Chapter 17

3.4K 247 9
                                    

•Author POV

teng.. teng.. teng..

"Wah, terdengar seperti lonceng kematian, ya." kata Audrey yang sedang berdiri didekat pintu.

"Terserah kau sajalah." jawab Alex memasang tampang cuek.

"Oke, semua bersiap pada posisi masing-masing sesuai yang telah kita tentukan di group chat tadi malam." Joseph memberi aba-aba.

Semua murid dikelas itu pun segera memakai sarung tangan karet dan menyelipkan pisau lipat mereka masing-masing pada tubuh. Ada yang diselipkan di jas, sepatu, saku celana, didalan lengan baju, dan di ikat pinggang.

"Oke, ini masing-masing handy talky kuberikan untuk tiap-tiap tempat, ya." Audrey memberi satu persatu jam tangan yang dilengkapi dengan handy talky.

"Oh, ya. Untuk karung, khusus distrik 2 dan 3 membawa lebih banyak, dan distrik 4 membawa korek api dan minyak tanah secukupnya. Jangan lupa untuk selalu membawa kain kecil dan tidak meninggalkan bukti sepeser pun. Terima kasih." Audrey berjalan keluar kelas.

"Wah, aku tidak sabar." kata Annie excited.

*****

"Dalam hitungan ketiga, semua dalam posisi distriknya masing-masing. Siap, satu, dua, dan tiga!" Joseph memberi aba-aba.

Semua murid segera pergi menuju distriknya masing-masing. Distrik pertama, Joseph dan enam orang sedang berjaga-jaga didalam apabila tiba-tiba detektif itu menuju kelas. Audrey mengarah ke ruang guru bersama sembilan orang lainnya, termasuk Annie. Tujuan utama distrik dua ini adalah mengincar kepala sekolah. Alex membawa handy talky menuju ruang keamanan bersama dengan empat orang lainnya dibelakang, mereka adalah distrik 3. Sementara itu, distrik 4 sedang bertugas keliling kantin dan toilet jika ada murid ataupun sesuatu yang mencurigakan dengan anggota berjumlah lima orang.

"Ah, rupanya guru kita makin sedikit, hehe." Audrey tersenyum devil kearah para guru setelah berhasil mendobrak paksa pintu ruang guru.

"Ma..mau apa kau?" tanya salah satu guru perempuan.

"Mau apa? Hm, aku sudah bosan belajar terus, sepertinya kita butuh me-refreshing-kan diri." Audrey berjalan perlahan menuju guru tersebut.

"Ayo, semua. Waktu kita tidak banyak!" ucap Audrey memerintah.

Semua murid pun segera menyebar ke segala penjuru arah ruang guru.

"Aku akan menjadi yang pertama!" Annie berseru sambil menusukkan pisau lipat yang telah ia siapkan sedari tadi dibagian atas kepala seorang guru pria sambil menjambaknya kasar.

"Mari kita berpesta!" Audrey tersenyum smirk.

Sementara itu, di ruang keamanan, Alex sedang menyelinap masuk kedalamnya. Setelah membekap security dan membunuhnya, Alex mematikan semua CCTV disekolah itu. Ia juga menghapus semua rekaman CCTV yang terdapat pada flashdisk yang selalu dibawa security itu.

"Baiklah, tugas kita selesai. Tinggal masukkan dia kedalam karung lalu bawa kepada distrik 4!" Alex memberi perintah dengan lantangnya.

"Kalian semua menyebar ke seluruh distrik, aku akan membantu distrik 2." ucap Alex lalu segera berlari menuju ruang guru.

"Huh, detektif itu lama juga, ya datangnya." Joseph mengeluh untuk kesekian kalinya.

"Haah, dimana kepala sekolah br*ngs*k itu! Kalian! Menyebar ke tiap ruangan disekolah ini! Jangan sampai kepala sekolah itu tidak ditemukan!" gertak Audrey penuh emosi.

"Ba-baik Audrey!" jawab mereka serentak.

"Huuh, Audrey? Distrik 2 sudah selesai?" tanya Alex sambil berjalan lesu kearah Audrey yang sedang berdiri didekat jendela.

"Sudah. Tapi detektif itu tidak memunculkan dirinya juga. Argh! Aku kesal." Audrey pun menyenderkan kepalanya dipundak Alex yang sedang berdiri disamping kirinya.

"A-audrey!! Detektif itu akan datang, waspadalah! Tapi sepertinya ia hanya membawa rekan-rekannya saja, tidak ikut melibatkan para polisi, tapi kita harus tetap hati-hati." Joseph berbicara panjang lebar di handy talky.

"Oke, saat mereka memasuki daerah sekolah ini, pastikan untuk menyekap detektifnya terlebih dahulu. Aku ingin bertanya beberapa hal padanya." Audrey memutuskan sambungan.

"Dan, sekarang kita tinggal menunggu, Alex." Audrey menengok sekilas kearah Alex sambil tersenyum tipis.

"O-oke, baiklah." Alex pun blushing seketika saat Audrey tersenyum tepat didepan wajahnya, kira-kira hanya berjarak lima belas senti saja.

________________________________________

Hollaa!!

Yuhuu~ aku comeback, ehe :p
Wah ga terasa story ini udah 2K+ readers, makasii💕

Sekian, makasi banyak yang udah baca story inii, jangan lupa vote juga yaa ;)

-Nao-chan

My Classmates Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang