6. Mang Abdul

1.7K 44 2
                                    

Keenan tak mau ambil pusing disaat ini, Jodie asmanya kambuh dan Keenan tak berani untuk memberitahukan ke Owen takut menganggu 'kencannya' dengan Mande
"Man, daripada kita kayak penguntit jalan yuk" ajak Keenan

"Kemana?"

"Terserah lo, gue hanya ikut saja makan bakso di tempat pak Abdul misalkan?" ucap Keenan yang membuat alis Jodie bertaut menjadi dua "Lo, langganan bakso di tempat pak Abdul juga? Berati kenal Nurlela anaknya pak Abdul"

"Kenal lah! Orang tiap hari gue kesana yang layanin dia terus, kayaknya sih usut punya usut dia naksir gue"

"Kok kayaknya berati informasi nya ga jelas! Lonya kali yang kegeeran"

"Husnul kok yang kasih tahu! Lagian siapa yang mau sama dia" ucap Keenan Husnul adalah adik Keenan yang terakhir setelah mempunyai 4 adik laki laki yang secara otomatis Keenan adalah anak pertama

"Asik dong" ucap Jodie membuat Keenan menatapnya penuh arti "apanya?"

"Punya mata mata, beda hanya setahun setahun saja kok. Ga berasa tua dong ya!"

"Mata-mata? Memang ibu melahirkan Sogi, Sigit,Kernan,Didit dan Husnul punya mata. Kalo nggak salah sih mata kami ada duabelas"

"Kok lucu? Namanya beda beda"

"Ibuku, dia terlalu terinspirasi dari novel yang semasa SMPnya dia baca gue lupa nama novelnya apa. Pokoknya inti ceritanya dimana satu keluarga namanya berbeda beda, kalau Kernan itu dinamakan sama kayak gue gara-gara gue sempet bikin ibu marah tanpa disangka ketuban ibu pecah disaat puncaknya gue diomelin"

"Husnul pernah nanya gini juga ke ibu lo?" tanya Jodie, Keenan menggeleng "Husnul anaknya ga pernah nanyain kayak gini, terlalu pendiam sekaligus anak paling terpintar di keluarga gue"

"Berati lo dapet sifat nyebelin ini darimana?"

"Sel sperma ayah sama sel telur nya ibu terjadilah gue" ucap Keenan sembari menunjuk jari telunjuk kedepan dadanya

Demi Tuhan Jodie tertawa terbahak bahak, Keenan seolah tak mengerti arti dari ucapan Jodie bukannya bertanya tentang cara pembuatan Keenan. "Lo kurang obat? Atau kurang ketemu Mande?"

"Kenapa?"

"Ga waras, harusnya dari tadi gue udah waspada kalo lo tuh kurang belaian dari Mande! Taunya iya!"

Keenan mengangguk "oh maksud lo gue tau, bilang aja 'makasih udah buat gue ketawa' udah deh gausah gengsi kalo sama gue"

"Gue ga bilang gitu sompret! Lo nya aja kali kegeeran"

Keenan tertawa "Nurlela!"

Nurlela berjalan kearah Jodie dan Keenan sembari membawa nampan "ye, ada paan?" tanyanya yang berlogat betawi

"Mie ayam 1 pake pangsit sama baksonya aja 1, btw babe kemana?"

Nurlela mengangguk "babe? Mau curhat? bang Ali yang bikin mie, si babe lagi itung duit. Non Jod, pacaran sama ini orang?"

"Nggak kok, saya tau kamu suka sama berandalan ini. Jadi nggak mungkin saya pacaran sama dia"

Pipi Nurlela bersemburat merah karena menahan malu "n-non, tau darimana?"

"Husnul yang kasih tau saya" sambar Keenan, Nurlela berpura-pura tidak mendengarkannya dan menulis pesanan dari orang yang dihadapannya

"Mie ayam 1 pake pangsit, bakso aja 1 sama minumnya apa?"

"Es teh manis!" ucap Jodie dan keenan berbarengan

"Oke! Di tunggu yak" ucap Nurlela sembari membalikan badannya

"Jadi?" tanya Keenan

"Apanya?"

"Lo udah percaya kalo omongan Husnul itu bener? Lo liat kan tadi cara tatapnya ke arah gue"

"Oh gue, tau lo naksir sama Nurlela ya?" tanya Jodie sembari berteriak sehingga banyak pelanggan mang Abdul melirik kearah mereka

"Gila! Gausah teriak juga kali Jod, kan warga sekampung jadi tau topik kita" sesal Keenan

Seorang bapak-bapak dengan perut besar dan memakai kemeja kotak kotak merah menghampiri mereka
"Ken! Udah lama ga kesini" ucapnya

Keenan hanya bisa ber haha hehe tanpa bisa menjawab namun sebaliknya Jodie yang menjawab mang Abdul "mang! Jodie ga ditanya nih?"

"Oh iya sampe lupa kalo ada neng, gimana neng? Ibu sehat? Jadi pacaran sama Keenan?"

"Duh mang, pertanyaannya sederet nggak pacaran kita cuma temenan satu SMA kok. Alhamdulillah ibu sehat"

"Wah bagus deh, titip salam ya buat ibumu itu! Dia cantik semasa sekolah"

"Loh mang Abdul kenal mamanya Jodie?" tanya Keenan yang sedari tadi sengaja diacuhkan mang Abdul

"Kenallah! Saya itu teman mamanya Jodie dari SD sampai SMK. Alena itu sifatnya mirip sekali dengan namanya dia seindah namanya kalo buat saya, anak terpintar seastero sekolah dan anak yang paling dingin seastero beruntung sekali saya jadi temannya"

"Senang deh punya ibu yang dikenal baik sama kawan lamanya" ucap Jodie sembari memainkan handphonenya

"Alena Chandra Wiyata, nama itu masih saya ingat sampai sekarang. Jika saja kami tidak berpisah mungkin sekarang saya sudah jadi ayahmu"

Jodie meletakan handphonenya sedikit agak dibanting "maaf, kang suka sama ibu?"

Mang Abdul mengangguk "ibumu dia orang terbaik saya ga tau knapa tiba-tiba suka sama dia padahal saya dulu anaknya culun tapi ibumu mau berteman dengan saya. Entah berapa lama saya menyukainya"

"Lalu istri mang Abdul tahu jika anda masih mempunyai rasa sama ibu Jodie?" Tanya Keenan

"Saya... Saya belum menikah"

"Apa??" ucap Jodie dan Keenan bersamaan

"Kisah ini terlalu panjang untuk saya ceritakan, mungkin lain kali kita bertemu" Ucap Mang Abdul sembari meninggalkan Jodie dan Keenan

"Mang! Tunggu" panggil Jodie, Jodie segera mengeluarkan kartu namanya dari dompetnya dan berlari ke mang Abdul "ini! Hubungi Jodie kalau anda butuh teman untuk berbagi kisah. Jodie selalu jawab telpon mang Abdul" Ucap Jodie dan Mang Abdul mengambilnya dengan tatapan bingung

"Bukan saya yang butuh, tapi kamu Jodie. Namun terimakasih ya sudah mau menjadi tempat curhat" Ucap Mang Abdul dan Jodie hanya bisa menganggukkan kepalanya

Keenan tadi sudah memesan jika makanan yang ia beli dibungkus saja Nurlela masih tidak percaya apa yang didengarnya dari mulut babe nya itu. Namun ia harus bertanya! Harus
---
Next?

My Love Is My Brother [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang