Makanan siap saji sudah terpampang dimeja makan mereka. Alsya tersenyum sumringah, tanganya sudah bermain dengan sendok garpunya. Dia memakan lahap makanannya. Alex yang melihat itu tersenyum, dia sayang sekali dengan Alsya.
"Gak dimakan punya lo?" Suara Alsya membuyarkan pikiran Alex.
"Eh, iya dimakan kok." Lalu setelahnya, keheningan melanda mereka.
Setelah menghabiskan makanannya. Mereka pergi ke sebuah taman yang dulu sempat mereka kunjungi.
Alex memakirkan motornya, duduk di bangku yang sudah disediakan di taman. Alsya pun sama.
"Seneng deh, lo udah bisa senyum gini."
Alsya menoleh, kembali memamerkan senyum termanisnya. "Kita gak usah musuhan lagi deh, temenan aja."
Alex yang mendengar itu langsung sumringah, "Oke! Lebih juga boleh,"
"Ya, temenan dulu aja."
"Btw, lo ada masalahnya sama Nata?" Tanya Alex.
Wajah ceria Alsya langsung terganti dengan wajah yang muram, mengingat bagaimana Nata lebih memilih Ratu daripada dirinya.
"Yah mewek, sini peluk." Alsya hanya mengarahkan kepalanya ke dada bidang Alex.
Alex menghembuskan nafasnya, "Al, maaf dulu gue pernah berniat jahat sama lo. Tapi, sekarang gue udah berubah. Cinta gak harus memiliki,"
Alsya hanya diam saja. Alex kembali berbicara, "Cerita dong, biar sedihnya bisa berdua."
"Sakit banget saat tahu orang yang kita sayang lebih memilih masa lalunya. Berpelukan lagi."
Alex mengerutkan keningnya, "Maksudnya gimana?"
Alsya terdiam sejenak, mencoba menahan sesak yang ada, "Nata lebih milih Ratu, mantannya. Dia berpelukan tanpa beban. Nata bentak gue didepan Ratu. Dan dia bilang Ratu lebih penting dari gue." Air matanya luruh seketika. Tangannya memeluk Alex lebih erat.
Alex juga membalas pelukan Alsya. "Kok gitu? Bukannya Nata sayang banget sama lo?"
"Gak ngerti lagi sama dia. Akhirnya gue putusin dia."
"Terus kenapa dia ngejar lo?"
Alsya tidak menjawab. Dia hanya kembali menangis, mengeratkan pelukannya. Merasakan kehangatan saat mereka berpelukan seperti ini.
Setelah sekian lama terdiam, Akhirnya suara Alsya membuat diri Alex merasa tegang.
"Ajarin gue supaya bisa mencintai lo."
Alex lemas, pelukannya mengendur, "Lo bercanda terus."
Alsya melepaskan pelukannya. Menghadap kearah Alex. Menatap Lamat - Lamat mata Alex.
"Gue serius."
Alex mendadak gugup, "Hm. Ja-ja-"
Alex tak menyelesaikan kata - katanya. Alex terpaku. Bibir Alsya sudah jelas menempel di pipi alex. Mata Alex membulat seketika. Jantungnya sudah berdebar hebat. Hanya menempel lalu Alsya melepaskannya.
Alex masih terdiam.
Alsya merasa gugup, jantungnya juga berdebar hebat. Dia sering merasakan ini saat bersama Nata.
"Kok gue gugup Lex?"
Senyum Alex tiba - tiba terbit. Mukanya dimajukan hingga mendekati telinga Alsya.
"Lo agresif ya, gue suka."
Alsya langsung lemas. Dirinya menjatuhkan kepalanya ke dada bidang Alex. "Lo selalu bisa buat gue salah tingkah.
Alex tertawa, menepuk pipi Alsya, "Lo tadi pas ci-"
Belum sempat melanjutkan ucapannya tangan Alsya sudah berada di bibir Alex. "Jangan diomongin. Malu!"
Alex tertawa renyah, "Lagian langsung nempel aja!"
Bibir Alsya mengerucut, wajahnya memerah. Mungkin Nata bukan untuknya, walau nyatanya hanya nama Nata di hatinya. Tapi, jatuh cinta itu karena terbiasa kan? Bisa saja dengan orang yang tak terduga.
Mungkin untuk sekarang ini, melupakan Nata adalah cara terbaik. Bersikap biasa saja dengannya. Baginya perselingkuhan adalah hal yang tak pernah termaafkan.
Alsya belajar menyingkirkan nama Nata dihatinya. Mencoba menerima Alex, walau sulit.
Ini yang terbaik. Alsya menghembuskan nafasnya menoleh ke Alex, melebarkan senyumnya. Tangannya menepuk pipi Alex. Ini mau Nata, Dia yang berbuat dia juga yang menyesal.
***
Halo!
Kalian tim mana nih?
#TimAlsyaNata
#TimAlsyaAlexTerima kasih yang udah baca! Love you!💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Prevent
Teen FictionBaiklah, tarik nafas dan hembuskan lalu sabar ketika seorang gadis selalu membuat kemarahan lelaki itu memuncak. Gadis itu menundukkan kepalanya, dia Alsya. "Maaf." Lirih Alsya. Nata memejamkan matanya sejenak. belum sempat menjawab, Alsya sudah ber...