Disini dia berada sekarang, di ruang UGD. Sementara dia di tangani oleh dokter, keempat orang kesayangannya menunggui dengan cemas di depan ruang UGD. Jika Sasuke mondar-mandir di depan UGD dan Shikamaru menatap kosong ke pintu UGD, maka Sanae menangis dalam pelukan Itachi. Ia tidak kuasa memendam kesedihannya ketika adiknya itu tiba-tiba saja drop sesaat setelah memberikan buku yang di ketahuinya sebagai diary milik Naruto. Buku bercover warna biru langit dan gambar hati itu membuat Sanae semakin menangis, ia mengeluarkan semua unek-unek dalam hatinya lewat air mata.
"Sanae-chan... jangan menangis." Itachi membelai punggung Sanae.
"A-aku sama sekali tidak menyangka Ita-kun... adikku akan meninggalkanku secepat ini." Sanae membenamkan wajahnya pada dada bidang Itachi.
"Dia tidak akan meninggalkanmu..." Ucap Itachi berusaha menenangkan Sanae.
"Hiks," Tubuh Sanae bergetar.
Lampu UGD mati, membuat keempat orang itu langsung berdiri dan menghampiri dokter yang keluar dari ruangan itu.
"Dok, bagaimana adik saya?" Sanae langsung to the point.
"Dia ingin menemui kalian semua."
Langsung saja Sanae menyerobot masuk ke ruang UGD, disusul Sasuke, kemudian Shikamaru, lalu Itachi. Sanae menerjang tubuh pucat Naruto dengan pelukan eratnya.
"N-nee..." Panggil Naruto.
"Ada apa Naru-chan?"
"Kaa-san ada disini, dia m-menungguku..."
"Tidak, kau tidak boleh pergi Naru-chan... Tidak boleh ada yang membawamu!!!" Sanae memeluk Naruto
"A-aku harus pergi nee... Kaa-san sudah menungguku." Naruto tersenyum tipis.
"Tidak!!! Aku tak akan membiarkan siapapun membawamu, sekalipun itu kaa-san!!!"
"Nee... jangan bersedih." Hibur Naruto.
Sanae menggeleng. "Kau itu adikku satu-satunya Naru-chan! Kenapa kau mau meninggalkanku hah?"
"Aku tidak meninggalkanmu nee... a-aku masih disini." Naruto tersenyum, ia membelai surai merah menyala milik Sanae. "Akh,"
"Naru-chan?" Raut wajah Sanae berubah khawatir.
"T-tenang saja nee, a-aku tidak apa-apa." Naruto melepas kalung hexagonalnya. "A-ambil ini nee, ku t-titipkan kalung ini untukmu. Jaga k-kalung itu baik-baik ya... Jika nee merindukan kaa-san a-atau diriku, nee bisa membuka laci di bawah tempat tidur kaa-san. A-ada banyak rahasia yang kaa-san s-simpan disana."
"Jangan tinggalkan kami, Naru-chan... kalung ini milikmu, aku tidak akan bisa memilikinya..." Sanae kembali menangis.
Nafas Naruto mulai terengah. "A-aku tidak akan meninggalkan kalian s-semua... aku a-akan selalu ada di hati kalian. Aku tidur dulu ya, a-aku lelah..."
"Naru-chan..." Sasuke yang sejak tadi bungkam karena air mata akhirnya bersuara. "Jangan pergi dulu..."
"Tapi kaa-san s-sudah menungguku Sasu-kun..."
"Kau boleh pergi jika kau sudah memberikanku kenangan yang akan membekas dalam ingatanku."
"K-kenangan apa itu?"
Sasuke menarik Naruto kedalam pelukannya. Ia lalu mencium bibir Naruto lamat, andai saja saat-saat seperti ini bisa ia lalui bersama Naruto di kemudian hari, pasti ia akan sangat senang. Jujur saja, ini adalah first kiss mereka berdua. Ciuman itu menyiratkan kesedihan yang dalam dan kepasrahan pada takdir. Mereka tidak bisa mencegah air mata mengalir ke pipi mereka masing-masing saat ciuman itu mulai mereka akhiri.
"Arigatou, Sasu-kun." Ucap Naruto saat tubuhnya kembali di baringkan oleh Sasuke.
"Seharusnya aku yang berterima kasih Naru-chan... aku tidak akan pernah melupakan mu." Sasuke mengecup kening Naruto.
"Akh," Naruto memejamkan matanya. "D-dimana Shika-kun? Waktuku s-sudah tidak banyak l-lagi."
"Jangan bicara begitu... aku ada disini." Shikamaru memeluk Naruto erat.
"Shika-kun, b-boleh aku meminjam keningmu s-sebentar?" Naruto menatap Shikamaru dalam.
