[16]

77 14 8
                                    

"Hentikan!"

Mendengar perintah dari tuannya, pria bertubuh besar itu menghentikan aktifitasnya.

Suho memasuki kamar tempat Nertha di kurung. Tatapannya tidak lepas dari manik mata Nertha, seolah menyiratkan dendam yang selama ini dipendamnya pada keluarga Nertha.

Nertha kembali menatap Suho dengan penuh kebencian. Ia yakin jika Suho lah dalang di balik semua ini.

"Lepaskan aku," pinta Nertha setengah meringis menahan perih di telapak kakinya.

"Bersihkan lukanya, dan jangan beri dia makan sampai besok, lepaskan saja ikarannya dan jangan sampai lengah Mike," perintah Suho yang di angguki pria bertubuh besar itu.

Tanpa mengucapkan apapun, Suho pergi meninggalkan kamar tersebut.

Setelah kepergian Suho, pria bertubuh besar yang Nertha ketahui bernama Mike itu segera melepaskan ikantan pada setiap pergelangan kaki dan tangannya.

Nertha semakin meringis saat menggerakkan kakinya yang masih mengeluarkan darah.

Mike mengambil kota P3K yang sudah tersedia di kamar itu dan segera membersihkan luka yang dibuatnya pada pergelangan kaki Nertha.

"Siapa pria tadi? Apakah kau berkerja untuknya? Apa yang dia inginkan dariku?"

Pertanyaan yang di lontarkan Nertha sama sekali tidak mendapat jawaban.

"Selain bodoh, kau juga tuli rupanya," Nertha tersenyum.

"Berhentilah bertanya. Dan lagi, berhenti mengataiku bodoh. Kau tidak menyadari betapa bodohnya dirimu? Bercerminlah, di cermin besar sana dan lihatlah seberapa bodohnya dirimu Anertha."

Nertha terpaku mendengar perkataan Mike. Sebodoh itukah dirinya? Sungguh, Nertha tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.

Mike merekatkan plester pada kasa yang membelit pergelangan dan punggung kaki Nertha. Setelah membereskannya, ia segera beranjak pergi.

"Mike," panggil Nertha menghentikan langkah Mike yang sudah sampai di ambang pintu.

"Emm, bisakah aku meminta air? Aku sangat haus," pinta Nertha dengan yakin.

Tanpa mendengarkan ucapan Nertha, Mike segera berlalu dan kembali mengunci pintu kamar Nertha.

Nertha melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju sofa. Ia tidak menyangka pemandangan di balik jendela kamarnya sangat Indah menghadap langsung ke taman bunga dengan kolam kecil di tengah-tengahnya yang di hiasa air mancur.

"Aku rasa hidupku sudah tak lama lagi, dasar penculik kejam minta minum saja tidak di dengar," gerutu Nertha kesal karena sudah menahan haus sejak semalam.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Mike masuk dengan nampan segelas jus mangga dan beberapa makanan.

"Aku pikir kau itu manusia tidak berperasaan," ucap Nertha sambil menerima nampan itu.

"Cepat habiskan, jangan sampai ada yang melihat aku akan terkena masalah nanti."

Dengan semangat, Nertha menghabiskan semua makanan yang di bawa Mike.

***

Sehun terus memutar-mutar jari telunjuknya di cangkir berisi coklat panas kesukaannya. Saat ini, ia sedang duduk di salah satu cafe dekat sekolahan yang tentunya di temani oleh Chanyeol dan Kai.

"Ohh, came on Sehun, kau sudah seperti mayat hidup. Ayolah ada masalah apa kau ini? Jangan membuat kami bingung," akhirnya setelah berjam-jam hening Kai memberanikan diri memulai pembicaraan.

"I'm fine."

"Jika kau baik-baik saja, tidak mungkin kau seperti ini. Cerita saja kita ini sahabatmu kan?" kesal Kai.

"Meskipun kalian sahabatku, tidak semuanya bisa kuceritakan pada kalian. Aku juga mempunyai privasi," Suara Sehun mulai meninggi membuat Chanyeol yang sedari tadi diam menjadi penengah sebelum masalah semakin besar.

"Sudahlah Kai, jika dia mau dia juga akn cerita. Aku harus pergi Rose sudah menunggu ku."

Setelah kepergian Chanyeol, membuat suasana menjadi hening kembali. Tidak ada yang memulai percakapan hingga akhirnya Kai memilih pergi karena ia baru ingat jika ia sudah mempunyai janji dengan Krystal. 

"Tinggalin aja Aku sendiri. Katanya sahabat dasar bullshit."

Sehun menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. Tatapannya bertemu dengan seseorang yang membuatnya semakin naik pitam.

Sekarang ini Sehun sangat ingin menghabisi Lay tapi, ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak melakukannya dulu. Ia harus sabar demi rencananya.

Sehun bangkit dari duduknya dan meninggalkan uang beberapa won, ia harus segera pergi sebelum emosinya semakin naik.

***

Setelah menghabiskan makanannya, Nertha kembali duduk memandangi taman di luar sana. Ingin rasanya ia turun dan berjalan-jalan di taman itu pasti sangat menyenangkan.

Rintik-rintik air mulai turun, membuat Nertha semakin engga untuk beranjak dari tempatnya. Pemandangan seperti inilah yang membuatnya nyaman. Karena dengan begini, ia akan mengingat kenangan bersama kedua orang tuanya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Meskipun hidup seorang diri, Nertha tidak pernah kesulitan untuk masalah ekonomi karena mendiang orang tuanya meninggalkan harta serta perusahaan yang cukup terkenal di Seoul.

Dan sekarang, ia harus menghadapi cobaan yang sulit untuk di lalui. Bagaimana bisa ia keluar dari tempat ini. Tidak ada satu orang pun yang bisa ia mintai pertolongan.

Nertha seketika bangkit saat menyadari sesuatu, tanpa sengaja matanya melihat ponselnya tergeletak begitu saja di atas nakas. Ia bisa keluar dari sini secepatnya. Ia barus menyadari jika para penculik itu tidak membawa ponselnya.

Dengan segera, Nertha mengambil ponsel tersebut dan berusaha menyalakannya tapi, usahanya tidak membuahkan hasil. Ponselnya mati, mungkin karna sejak kemarin tidak di charge.

Dengan pasrah, Nertha membantingkan tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamar.

"Apa yang harus aku lakukan, Ayah, Ibu bantu Nertha." ucapnya lirih.

 CALL ME MONSTER❌OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang