Chapter 24

1.1K 115 8
                                    

Fierce River


"Kau mau kemana?" Tanya Eunseo, melihat Tzuyu yang sudah bangun pagi-pagi sekali sambil memakai mantel.

Tzuyu yang merasa dipanggil itu pun langsung menoleh ke arah sumber suara. "Keluar sebentar. Udara disini pengap. Aku mau mencari udara segar di luar." Tzuyu tersenyum lalu membuka pintu.

Senyuman yang Tzuyu berikan untuk Eunseo bukanlah senyuman karena reflek. Tapi dia terpaksa tersenyum agar temannya itu tidak curiga padanya.

Alasan Tzuyu keluar pondok pagi-pagi sekali memang untuk mencari udara segara. Tapi alasan utamanya karena dia ingin melupakan kejadian buruk semalam dengan melihat derasnya dan juga dinginnya aliran air sungai yang mengalir yang dekat dengan pondok-pondok sekolahnya.

"Ini tidak adil! Aku tidak suka melihat bagaimana dia berbuat hal yang sama seperti kepadaku. Meski dia merasakan hal yang berbeda saat bersamanya tapi tetap saja ini tidak adil!" Tzuyu melempar kerikil-kerikil ke sungai.

"Kalau hidupku dari dulu berjalan lancar seperti sungai yang mengalir ini, pasti akan sangat menyenangkan." Kali ini Tzuyu melempar dedaunan ke arah sungai. Meski dia tau kalau daun itu tidak akan jatuh ke air seperti batu.

Tzuyu menatap air sungai dengan pandangan kosong. "Apa langkah yang kubuat harus seperti batu yang kulempar tadi? Mereka bisa sampai di air dengan cepat. Sedangkan dedaunan ini..." Tzuyu meremas dedaunan hijau yang dia genggam. "Mereka melangkah sangat sedikit dan kadang berbalik ke arahku," lanjutnya.

"Tidak! Aku harus seperti dua jenis benda itu. Aku harus jadi seperti batu. Mereka bisa melangkah jauh jika dan jika orang yang melemparnya bukan orang biasa, batu itu bisa menembak ke sasaran yang tepat. Dan aku harus seperti daun. Meski mereka melangkah tidak terlalu jauh dan akan berbalik. Maka dari itu, jika ada orang yang berhasil memisahkan aku dan Jungkook, aku tetap akan berusaha berbalik kepada namja-ku itu," ucap Tzuyu mantap.

"Yakk!! Chou Tzuyu!!" Panggil Eunseo yang tengah berlari ke arahnya.

Tzuyu langsung membalikkan badan. Tapi karena kaki kanannya tersangkut ranting pohon yang sudah jatuh, alhasil dia malah terjatuh.

"Eomona!! TZUYU!!!" Teriak Eunseo panik.

Tubuh Tzuyu langsung terjatuh dari jurang yang tidak terlalu curam dan masuk ke air.

Tubuhnya berusaha melawan arus air. Dengan sekuat tenaga Tzuyu berpegangan pada ranting pohon yang menjalar ke arah air sungai.

"Jooyeon!! Eotteokhae??? Tolong akuu!!!" Teriak Tzuyu dengan tenaga yang terisisa.

"Aku akan cari bantuan!! Kau bertahanlah!!" Balas Eunseo lalu berlari ke arah pondok khusus para guru.

Mam, Dad, mianhae. Aku terlalu banyak melakukan kesalahan. Terimakasih karena sudah merawatku hingga aku beranjak dewasa. Jika aku tidak selamat, aku mohon.. kalian jangan terlalu larut dalam kesedihan karena kehilanganku. Aku menyesal karena belum bisa menjadi anak kebanggaan kalian. Tapi selama ini aku selalu berusaha. Aku menyayangi kalian berdua selamanya.. hingga.. aku mati.. saranghae....---

Tubuh Tzuyu terbawa arus air sungai yang ganas. Tenaganya sudah tidak cukup untuk tetap bertahan, berpegangan pada ranting. Dan tubuhnya terasa beku karena dinginnya air sungai.

Kali ini Tzuyu sedang bertarung antara hidup dan mati. Semakin terbawa arus, semakin dalam pula jarak antara permukaan air dan dasar sungai.

Sudah terlalu banyak air yang masuk ke dalam organ pernafannya. Dan hal itu membuat Tzuyu pingsan dan membiarkan tubuhnya terbawa arus sungai begitu saja.

The Moment of Youth•✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang