You were the light in my life- the sun, the star, the everlasting luminance. Now all I'm left with is darkness, the specks of light here and there to remind me of what I once had but lost.
—Jaze telah sampai diparkiran sekolahnya. Entah mengapa ia sangat ingin pulang saat ini. Dia ingin segera pergi ke kamar, dan memainkan game PS favorit nya. Ya setidaknya dengan cara itu dia dapat fokus ke game nya dan melupakan satu wanita yang sejak tadi tak henti berputar dikepalanya.
Setengah jam berlalu Jaze pun akhirnya sampai didepan sebuah rumah yang memiliki pagar yang sangat tinggi berwarna putih cream itu.
Orangtua Jaze memang orang yang sangat kaya. Ayah Jaze adalah Pengusaha dibidang Pertambangan yang membuatnya sangat sering pergi keluar kota dan jarang dirumah. Sedangkan ibu Jaze adalah seorang pemilik butik besar di daerah Bandung sehingga selama seminggu dia hanya pulang selama 2 hari untuk melihat keadaan putra satu satunya itu lalu kembali ke Bandung untuk bekerja.
Ya Jaze sering merasa kesepian dirumah. Itulah sebabnya ia sering memutuskan untuk pergi bersama teman temannya menghabiskan waktu diluar dan hanya pulang kerumah untuk istirahat atau kalau keadaan hatinya sedang buruk untuk bepergian kemana mana.
Rumah Jaze yang sangat besar itu terasa hambar dimata Jaze. Terkadang Jaze berpikir bahwa lebih baik dia tinggal dirumah yang kecil tapi penuh dengan tawa hangat keluarga layaknya di sinetron sinetron daripada harus tinggal dirumah sebesar ini dan selalu merasa kesepian.
"Halo mas Jaze, kok tumben sudah pulang jam segini?" Tanya satpam penjaga rumah besar itu sambil membukakan pintu untuk Jaze dan motornya agar dapat masuk ke halaman rumah mewah itu.
Jaze hanya membalas dengan senyuman singkat lalu kembali mengendarai motornya masuk menuju ke garasi.
Setelah menyimpan motornya di garasi, Jaze masuk kerumah dan langsung menuju ke kamarnya. Ia mencampakkan tasnya secara sembarangan dan langsung merebahkan badannya di kasur besar yang ada dikamarnya itu.
Jaze tiba tiba mengambil sebuah foto yang terletak dimeja yang berada disamping kasurnya.
Terlihat foto sepasang kekasih. Sang lelaki terlihat mencium pipi merah wanita yang ada disampingnya dan sang wanita terlihat menutup matanya sambil tersenyum malu dengan rambut yang tergurai sedikit di wajahnya karena tertiup angin.
Ya mereka adalah Jaze dan Reyna. Mereka terlihat sangat bahagia disana.
Tidak seperti sekarang. Bahkan berbicara pun mereka tidak pernah.Sesaat Jaze merasa marah, ia tak tahu kenapa ia mengirim pesan singkat tadi kepada Reyna. Ia berpura pura ia bahagia melihat Reyna bersama orang lain dan orang itu adalah temannya sendiri. Tapi ia pun merasa kalo Reyna tidak bahagia bersamanya karena itu Reyna memutuskan hubungan mereka kemarin tanpa alasan yang jelas.
Dia hanya ingin Reyna bahagia. Karena itu ia membiarkan Reyna pergi begitu saja dari hidupnya dan menyisahkan satu ruang hampa di hidup Jaze yang seolah pergi begitu saja dan tak pernah kembali.
Jaze mengambil hape nya lalu membuka aplikasi LINE.
Dia membuka chat nya dengan Reyna.*read*
Reyna hanya membaca pesan itu. Reyna benar benar bahagia sekarang. Dia telah menemukan kebahagiaannya dari Marco. Bahkan untuk sekedar membalas pesan Jaze pun Reyna tak mau.
Reyna benar benar ingin melupakannya dan membuka lembaran baru sekarang.Itu yang ada dipikiran Jaze saat ini. Seketika ia merasa hatinya hancur. Gadis yang selama ini sangat ia sayangi, yang selalu ada ketika ia merasa kesepian, yang selalu mampu menghiburnya disaat saat terburuk dalam hidup Jaze telah pergi. Pergi untuk selamanya. Harapan Jaze kalau Reyna masih mencintainya telah hancur. Gadis itu telah menolaknya.
Tiba tiba Jaze membanting hapenya kearah dinding sampai layar dihapenya terlihat hancur.
Jaze telah kehilangan semuanya.
Satu satu nya hal yang berharga dalam hidupnya
Telah benar benar pergiYeay
Sorry lama update
Kasian Jaze lagi sedih:(
Ayo hibur dia