Kau tidak layak hidup Anertha Chastelein
~Oh Sehun~
........................................................................
Kini Nertha hanya dapat menangis dan meminta pertolongan pada Tuhan, ia tidak pernah menyangka orang yang diam-diam sudah mulai ia cintai sekejam itu sampai membunuh Lay tepat di hadapannya. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Nertha membayangkan kejadian beberapa jam lalu.
Tubuh lay yang sudah mulai kaku tepat di hadapannya, bahkan mereka tak sedikitpun memindahkan mayat Lay.
Pintu kembali terbuka sosok tinggi dengan wajah yang tidak pantas disebut pembunuh itu muncul dengan seringainya. Perlahan tapi pasti, Sehun mendekati Nertha.
Melihat Sehun semakin mendekat, Nertha berusaha mundur hingga ahirnya sebuah meja di sudut ruangan itu menghentikan pergerakannya. Keringat dingin kembali membasahi tubuh Nertha, semakin Sehun mendekat, semakin kuat juga cengkraman tangannya masa meja itu.
Sehun berhenti beberapa langkah didepan Nertha, dengan satu tangan didalam saku celana bahan yang dikenakannya. Ia menatap Nertha dan Lay secara bergantin seperti sedang merencanakan sesuatu.
"Bagaimana perasaanmu, apakah kau takut?" tanya Sehun yang tidak mendapatkan jawaban dari Nertha.
Sehun kembali maju satu langkah, "Aku tahu kalian sudah berteman sejak kecil bukan?" lagi, tidak ada jawaban dari Nertha.
Dengan pasti, Sehun kembali memajukan langkahnya, "Apakah kau ingin bersamanya juga di neraka sana?"
"Kau, kau yang seharusnya menempati neraka itu, bukan Lay!" jawab Nertha dengan menekankan kata-katanya.
Sehun hanya tersenyum dan kembali menatap Lay dan Nertha secara bergantian.
"Apakah kau yakin dengan ucapan mu itu Nertha?"
"Tentu, kau pembuhun, dan kau pantas berada di tempat itu,"
"Pembunuh? Kurasa ada yang salah disini," Sehun tersenyum.
Seketika suana menjadi hening, baik Sehun ataupun Nertha tidak ada yang membuka suara untuk kembali berdebat. Hingga, seseorang menghampiri mereka.
"Hyung, dia bilang aku adalah pembunuh," adu Sehun saat melihat Suho berjalan mendekat.
"Beritahu dia siapa yang pembunuh disini, Oh Sehun,"
Sehun mendudukkan dirinya meja yang menjadi penahan tubuh Nertha agar tidak terjatuh.
"Baik, akan aku ceritakan,"
Tuan Oh berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri kolidor kantornya, ia sudah membuat janji dengan istrinya, mereka akan makan malam diluar, beberapa karyawannya menyapanya dan itu semua diabaikannya. Sungguh, ia sudah hampir telat untuk menjemput istrinya.
Tuan Oh, mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata untungnya malam ini jalanan Seoul tidak seramai biasanya jadi ia dapat dengan cepat sampai di rumah.
Setibanya dirumah, seperti biasa Nyonya Oh akan menyambutnya dengan hangat. "Dimana anak-anak?" tanya Tuan Oh yang tidak mendapatkan kehadiran Sehun dan Suho seperti biasanya.