[12]

90 22 1
                                    

Suho menatap pantulan dirinya di cermin, sedikit merapihkan letak dasinya yang dirasa kurang pas. Dan setelah dirasa cukup, Suho mengambil tas kerjanya.

Setelah sekian lama terbaring di rumah sakit, Suho sekarang sudah kembali beraktivitas seperti biasanya. Mengantar Jaehwa sekolah, pergi ke kantor, meeting dengan client, mengurus perusahaan, dan satu yang sangat penting memantau adik tercintanya Sehun.

Sehun memang sudah besar, badan dia juga menjamin dirinya sendiri namun, pemikiran Sehun jauh dibilang dari kata dewasa. Dia masih manja, sering bertingkah seperti anak berusia dua tahun dan kadang kepribadiannya dapat berubah itu yang paling Suho awasi.

Suho kawatir akan ada korban lagi akibat ulah Sehun yang membuatnya harus berurusan dengan polisi. Berurusan dengan polisi? Sungguh membuat repot dan membuang-buang waktu.

***

Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Tapi nampaknya Sehun masih enggan beranjak dari posisi tidurnya, tidur yang sangat nyaman.

Alarm pun sudah entah berapa kali berbunyi tetap saja tidak membuatnya terusik. Mungkin dia alam mimpi sana Sehun sedang bermimpi indah sampai-sampai ia enggan membuka matanya.

"Ya, Sehun aishhh bangun kau," kesal Chanyeol sambil membuka gorden kamar Sehun.

Sinar matahari pagi yang masuk melewati celah gorden membuat Sehun mengerjapkan matanya.

"Ya, sebentar lagi aku akan berciuman dengan Nertha, dan kau mengganggu kami. Aishh sahabat macam apa kau ini Park Chanyeol,"

Chanyeol di buat diam oleh kata-kata Sehun. Apa tadi dia bilang? Ciuman?

"Ku rasa kondisi kejiwaanmu semakin buruk."

Sehun segera mendudukkan dirinya dan menatap Chanyeol tajam.

"Kau pikir aku gila, " tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ku rasa begitu," jawab Chanyeol berusaha menutupi kecemasannya.

Bagaimana tidak cemas melihat tatapan tajam Sehun, Chanyeol rasa, anak kecil pun akan langsung berlari menghampiri ibunya dan menangis karena tatapan Sehun.

"Sudahlah cepat. Aku tunggu kau di bawah." Chanyeol segera beranjak dari kamar Sehun.

Dua puluh menit menunggu, ahirnya Shun turun dengan seragam yang sudah rapi. Chanyeol menatap Sehun dengan tatapan heran.

SEORANG OH SEHUN BERPENAMPILAN RAPI? APAKAH INI MIMPI?

"Hei, kerasukan setan apa kau ini Oh Sehun? Bingung Chanyeol.

"Kerasukan?" bingung Sehun

"Tidak biasanya kau berpenampilan serapi ini. Apakah mimpi yang kau bicarakan tadi membuatmu berubah?  Itu sangat luar biasa."

"Bicara apa kau ini. Ku rasa, kejiwaanmulah yang terganggu. Ayo ikut aku."

"Ikut kau? Kemana kita akan pergi? Kita harus sekolah kau ingat ujian akan segera tiba."

"Psikiater, " Jawab Sehun.

***

Suho berjalan dengan gagahnya. Banyak karyawan yang menyapanya dan menanyakan kabar.

Suho senang dapat kembali menjalankan aktivitasnya di kantor. Sudah lama dia tidak menginjakkan kaki di perusahaan yang keluarganya bangun.

Satu tekad Suho ia akan tetap mempertahankan perusahaan ini apapun yang di hadapinya, siapapun yang menghalanginnya, ia akan tetap bertahan. 

"Selamat datang kembali Tn. Kim, saya harap kami bisa kembali bekerja sama dengan baik," Ucap Daniel rekan kerja Suho.

"Tentu saja Tuan Kang, " Balas Suho.

***

"Nertha, dengarkan aku dulu, " teriak Sehun membuat seluruh siswa siswi yang sedang berada di kolidor memusatkan perhatiannya pada Sehun dan juga Nertha.

"Aku tidak mau bertemu denganmu dulu," jawab Nertha tanpa menoleh pada Sehun.

Nertha berusaha mempercepat langkahnya agar ia dapat menghindari Sehun.

Nertha sungguh tidak habis pikir dengan ulah Sehun. Hanya karena dirinya pergi ke kantin bersama Kai yang notabenya adalah temannya sendiri, Sehun cemburu dan memukuli Kai hingga babak belur. Bahkan Nertha yakin, jika penjaga kantin tidak melerai mereka, Kai akan mati di tempat.

"Ah, sebentar humor tentang aku dan Sehun juga Kai akan menyebar di seluruh penjuru sekolah." batin Nertha.

Nertha berusaha menyibukkan dirinya dengan buku-buku referensi ujian. Tapi, pikirannya terus tertuju pada kejadian di kantin tadi.

"Ahh, sehun memang benar-benar membuat kepalaku pusing."

Nertha berusaha kembali fokus pada soal dihadapannya, namun seseorang yang duduk di sampingnya kembali membuat dirinya mengalihkan pandangan.

Nertha tidak berniat menyapa orang itu, ia berdiri dan menghampiri rak buku yang dikhususkan untuk buku-buku biologi.

"Apakah kau akan terus mendiamiku?" tanya Sehun

Nertha masih bungkam.

"Nertha, aku berbicara padamu"

Masih sama. Tidak ada jawaban.

Sehun menarik tangan Nertha hingga menghadapnya. Tanpa banyak bicara, Sehun mencium bibir Nertha membuat Nertha membelakakan matanya.

Bajingan

Nertha berusaha mendorong tubuh Sehun. Namun, tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan Sehun.

Sehun tersenyum melihat wajah Nertha yang memerah.

"kenapa wajahmu merah? " goda Sehun.

Tanpa banyak bicara, Nertha pergi meninggalkan Sehun dengan segala macam umpatan.

 CALL ME MONSTER❌OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang