[6]

136 30 6
                                    

...

"Statusku memang masih seorang pelajar. Tapi, aku tidak sebodoh apa yang kau pikirkan. Dan ingat, kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau dengan mudah. Kau harus melewati aku dulu. Dan aku hanya ingin mengingatkan mu saja, lebih baik kau pergi dan menyudahi semua ini sebelum aku mempermalukan mu dan membuat perusahaan mu hancur," tegas Sehun.

"Wow, lihatlah bocah ingusan ini, dia berani menantang  ku," ucap Tuan Kim dengan nada mengejek.

"Kurang ajar kau"

Bughh

Satu pukulan dari Sehun berhasil mendarat di pipi mulus Tuan Kim. Semua yang ada di dalam ruangan tersebut menatap tak percaya kepada Sehun

"Lihatlah, bahkan anak ini berani memukulku di depan banyak orang. Apakah ia pantas menjadi seorang pemimpin perusahaan Oh? Kurasa tidak, karena dia tidak punya Etika." Lagi, ucapan Tuan Kim membuat darah Sehun semakin mendidih. Namun, sekuat tenaga ia menahannya karena Sehun yakin, Tuan Kim sengaja memancing emosinya.

"Lebih baik kau duduk di kursi yang kau banggakan Tuan Oh," perintah Tuan Kim yang terdengan seperti ejekan bagi Sehun.

***

Sehun memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Ini sungguh di luar dugaannya, Tuan Kim sudah bertindak terlalu jauh dari apa yang dia bayangkan.

"Arghh," teriak Sehun sambil memukul kemudinya kencang. Tujuannya untuk saat ini hanya satu. Tempat dimana ia bisa mencurahkan semua kekesalannya

Rumah sakit
Suho.

Sehun menjalankan mobilnya diatas rata-rata, kebetulan jalanan kota Seoul saat ini sedang sepi. Mungkin karena hari sudah hampir tengah malam, di tambah lagi cuaca di luar sangat dingin mengingat ini masih musim dingin, pasti mereka lebih memilih berdiam diri di rumah dengan penghangat ruangan yang membuat siapapun merasa nyaman saat musim dingin ini. Di tambah lagi dengan selimut tebal yang membalut tubuh mereka. Tapi, itu semua tidak berlaku untuk Sehun. Meskipun cuaca sangat dingin tetapi  jiwanya seperti terbakar api.

Sehun memalkirkan mobilnya dengan secepat mungkin ia berjalan menuju ruangan sang kakak.

Seperti biasa, Sehun duduk di samping tubuh Suho yang tidak berdaya dengan alat-alat penompang hidupnya selama satu tahun ini.

"Hyung, bagaimana ini?" Sehun menggenggam tangan Suho berharap Suho membalas genggaman tangannya.

"Hyung, aku tidak bisa apa-apa. Aku ini bodoh, aku tidak bisa mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik kita hyung. Maafkan aku," tanpa di sadari, air mata Sehun sudah membasahi pipi putihnya.

***

Sehun mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuailan dengan cahaya. Ternyata, hari sudah pagi matahari mulai menampakkan sinarnya.

Sehun menatap Suho yang masih betah memejamkan matanya seakan tak ingin membukanya untuk kembali melihat dunia.

Sudah dua tahun Suho hanya tergantung pada alat penompang hidup yang menempel di badannya. Bahkan Siwon-Dokter yang menangani Suho sudah menyerahkan semuanya pada alat-alat itu.

Di tempat lain, seorang gadis dengan rambut pirangnya yang di ikat asal, dengan telaten menyiram bunga yang di tanam di halaman depan rumahnya.

Gadis pencinta bunga hias itu selalu menyempatkan diri untuk merawat semua tanamannya. Bahkan, setiap pagi sebelum pergi sekolah, ia selalu menyiram bunga-bunganya terlebih dulu.

Anertha Chastelein

Gadis berdarah Belanda yang baru dua minggu berada di Seoul itu, mengelap keringat yang ada di keningnnya, ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 artinya dia harus segera bersiap pergi kesekolah.

***

Anertha berjalan di kolidor sekolah yang masih sepi. Langkahnya terhenti saat melihat orang yang di carinya selama empat hari itu akhirnya ketemu juga. Perlahan tapi pasti, Nertha mendekati cowo janggung itu. Setelah dirasa cukup dekat, dengan lembut Nertha memegang pundaknya..

Sehun yang tengah duduk dengan earphone di telinganya kaget saat merasakan tangan seseorang menyentuh pundaknya.

Dengan gerakan cepat, Sehun mencengkram kuat tangan itu yang pasti membuat sang empunya tangan kesakitan.

"Aww, lepastin," ucap Nertha kesakitan

Sehun yang menyadari perempuan di depannya kesakitan segera melepaskan cengkramannya.

"Ngapain?" Tanya Sehun dingin

"Ini, kalung lo. Waktu itu ga sengaja ketarik waktu kita tabrakan di kolidor," jelas Nertha.

Sehun meraba-raba lehernya dan ternyata benar, kalungnya tidak ada.

"Thanks," ucap Sehun sambil menerima kalungnya kembali.

"Sehun"

Keduanya menengok kearah suara tersebut. Sehun segera bangkit dan menghampiri Chanyeol sebelum Chanyeol melihat Nertha bersamamya, karena posisi Nertha yang sedikit tertutup tubuh Sehun yang jangkung membuatnya tidak terlihat. Jika Chanyeol melihatnya pasti akan timbul gosip di satu sekolah ini.

"Apaan?" Tanya Sehun ketus setelah di depan Chanyeol.

"Hai Nertha," bukannya menjawab pertanyaan Sehun, Channyeol malah melambaikan tangannya dan menyapa Nertha.

"Ah sial, di melihatnya," lirih Sehun.

Oh namanya Nertha, ucap Sehun dalam hati.

Oh namanya Sehun, ucap nertha dalam hati.

 CALL ME MONSTER❌OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang