Harris Point Of View
aku menaburkan bunga keatas makam kakakku. aku sangat merindukannya, tapi sekarang kehadiran Maudy seakan menggantikan posisi kakak sekarang. kata mama dan papa pun begitu, Maudy seakan menjadi pengisi kekosongan kami. karena itulah aku sangat menyayanginya, begitupun papa mama.
" jadi gimana? kalian berdua bakalan 1 kampus? " tanya papa saat kami makan siang di sebuah restauran mewah, aku mengangguk.
" iya pa, dia keterima di kedokteran gigi dan aku kedokteran umum " jawabku
" bagus! papa sangat senang dengarnya, iyakan ma? " tanya papa seraya menoleh kearah mama, mamapun mengangguk dan tersenyum.
" jadi begini Harris, " ucap papa, aku menyiapkan diriku untuk mendengarkan papa
" papa disini berencana untuk mengenalkan kamu dengan anaknya teman bisnis papa "
mendengar itu hatiku rasanya sakit sekaligus kaget. aku menghentikan aktifitasku dan menatap kearah papa
" papa tau, ini kedengaran klise dan kuno.. tapi papa mau bekerja sama dengan perusahaan mereka dan mereka maunya kalau mereka mengenalkan kamu ke anaknya... " lanjut papa
" dan menikahkan aku? " tanyaku, mama mengangguk.
aku membanting sendok dan garpuku
" pah, mah.. aku udah punya cewek yang aku suka sekarang.. dan masalah kenalan sama orang itu, aku gak mau.. mending papa cari partner bisnis lain yang lebih masuk akal permintannya.. " ucapku sengit, papa menghembuskan nafas pelan
" papa tau kamu pasti gaakan suka..... "
" terus kenapa papa lakuin itu? bukannya bisnis kita memang sekarang lagi di puncaknya? " potongku
" papa mau meningkatkan lagi kualitas perusahaan kita.. ini juga demi masa depan kamu, kamu bilang kamu mau punya rumah sakit sendiri kan? " tanya papa
mendengar itu aku semakin kesal, dan ingin menangis bila mengingat Maudy. apa jadinya kalau Maudy tau semua ini? hatinya pasti akan hancur, hancur sehancur hancurnya.
" Harris.. tolong ya? ini demi keluarga kita " pinta mama
" ma, kalau sekarang masih ada kakak, aku bakal lakuin itu demi kakak.. tapi sekarang cuman ada aku.. aku gak mau lakuin itu, karena aku udah sayang sama orang lain sekarang " ucapku tegas
papa mama hanya diam dan mengangguk
" Harris pergi duluan, ada yang Harris harus urus.. " ucapku seraya mengambil jaket dan handphoneku.
papa mama hanya diam dan membiarkanku pergi. aku langsung menaiki taksi dan menghubungi Maudy
" iya sayang ? " jawabnya
" kamu dimana? aku lagi on the way ke apartemen kamu " tanyaku
" aku di apartemen, makan kentang goreng sambil nonton netflix.. " jawabnya dengan girang, aku menghembuskan nafas lega dan tersenyum. bahkan mendengar suaranya saja sudah membuatku tenang dan bahagia.
" oke sayang, aku lagi perjalanan ke tempat kamu.. " sahutku
" oke, hati hati " ucapnya.
sampai di apartemen aku langsung memeluk Maudy, bersandar di kursi
" hey? ada apa? " Tanya Maudy, aku menggeleng
" bohong.. kamu nutupin apa? gimana tadi? habis nyekar ke makam kakak? " tanyanya lagi seraya mengelus rambutku, aku hanya mengangguk.
Maudy menghembuskan nafasnya
" yaudah.. nih, minum air putih dingin " ucapnya seraya menyodorkan secangkir air putih dingin.
aku menggeleng, entahlah, rasanya aku ingin melepas beban ini. aku masih saja kepikiran dengan permintaan papa mama. mereka pasti akan keukeuh menjodohkanku, mungkin mereka bilangnya "mengenalkan" tapi pasti akan "menjodohkan" aku sudah tau itu. kakakkupun dulu begitu, dia di jodohkan oleh seorang cowok cuek yang kaya raya. tapi aku bisa melihat dari wajah kakak yang gak suka dengan perjodohan itu.
" kakak gak mau di jodohin sama dia.. kamu mungkin masih belum ngerti sama hal yang seperti ini, tapi suatu hari nanti, pasti kamu akan di posisi kakak.. padahal kakak udah punya pacar, kakak harus bilang apa? "
curhatan kakak yang dahulu masih saja ku ingat di benakku. dia menangis, dan aku memeluknya meskipun saat itu aku masih belum paham. tapi aku bisa merasakan kepedihan di hatinya.
aku menatap kearah Maudy, dia masih saja asyik menonton film. aku menoleh TV dan jantungku berhenti seketika.
" Maudy, ngapain kamu nonton yang beginian? " tanyaku, Maudy menoleh dan terkekeh
" gak sengaja adegannya begini... " jawabnya, aku menghembuskan nafas dengan berat dan memeluknya dari belakang.
" kamu mancing aku ya? hmmm? " bisikku seraya mendekatkan bibirku ke telinganya
" kamu yang mancing aku " jawabnya, kami berdua tertawa dan dia mengecupku
" Harris, senin besok kita harus ke kampus buat registrasi.. " ucapnya, aku mengangguk mengerti
" mau berangkat bareng? " tanyaku, dia menaikkan bahunya
" aku sama mama, mama bakal temenin aku " jawabnya, aku mengangguk mengerti dan masih memeluknya.
" aku merasakan ada yang keras disana... " kata Maudy, pipiku memerah.
ah, barangku bangun. padahal aku sudah menahannya dari kemarin-kemarin.
" sorry " bisikku, Maudy tertawa dan menyikutku pelan
" sana mandi.. " perintahnya, aku menaikkan 1 alisku
" aku tunggu di kamar " sambungnya, mendengar itu kami tertawa dan dia bangkit menuju kamarnya, sementara aku mengikuti perintahnya, perintah untuk mandi sebelum bersenang-senang dengannya di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy
Teen FictionHubungan yang diawali dengan sebuah persahabatan, itulah aku dan Harris. kami awalnya hanya bersahabat baik, tapi hal-hal yang seharusnya terjadi, malah terjadi. sampai akhirnya kami berdua sadar kalau sebenarnya selama ini kami saling menyayangi. ...