TIM Charles tidak langsung kembali ke Petrova usai menyepakati perjanjian kerja sama dengan Distrik Aguare. Alih-alih, kesemua anggotanya setuju untuk mampir sebentar ke Geldorie usai menerima persetujuan dari Chief Carroll James, pimpinan tertinggi Kepolisian Geldorie. Apa yang mungkin bakal terjadi? Distrik Geldorie tidak seketat Distrik Aguare, terbukti dari keberadaan ratusan pub dan bar yang berjejer memenuhi blok pada jalan-jalan utama. Nyatanya, kepolisian mereka merupakan salah satu yang terburuk di antara kesembilan distrik.
Terlepas dari baik-buruknya kualitas polisi Geldorie, pub bukanlah penyebab ada rasa sangsi berkembang dalam hati Charles, melainkan para penari telanjang yang suka sembarang duduk di pangkuan seseorang. Membayangkannya saja, Charles sudah mau buru-buru pulang ke Petrova. Ia bersyukur jumlah pub di ibukota Arterierrn bisa dihitung pakai jari.
"Jangan menolak, Letnan. Aku tahu kau butuh hiburan." Sersan Mayor Rendall terkekeh mendengar keraguan Charles.
"Yeah, kau jelas butuh setelah berjam-jam tanpa pemandangan kecuali wajah angker Chief Ferrano," sahut Connor sambil menepuk keras punggung kakaknya. "Ayolah, kita cuma melintasi Goodnight Street, main mata dan minum sedikit—Geldorie juga terkenal dengan birnya, ingat?—lalu datang ke markas kepolisian mereka."
Goodnight Street. Jalan sejuta pub, bar, dan motel-motel tempat prostitusi berlangsung. Surganya penikmat one night stand sekaligus pria-pria yang bingung ingin menyalurkan nafsu berahinya ke mana.
Dasar Connor. Kelakuan kok, mirip bapak-bapak haus kasih sayang. Mana mungkin Charles mengizinkannya terjun ke dunia macam itu barang semalam?
"Tidak. Jangan minum atau main mata. Kita langsung lurus ke markas kepolisian Geldorie," tolak Charles mentah-mentah. "Sersan, tolong bilang kepada supir kita supaya tidak melintasi Goodnight Street."
Sersan Rendall cuma mengedikkan bahu ketika Connor menatapnya sambil menyipitkan mata. "Lihat, Sersan? Tidak heran ia belum menikah di usia tiga puluh."
"Aku sibuk," geram Charles. "Kau juga belum punya siapa-siapa."
"Aku masih punya dua tahun untuk mencapai usiamu, Kakak."
Dulu sewaktu remaja, Charles paling gemar dipanggil 'kakak' sebab sebutan itu semacam gelar yang menunjukkan siapa yang lebih dewasa antara dirinya dan Connor. Ia merasa selangkah lebih maju, dan ia tahu persis Connor benci mengakui demikian. Maka dari itu, kecuali ditegur orangtua mereka, Connor lebih sering memanggilnya tanpa embel-embel 'kak'. Keadaan berbalik menyerang Charles sekarang. Panggilan 'kakak' kini digunakan Connor untuk mengejek usianya, mengingatkan sudah seberapa tua Charles itu (yang sebenarnya belum tua-tua amat. Maklum saja, Charles memang sensitif dan gampang digoda).
Fakta tersebut tentunya mustahil diketahui Rendall. Melihat sang ketua tim menjitak keras dahi adiknya tanpa peringatan, ia cuma bisa mengulas senyum kikuk.
"Aku ... sebaiknya bilang kepada supir kita sebelum berangkat," ujar Rendall tiba-tiba. Ia mencari topik untuk kabur dari perkelahian kecil kakak beradik Kale. "Soal Goodnight Street, maksudku. Kita sudah mau berangkat."
"Oh, ya. Terima kasih, Sersan Reed," ucap Charles.
Rendall memberi salam penghormatan singkat sebelum berlalu pergi meninggalkan sang letnan. Dari kejauhan, debat Charles dan Connor masih terdengar menghantuinya.
oOo
Tidak sedikit orang yang mengagumi ketenangan Letnan Charles Kale baik dalam bertugas maupun menjalani kegiatan sehari-hari. Tidak seperti petinggi-petinggi Kepolisian Petrova lain yang gemar menggunakan nada tinggi untuk mengintimidasi bawahannya, Letnan Charles lebih suka menjaga intonasinya tetap datar. Maka dari itu, tidak heran banyak yang terkejut melihat Charles hampir hilang kendali sewaktu membela Connor di sidang Kasus Retorra.
KAMU SEDANG MEMBACA
heart of terror
Actioncover by the talented @BYBcool *** Sembilan orang itu disebut Venom, sekelompok teroris yang perlahan-lahan terungkap sosok aslinya melalui halaman demi halaman yang kau baca dalam kegelapan. Tetapi jangan beri tahu pihak kepolisian; Ada Letnan Char...