Chapter 1

942 5 0
                                    

" tunggu ! masih ada makanan yang belum gue cicipin " ucapku seraya berjalan ke meja yang di penuhi daging seafood mentah.

ya, hari ini aku dan Harris menghabiskan hari libur kami ke rumah makan cepat saji. dan tentu saja, Harris yang membayarkan aku makan siang untuk hari ini. Harris hanya tertawa dan aku kembali memasak daging-daging mentah yang ada di depanku. Harris bukan tipe orang yang banyak makan, tapi berbeda dengaku. aku suka makan, tapi entah kenapa aku gak pernah gemuk-gemuk, padahal aku rutin minum obat cacing.

" liburan kita masih lama, lu mau liburan kemana? " Tanya Harris, aku menaikkan kedua bahuku

" palingan ke rumah nenek.. " jawabku

" gimana kalau kita ke Bali? "

hah? ke Bali? aku tau, Harris punya banyak uang, tapi kenapa dia mengajakku? bahkan sekarang orangtuaku bercerai dan aku tinggal sendiri di apartemen milik mama.

" hah? tapi gue gak punya uang buat biaya kesana " jawabku dengan malu-malu, Harris menghembuskan nafasnya.

" yaelah gak usah di pikirin.. kalau soal biaya, biar gue aja yang tanggung semuanya " kata Harris. aku mengangguk canggung. sudah berkali-kali Harris membayariku untuk pergi kesana kemari. aku selalu saja menolak bantuannya, tapi dia pasti bakal marah kalau aku menolaknya.

" gimana kabar abang lu? dia gak datang ke apartemen lu buat nyari tau kabar lu? atau nelfonin lu gitu? " Tanya Harris, aku menggeleng cepat dan melahap habis daging-daging yang sudah matang.

orangtuaku sudah bercerai sejak aku kelas 3 SMP. sangat berat bila aku harus mengingat kejadian itu. aku bahkan sampai saat ini gak tau apa alasan kedua orangtuaku bercerai. tapi yang jelas, mereka masih berhubungan dengan baik dan kadang kami berempat memutuskan untuk liburan bersama walaupun terlihat di wajah papa dan mama kalau mereka agak canggung.

dan orang yang selalu menemaniku saat aku terpuruk adalah, Harris. dialah yang memelukku saat aku keluar dari ruang persidangan dan menangis di parkiran. dia juga yang membantuku mengerjakan tugas-tugas saat aku gak mood mengerjakan tugas fisika dan kimia. Harris juga yang membantuku mengemasi barang-barang di kamarku untuk dipindahkan ke apartemen. pokoknya, Harrislah yang tau jatuh bangunnya diriku.

" Harris, kita cabut yuk " ajakku, Harris mengangguk dan menggendong tas kecilnya.

dia menggenggam tanganku, dan aku meremasnya dengan lembut. orang-orang disekitar kami pasti mengiranya kami berpacaran, padahal kami hanya teman.

entah kenapa, sejak perceraian orangtuaku itu, aku merasa ada yang kosong. dan setiap kali Harris menggenggam tanganku, rasanya aku gak berjalan dan berdiri sendiri. rasanya ada orang yang mengasihiku dan menemaniku. dan Harris gak keberatan dengan kebiasaan itu, berpegangan tangan ketika pergi kemanapun.

" siapa yang mau nyetir? gue atau lu? " tanya Harris saat kami berdiri di depan mobilnya

" lu aja lah.. kekenyangan gue, hehe " jawabku. Harris mengangguk dan membukakan pintu untukku dan kini Harris mengendarai mobilnya.

kota Bandung sore ini agak ramai, jam menunjukkan pukul 17,45, waktu yang pas untuk orang yang bekerja untuk pulang.

