Lima

3.2K 231 2
                                    

Kinal dan Veranda masih terlelap, terlebih Veranda yang masih demam dan Kinal sangat ingin membawanya ke rumah sakit, tapi karena segan ia memilih untuk tidur.

Malam hari waktu yang cukup untuk Kinal terbangun. Ia merasa pegal-pegal pada tubuhnya karena tidur denganposisi tidak baik.

Dilihatnya Veranda yang masih terpejam tanpa berubah posisi. Karena perutnya lapar Kinal mencoba mencari bahan yang bisa dimasak.

Setelah mencari akhirnya Kinal menemukan bahan-bahan yang pas untuk membuat nasi goreng denganseafood, semoga Veranda juga menyukainya.

Kinal memang bisa masak, masak yang menurutnya mudah. Sebagai anak kost memang diharuskan untuk memasak sendiri, biar hemat uang.

Sebuah pesan membuat kegiatan masak Kinal terganggu. Kinal mengecek handphone-nya dan menemukan sebuah kabar.

"Dia punya niatan sama lo. Yang gue tau sekarang dia jadi mata-mata seseorang, dan orang itu sulit gue ketahui. Itu aja yang bisa gue kasih ke lo."

Kinal menganggukanggukan kepalanya lalu kembali memasak tanpa menyadari Veranda sudah ada di belakangnya.

Kegiatan masak Kinal kembali terhenti saat sebuah tangan melingkar di perut nya dan dagu seseorang berada di bahu Kinal.

Kinal berbalik dan melihat Veranda tengah memejamkan matanya. Veranda hanya sedang menyimpan wangi tubuh Kinal di otaknya.

Yang bisa Kinal lakukan hanya diam tidak memberontak, karena menurutnya Veranda sedang tidak melakukan sesuatu yang buruk kepadanya.

Keduanya memilih diam dengan posisi yang masih sama. Entah kenapa Kinal merasa hatinya menghangat, tapi seperti ada batu yang siap merusak hatinya.

Seharusnya Kinal menolak perlakuan Veranda atau paling tidak menamparnya. Veranda terlalu agresif menjadi seorang wanita dan Kinal takut akan hal itu.

"Kenapa masih disini?" tanya Veranda dengan lirih.

Kinal tidak menjawab, melainkan meletakkan makanan yang sudah ia buat ke piring lalu berjalan meskipun Veranda masih memeluk perutnya.

Dengan sedikit keras Kinal menarik Veranda ke meja makan dan keduanya saling bertatapan.

"Lo itu wanita aneh kedua yang pernah gue temuin.Please deh jangan agresif," kata Kinal.

"Siapa yang pertama?" tanya Veranda dengan penasaran dan Kinal mendengus kesal saat kata katanya tidak dihiraukan.

"Haduh, Mbak, jangan kepo gitu deh. Privasi gue atuh," ucap Kinal dengan sedikit logat Bandungnya.

Namun, Veranda langsung mencengkram tangan Kinal hingga merah. Kinal berusaha melepaskan cengkraman Veranda di tangannya.

"Woy sakit! Ah elah mainnya kasar mulu," kata Kinal saat berhasil melepaskan tangannya yang di cengkram oleh Veranda.

"Jawab dulu bocah! Aku nanya baik-baik," balas Veranda dengan wajahnya yang ditekuk.

Kinal sempat gemas dengan wajah Veranda dan ingin mencubiti pipi tembem milik Veranda. Namun, ia ragu kalau kalau Veranda kembali menyerangnya.

"Makan aja dulu, tuh gue bikin buat lo. Yang ada ntar dingin terus nggak enak lagi."

Kinal menyodorkan piring berisi nasi goreng seafood-nya kepada Veranda yang diam-diam tersenyum sangat tipis sampai Kinal tidak menyadarinya.

"Ini buat aku?" tanya Veranda dengan polosnya.

"Bukan, buat setan. Yaiyalah, kita kan cuma berdua disini. Gih makan!" perintah Kinal.

She Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang