rasanya menenangkan dalam cuaca dingin begini. Walau late art yang dibuatnya selalu abstrak, tapi mochachino buatan Jungkook memang yang terbaik.

"Aku bisa meminjamkanmu payung hyung, aku membawa payung diloker. Akan kuambilkan kalau kau ingin pulang cepat"

Kuminum sedikit lagi mochachino sebelum berujar "tidak usah Kookie, hyung sedang tidak ingin pulang cepat. Lagipula kalaupun Hyung pulang, tidak ada yang menyambut hyung. Buat apa hyung terburu-buru"

"Hahaha makanya hyung cepatlah kau mencari pasangan biar ada seseorang yang bisa menemanimu dimalam hari yang dingin ini ihihi~"

Okay tawa centil Jungkook membuat bibir tebalku maju beberapa senti. Selalu saja begini, Jungkook akan menyindirku karena tidak memiliki pasangan diumur yang hampir 26 tahun.

Kuakui aku memang seorang submissive yang sangat pemilih. Apa kalian berfikir aku straight? Sayang sekali salah. Aku lebih suka holeku ini ditumbuk dengan cepat dan kasar oleh seorang dominant daripada aku menumbuk vagina para yeoja. Tapi, selama hampir 26 tahun aku hidup, aku sama sekali belum pernah berhubungan intim dan mengalami seks yang kuinginkan. Aku hanya ingin menyimpan pengalaman pertamaku untuk seseorang yang kusukai. Terdengar konyol memang, tapi aku ingin merasakan seks dengan cinta dan perasaan yang tulus dan murni, bukan hanya sekedar nafsu belaka.

"Ah! Selamat datang"

Seruan seorang pelayan terhadap tamu yang baru datang membuyarkan lamunanku seketika. Samar-samar rasanya tercium bau manis peppermint menguar diudara, bercampur sedikit bau anyir darah. Tepat saat kutoleh pintu masuk, mataku bertemu dengan seorang namja. Aura dominant yang dia miliki terasa kuat sekali, rasanya dia bahkan sanggup membungkus aura lainnya hanya dengan keberadaannya.

Devil Boy (NamJin) (On Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang