"Kimi wa ... nan no tame ni tatakau?" (Kau ... untuk apa bertarung?)
Kalimat yang sama yang selalu bergema di kepalaku. Selalu saja begini jika darah orang lain sudah mengotori tangan dan senjataku. Panas, amis, berkeringat, semua itu bercampur hingga menimbulkan bau busuk.
"Nakama no tame na no ka?" (Demi temanmu?)
Tidak. Tak ada yang namanya teman. Semua makhluk hidup ditakdirkan sendirian. Dengan begitu, aku bisa menari dengan bebas sambil bermandikan darah iblis yang sekarang ini sedang beradu nyawa denganku.
"UGH__ AGH!"
Andramelech terluka parah. Sayapnya tercabik-cabik dan sumber kekuatan yang ia peroleh sudah sepenuhnya kuputus. Kuberjalan pelan terbungkuk dan sempoyongan sambil menggenggam dua wakizashi ini. Berlumuran darah dan bermata dingin ... seolah-olah semua yang telah terjadi saat ini hanya sekedar hiburan.
"Mo-monster!"
Tep ... tep ... tep...
"UGHUK!!"
Selangkah, dua langkah, Andramelech sepertinya ingin berdiri lagi untuk melawan. Dia agak kesulitan meregenerasi luka-lukanya. Kulihat dia mengacungkan pedangnya ke Cecilia.
"Lebih dekat lagi__"
Dada kanan Andramelech tertebas cukup dalam hingga hampir membuatnya terbelah. Pedangku ini sudah dirancang untuk menjadi lebih kuat jika semakin banyak darah yang membasahinya. Kandungan zat besi yang menempel di mata pedang ini akan semakin mempertebal ketajamannya hingga 0.5 mm ... tapi aku membutuhkan sekitar 150 ribu orang untuk setiap setengah milimeter itu.
"Hhhh... "
Sayangnya dia menghindar hingga ayunan pedangku menyobek dinding batu ini. Pedang di tangan kiriku hampir saja menyayat leher Cecilia jika saja aku tidak segera membelokkan ayunannya. Selaput jantungnya sedikit robek dan sesaat patung ini bergetar kembali.
"Jadi begitu. Fakta bahwa Ersis telah tewas itu karena kau. Mesin pembunuh berwujud manusia ... haus akan pertumpahan darah layaknya monster. Tak punya belas kasihan dan simpati layaknya iblis ... hasrat membunuh yang tidak manusiawi."
Luka-lukanya sembuh dengan cepat, tapi sayapnya tak kunjung pulih. Dia mengambil kuda-kuda serta mengangkat pedangnya setinggi bahu dan bersiap untuk maju. Dia melesat sangat cepat. Bukan aku, tapi dia megincar Cecilia yang ada di belakangku.
"Selesai sudah, manusia!!"
Maaf saja, tapi....
"Switch!"
"HU?"
"Hmph!"
Cecilia yang tadinya di dalam jantung berpindah posisi dengan Rey yang ada di luar. Seketika saja Rey melompat keluar dari jantung dan memukul Andramelech hingga dindingnya hampir jebol. Meski sempat menangkis, tapi aku yakin kalau dia menerima damage yang lumayan parah.
"Lama tidak bertemu, Andramelech! Sepertinya kau sehat-sehat saja." Rey memandang Andramelech rendah.
"Maou ... Satan!"
Hm? Aku baru tahu kalau Rey itu adalah Satan. Ternyata begitu. Pantas saja dia bersikap tenang dan santai ketika di Istana Kebencian. Maou Satan? Menurutku itu keren.
"Maaf menunggu. Ini titipan dari Levia untukmu."
Rey melemparkan sebuah katana ungu padaku, tapi aku tidak menggubrisnya. Kubiarkan katana itu jatuh di lantai.
Tep....
"Korosu... "
Tep....
"Korosu... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuro no Hikari [Lost to Other World]
FantasíaComplete ✔ Biasanya, anak SMA yang normal akan mengalami kisah kehidupan yang umumnya terjadi. Baik itu masalah sehari-hari, atau masalah eksternal yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Namun, itu tidak terjadi pada seorang remaja yang satu ini...