" kita ke apartemen gue aja ya? " pintaku

" emang mau ngapain disana? " tanya Harris, aku menaikkan 1 bahuku

" nonton kek atau apa... lu nginep di tempat gue dong " ucapku

" ntar deh gue tanya bokap gue boleh atau gak nginep di tempat lu.. " jawab Harris.

aku yakin pasti kedua orangtuanya memperbolehkan Harris menginap malam ini. aku dan orangtua Harris sudah kenal sejak kami duduk di bangku kelas 1 SMP. mereka juga yang mensupport ku saat kedua orangtuaku bercerai. mereka yang kadang menggantikan orangtuaku saat mengambil rapot. sungguh, bagiku mereka adalah keluarga kedua ku.

aku berjalan menuju lift apartemenku. apartemen ini cukup mewah. sebenarnya dulu, sebelum orangtuaku bercerai aku adalah anak orang kaya. papaku pengusaha tambang dan mamaku seorang dokter gigi. aku gak pernah kekurangan soal materi. dan sebenarnya papa selalu mengirimkanku uang bila aku meminta, tapi lama-lama aku semakin jarang berkomunikasi dengan papa. dan aku sekarang jadi sedikit lebih hemat.

abangku Nicholas, yang sekarang kuliah di UI tengah sibuk dengan skripsinya. aku yakin dia pasti sangat sibuk juga. aku jarang menerima pesan darinya. ya, dia pasti sibuk.

sementara mama, mama tinggal di kota yang sama denganku. mama sering menginap di apartemenku dan terkadang mama memintaku untuk pindah kerumahnya. tapi entah kenapa aku menolak permintaannya dengan alasan aku ingin mandiri. dan alasan itu gak pernah mama bantah.

" mau nonton apa malam ini? " tanya Harris, aku mencari genre film di TVku. Harris langsung merebut remote TV yang ku pegang dan mencari film bergenre horror.

" nahh ini dia " ucap Harris seraya menekan tombol Ok di option film yang ada.

" matiin lampu ga? " tanyaku, Harris mengangguk dan aku langsung mematikan lampu ruang tengah apartemenku.

-----

jam menunjukkan pukul 10 pagi

Harris masih saja tertidur di sofa depan TV. cemilan kami tadi malam yang tersisa masih tergeletak di karpet. aku membersihkannya dan membuka tirai apartemenku. dan alhasil, cahaya matahari mengisi apartemenku. dan otomatis juga, Harris terbangun dan menatapku dengan matanya yang dia sipitkan karena silau.

" gila ngantuk gue " gerutu Harris seraya menutupi wajahnya dengan selimut.

" bangun gilak! gamau balik lu? " tanyaku, Harris mendesah kesal dan meraung. dia pergi dari sofa dan pergi ke kamarku. itulah kebiasaannya, kembali tidur lagi.

" heh! udah di lipat selimutnyaaaa " ucapku seraya menariknya.

bruuuukk

aku dan Harris ambruk di lantai karpet kamarku. aku berada di atasnya dan tanpa sengaja bibirnya tercium olehku yang jatuh ke pelukannya.

dia langsung berdiri sigap, begitupun aku.

" gila lu " ucapnya, aku gak mau kalah

" udah dibilang jangan tidur lagi. udah jam 10, lu gak mau balik? " tanyaku, Harris menghembuskan nafas malas dan duduk di kasurku.

" yaelah cuy, bonyok gue pergi ke Jakarta sampai minggu depan. santai ahh, cuman ada si bibi dirumah.. " jawabnya, aku mengangguk dan duduk di sebelahnya.

Harris menatapku, dan aku menatapnya kembali. aku melihat bibinya yang berwarna merah mudah itu. aku menelan ludah dan membuang mukaku.

" yaelah, kita gak sengaja ciuman udah berkali-kali kok... santai aja kali " ucapnya seraya mengacal-acal rambutku. aku mencubiti pipinya dengan gemas, lalu meninggalkannya di kamar.

ya, memang kejadian seperti tadi bukan cuman satu kali. tapi aku agak canggung saja. aku ingat saat pertama kali kami gak sengaja jatuh dan berciuman, kami saling diam selama 1 minggu. dan akhirnya Harris yang mendatangiku untuk meminta maaf. dan setelah itu, ada saja kecelakaan kecil yang membuat kami berciuman tanpa di sengaja.

" yaudah gue mau mandi dulu " sahutku

" ikut dong!! " seru Harris diikuti tawanya. aku hanya memutar bola mataku dan menuju kamar mandi.

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang