Nertha mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang ada, saat ia berhasil, pandangannya seketika berhadapan dengan empat pria bertubuh besar dengan setelah baju hitam-hitam.
"siapa kalian?" tanya Nertha dengan suara bergetar. Rasa takut kembali menghantuinya, terbangun dengan disambut oleh keberadaan orang asing untuk yang kesekian kalinya tentu membuat Nertha merasa was-was.
Nertha baru menyadari jika kedua kaki dan tangannya terikat pada sebuah kursi, rasa takut semakin menjadi saat salah satu dari pria bertubuh besar itu mendekatinya.
"mau apa kamu?"
Tanpa menjawab, pria itu terus melangkah semakin mendekat. Saat jarak di antara mereka hanya tersisa satu langkah, pria bertubuh besar itu mengambil sesuatu dari balik jasnya dan seketika itu juga Nertha membulatkan matanya.
"hen..tikann,"
Darah segar mengalir membasahi pipi kanan Nertha menimbulkan rasa perih yang luar biasa.
Lelaki bertubuh besar itu memegang kuat dagu Nertha "sudah waktunya," ucap kelaki itu lirih.
Mereka meninggalkan Nertha sendirian dalam ruangan tak terurus dan tua, juga dengan pencahayaan yang terbatas. Ia tidak tahu dimana sekarang dirinya berada namun, sepertinya ia berada di sebuah gudang yang jauh dari keramaian.
Air mata tidak dapat lagi Nertha tahan, begitu sakit membayangkan kelanjutan hidupnya. Baru ia merasa sedikit lega karena keberadaan Sehun di dekatnya. Tunggu, berbicara soal Sehun, dimana lelaki itu sekarang? Seingat Nertha mereka sempat mengalami kecelakaan, apakah lelaki itu baik-baik saja?
Pikiran Nertha semakin kacau saat salah seorang dari empat pria bertubuh besar tadi kembali masuk dengan seorang lelaki yang sepertinya tidak sadarkan diri tapi,
"LAY," teriak Nertha, tangannya kini sudah bergetar hebat melihat Lay-sahabatnya dengan wajah yang penuh darah. Sungguh Nertha tidak tahu apa maksud dari semua ini, dan kenapa Lay harus ikut terseret dalam semua ini?
Lelaki yang membawa tubuh tidak berdaya Lay itu beralih menatap Nertha, seketika lelaki itu berjalan mendekat membuat Nertha kembali was-was dengan apa yang akan terjadi.
Lelaki itu membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Nertha. "habiskan waktumu dengan lelaki tak berdaya itu sebelum kau bernasib sama dengannya," lirih lelaki itu sebelum pergi meninggalkan Nertha.
Nertha berjalan tertatih mendekati Lay, ia baru sadar jika kakinya terluka dan meninggalkan darah yang sudah mengering.
"Lay," panggil Nertha dengan suara yang bergetar.
Tidak ada respon apapun dari Lay lelaki itu masih tetap memejamkan matanya.
Tangis Nertha tidak dapan ditahan lagi, ia memeluk Lay dengan air mata yang terus berlomba untuk keluar.
"Nertha," panggil Lay lirih.
"Kita harus pergi dari sini," lanjut Lay
Nertha membantu Lay duduk, lelaki berdarah Cina itu beberapa kali meringis sakit akibat luka di tubuhnya.
"apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nertha di sela tangisnya. Sungguh ia tidak habis pikir semua akan terjadi seperti ini. Jangankan berfikir bermimpi saja Nertha tidak ingin.
"Sehun."
Nertha terdiam menatap Lay, ia berusaha mencari kebohongan dari mata teduh itu.
"Sehun, di balik semua ini," lanjut Lay. Refleks, Nertha menutup mulut dengan telapak tangan dan berusaha menjauh dari Lay.
"Bohong, katakan padaku jika semua ini tidak benar. Sehun tidak mungkin berbuat seperti ini," tangis Nertha kembali pecah.
Dengan sisa tenaganya, Lay berusaha mendekati Nertha dan membawa perempuan itu kedalam dekapannya.
"Kita pergi sekarang oke, jangan nangis kita pergi bersama," pinta Lay dengan nada memohon.
Nertha hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Merasa mendapat persetujuan dari Nertha, Lay segera mengedarkan pandangannya pada penjuru ruangan tua itu, berharap mendapatkan celah untuk mereka keluar. Dan rupanya Tuhan masih berpihak pada mereka. Pandangan Lay berhenti saat melihat satu-satunya jendela.
"Naik," perintah Lay sambil membungkukkan tubuhnya agar Nertha dapat naik ke atas punggungnya.
Dengan ragu, Nertha mengikuti perintah Lay, suara ringisan kesakitan Lay kembali terdengar saat Nertha berhasil naik ke punggungnya.
Lay membawa tubuh Nertha mendekati jendela yang memang posisinya cukup tinggi.
Setelah Nertha berhasil naik, kini giliran Lay yang berusaha naik dengan menggunakan kursi yang menjadi tempat diikatnya Neetha tadi.
Tapi, belum berhasil Lay menaiki kursi itu, suara pintu terbuka mengalihkan fokusnya dan tanpa di duga, sebuah tembakan berhasil mengenai dadanya dengan sempurna.
Suho, dalang dibalik penembakan itu hanya tersenyum sinis melihat Lay yang perlahan kehilangan kesadarannya.
Lay tewas di tempat, dan di saksikan oleh Nertha secara langsung.
Nertha yang menyaksikan itu, membulatkan matanya. Menatap Lay dan Suho secara bergantian.
Kembali Nertha di buat terkejut saat melihat kedatangan Sehun dengan eskpresi santainya seolah apa yang dilihat oleh lelaki itu hanyalan patung manusia.
"Apakah dia mati?" tanya Sehun dengan entengnya
"kau periksa sendiri saja," perintah Suho.
Dengan pasti, Sehun mendekati Lay yang dipenuhi darah. Sehun meletakkan dua jarinya pada nadi karotis Lay dan seketika senyuman tercetak di wajahnya yang tampan.
"dia mati, hyung," lapor Sehun.
"Apakah kau ingin pergi bersamanya juga, sayang?" pandangan Sehun beralih pada Nertha yang masih berada belum bergerak dari tempatnya.
"bunuh aku jika kau mau, bunuh aku Oh Sehun," ucap Nertha dengan bergetar.
"itu emang keinginanku, kau tunggu waktu yang tepat saja, nikmati hari-hari terahirmu sebelum kau menyusul sahabat tak berguna mu ini Anertha," ucap Sehun seraya pergi meninggalkan tempat pengap itu.
................................................................................................................................................
Part selanjutnya ending ya.