"Tentu saja boleh." Shikamaru menatap Naruto, ia mendekatkan keningnya pada Naruto. Kecupan itu pun sukses mendarat di kening Shikamaru, sebentar tapi terasa nyaman.
"Aku tidak bisa memberikanmu sesuatu yang i-istimewa Shika-kun... s-semoga kau akan terus m-mengingatku ya.."
"Aku akan terus mengingatmu, Naru-chan..." Shikamaru menatap Naruto di tengah derasnya air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
"A-aku h-harus p-pergi... kaa-san a-akan m-marah j-jika menantiku t-terlalu lama..." Naruto tersenyum hangat. "S-sayonara m-minna..." Naruto memejamkan matanya perlahan, senyuman itu tidak lepas dari bibir pucatnya meskipun nafasnya mulai memendek. Tak berapa lama, tangan Naruto yang sejak tadi di mengelus pipi Sanae terjatuh ke samping tempat tidur dan alat pacu jantung Naruto berbunyi panjang.
"Dokter!!!!" Teriak Sanae. Ia sangat kalut sekarang.
Dokkter rawat Naruto masuk dengan tergesa ke dalam ruang UGD. "Ada apa, nona?"
"Adik saya, Naruto... selamatkan dia." Tangis Sanae pecah.
"Baiklah, silahkan anda semua menunggu di luar."
Mereka berempat menunggu di luar UGD dengan perasaan hancur. Tangisan Sanae menggema ke seluruh koridor ruangan itu. Tangisan yang menyayat hati, tangisan yang menandai ketidakberdayaan. Tak butuh waktu lama mereka menunggu, dokter itu keluar dari UGD. Tapi, dokter itu menunjukkan raut murung, tidak seperti biasanya.
"Dok, bagaimana adik saya?" Tanya Sanae di sela tangisnya.
"Maaf nona," Dokter itu menunduk.
"Maaf? Kenapa?" Sanae mulai bingung.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi mungkin Kami-sama lebih menyayanginya. Dia telah pergi..."
"Tidak!! Itu tidak mungkin!!!" Sanae menutupi mulutnya, tubuhnya bergetar hebat saat ini. "Naru-chan!!!" Sanae jatuh terduduk sambil menangis meratapi kepergian Naruto.
*****
Pemakaman hari itu terasa sangat lambat. Air mata dari para pelayat itu semakin membuat Sanae terluka. Dirinya kembali kehilangan orang yang ia sayang lagi, padahal dia sama sekali tidak menginginkan siapapun pergi darinya.
"Naru-chan... tenanglah kau disana, aku dan Sasuke pasti akan menjaga Sanae-nee dengan jiwa raga kami. Kami janji tidak akan pernah bersedih lagi... jadi, kau juga jangan pernah sedih disana ya?" Shikamaru mengelus nisan bertuliskan 'Uzumaki Naruto'. Ingin sekali dia tidak menangis, tapi apa dayanya... semua kenangan manis bersama Naruto membuat air matanya tidak bisa dibendung lagi.
"Naru-chan... terima kasih untuk segala kenangan kita. Aku tidak akan melupakanmu, untuk selamanya... aishiteru." Sasuke menempelkan keningnya di nisan itu dengan bahu bergetar. Sebenarnya dia belum bisa menerima kepergian Naruto, tapi dia harus berusaha.
Sasuke meletakkan bunga matahari itu di depan nisan Naruto, meskipun letak makam Naruto berada di bawah pohon Sakura, tetap saja dia ingin memberikan sesuatu untuk terakhir kali pada sahabatnya. Lalu setelah itu Sasuke, Shikamaru, dan Itachi menggandeng tangan Sanae untuk meninggalkan pemakaman Naruto. Mereka tidak tega melihat Sanae yang terus menangis disana.
Tanpa mereka sadari, seorang perempuan bersurai kuning dengan dress putih panjang ter senyum ke arah mereka. Perempuan itu terlihat sangat cantik, tapi tentu saja mereka tidak dapat melihatnya.
"Aishiteru minna~" Ucap perempuan itu sesaat sebelum dirinya menghilang bersama angin yang berhembus.
.
.
.
End
Huahhh, akhirnya ada yang selesai juga. Aku harap kalian semua menyukai ceritaku minna ^^
![](https://img.wattpad.com/cover/150770490-288-k145166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With(out) Me #Wattys2018 [END]
Non-Fiction"Aku harus pergi, maafkan aku jika aku pernah melukai hati atau fisikmu dan yang lain... jangan bersedih karenaku, aku menyayangi kalian semua.." . . . (inspired by the true story with the name change of the story owner to the name of the anime char...