"Sudah kenyang?" tanyaku kepada Phiena.
"Hm!"
"Kubilang apa? Susu setetes saja sudah cukup kan?"
"Hhhh.... "
Dalam beberapa jam saja, kami berdua sudah sangat akrab seperti sudah berteman sejak lama. Oh ya! Aku membayar makanan dengan sistem barter menggunakan arlojiku. Sederhana, tapi bisa makan sepuasnya. Situasi yang cukup menyenangkan bagiku.
"Lalu sekarang kau mau bagaimana?" tanya Phiena.
"Entahlah mungkin aku,..." kalimatku terhenti begitu melihat sebuah brosur bergambar dua orang yang sedang bertarung tergeletak di depanku. Aku memungutnya lalu mencoba membacanya. "Oi,Phiena! Ini bacanya bagaimana?"
Phiena kemudian membacakan tulisan di brosur selebaran itu. Aku seperti orang bodoh yang bahkan tidak tahu caranya membaca dan menulis. Namun, mereka semua berbicara bahasa Jepang yang sehari-hari menjadi bahasaku. Bagaimana bisa ya? Lupakan saja lah! Ini juga bukan dunia tempatku dilahirkan dulu.
Ingin mengukur kemampuan Anda? Berpartisipasilah dalam turnamen "DEAD OR LIFE" yang di selenggarakan pada tengah hari nanti! Pemenang akan mendapat hadiah uang senilai 2500 keping emas dan penghargaan sebagai "WILD GLADIATOR". Bagi para petarung harap berkumpul di aula utama untuk menerima instruksi dan pengarahan. Tertarik mencobanya?
"Oh, jadi begitu. Pemenang akan dapat 2500 gold. Kalau begitu aku ikut!"
"Oi, kau yakin? Lawanmu itu para petarung terbaik di negeri ini loh!"
"Lalu kenapa? Kau pasti khawatir kalau aku nanti mati ya?"
"Masa bodoh dengan kematianmu! Aku hanya mengingatkanmu kalau lawanmu itu bukan sembarangan orang. Kau pasti tidak tahu mereka itu siapa saja, kan?"
"Kau sendiri juga tidak tahu, kan?" Aku berjalan memasuki tempat yang lebih mirip Colloseum ini.
Phiena hanya memandangku dengan tatapan mengejek dan sesekali bergumam yang intinya menyangkut tentang kebodohanku ... mungkin. Akhirnya sampailah kami di aula utama setelah berdesakan dengan peserta lain. Cukup banyak–sangat banyak malah yang ikut turnamennya. Seseorang berjalan menuju podium untuk memberikan arahan seputar pertandingan dan beberapa peraturannya.
Meski sudah berdesakan, aku selalu terdorong mundur karena badanku kalah besar dengan mereka. Ya sudahlah, kutinggal tidur saja di jendela besar saat Phiena kusuruh mendengarkan instruksinya.
"Oi Phiena, terbanglah ke atas lalu dengarkan instruksinya seksama! Setelah itu, jelaskan kembali padaku semua yang dia ocehkan itu."
"Lalu kau sendiri mau ke mana?"
"Tidur."
"Seenaknya sendiri memerintahku."
"Anggap saja terima kasihmu karena sudah kutraktir tadi."
Aku mengacuhkan Phiena yang protes. Kupejamkan mataku lalu tak lama setelah itu, aku sudah terlelap tidur di jendela besar di sebelah kanan aula menghadap ke arena.
***
Beberapa saat kemudian.
"Kirito! Oi, Kirito bangun! Mau sampai kapan kau tidur?" Phiena mengguncang-guncangkan wajahku.
"Hm? Sudah selesai instruksinya?"
"Payah! Pertarungan sudah dimulai sejak tadi!"
"Hoooaaahhhmmm...."
Jujur aku masih sangat mengantuk hingga aku hanya sanggup membuka mataku setengahnya. Kemudian, Phiena berceramah panjang lebar tentang pertandingan yang instruktur jelaskan tadi. Yang kulakukan hanyalah mendengarkan ceramahnya tanpa fokus, yang berarti adalah pikiranku masih belum kembali dari alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuro no Hikari [Lost to Other World]
FantasiComplete ✔ Biasanya, anak SMA yang normal akan mengalami kisah kehidupan yang umumnya terjadi. Baik itu masalah sehari-hari, atau masalah eksternal yang tak ada hubungannya dengan dirinya. Namun, itu tidak terjadi pada seorang remaja yang satu ini...