(11)

24.7K 2.7K 79
                                    


Sekar begitu bersemangat masuk ke dalam rumah kalau saja ia tak menggandeng tangan Najwa mungkin saat ini ia sudah berlari dengan sangat kencang. Suara riuh tawa Reyhan terdengar dari luar. Jantung Sekar berpacu layaknya lari marathon, berdebar dengan sangat kencang walau ia sudah melihat Reyhan berkali-kali tapi rasanya tetap saja menakjubkan.

Tampak Reyhan duduk bersama Rossy. Mereka sedang menyusun piring di atas meja makan. Putra Sekar itu semakin hari semakin terlihat amat tampan. Garis besar wajahnya memang milik Sekar namun ada beberapa detail seperti warna mata dan hidungnya yang mancung lebih dominan ke arah Rega.

"Eh... mbak Sekar udah datang". Tangan Sekar yang semula terangkat ingin memeluk seketika kaku, hatinya seperti tersengat listrik mendengar Reyhan menyebutnya mbak bukan ibu atau mamah. Sekar sadar diri perannya hanya sebagai seorang Kakak. Tangannya yang masih diam kaku ia turunkan untuk mengelus kepala Reyhan.

"Kenapa pulang telat mbak?". Tanya Reyhan penuh antusias.

"Biasa kerjaan kantor banyak". Pemandangan wajah murung Sekar disadari Rossi. Ia tahu betapa sulitnya Sekar menahan diri untuk tidak memeluk putranya, rasa sakitnya ketika Reyhan memanggilnya kakak. "Kenapa mereka bisa disini buk?".

"Yashmin pendarahan, bayinya bisa bertahan tapi dia harus bedrest jadi anak-anak dititipkan disini supaya dia gak kecapekan".

"Kenapa, mbak Sekar gak suka Reyhan disini!?". Ibu senang sekali nak, kamu disini,di rumah ibu.

"Ya nggak lah, kamu kan tukang ngabisin makanan. Kulkas mbak nanti pasti kosong pas kalian dateng". Jawab Sekar setengah bercanda sambil menoel hidung mancung Reyhan. Hidung mancung warisan dari Regan, kenapa ia jadi ingat si brengsek itu?

"Tuh kan bude, mbak Sekar ngatain Reyhan habisin makanan padahal nggak kan bude?". Reyhan setengah merajuk memonyongkan bibirnya, meminta pembelaan Rossi.

"Nggak ngabisin gimana, tuh perut kamu buktinya, gendutan". Tunjuk Sekar pada perut Reyhan yang berlemak. " Ini pipi apa bakpao?". Dengan gemas Sekar mencubit pipi milik putranya.

"Nggak, kata papah aku gagah kayak gatotkaca". Ucap Reyhan membela diri. Kata papahnya dia gak gendut, badannya tegap khas laki-laki gentle.

"Mana ada Gatotkaca gendut kayak kamu, yang ada Gatotkaca nya gak bisa terbang". Dengan gemas Sekar malah menggelitiki perut Reyhan sampai dia geli dan berlari menjauh.

"Tuh kan bude! Mbak Sekar ngejek aku lagi". Rossi hanya bisa tertawa melihat keduanya walau pemandangan itu begitu memilukan, Sekar yang tak bisa menyebut Reyhan Anaknya dan Reyhan yang tidak bisa memanggilnya ibu. Biarlah seperti ini dulu sampai waktunya tiba.

"Kar, besok kamu ajak Reyhan sama Najwa jalan-jalan ya?". Saran Rossi untuk mendekatkan mereka dan dijawab iya dalam hati oleh Sekar.

"Yee..Asik besok kita jalan-jalan". Najwa yang paling senang mendengar hal itu kemudian disusul Reyhan yang loncat-loncat kegirangan.

"Ih siapa yang mau ajak kamu jalan-jalan, han?? Mbak ajak Najwa doank. Habisnya kamu kalau diajak jalan-jalan suka ngabisin duit mbak". Reyhan yang Melompat-lompat tiba-tiba berhenti lalu menghampiri Sekar.

"Aku ngikut pokoknya, disana aku bakal makan makanan mahal -mahal biar mbak bangkrut". Lidah Reyhan menjulur keluar sebelum berlari naik tangga. Sekar tersenyum, hanya mainan dan makanan mahal bagi Sekar tak ada artinya dibanding kegembiraan Reyhan. Bahkan seluruh dunia ini kalau perlu akan ia beri asal Reyhan mau kembali ke pelukannya.

🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦

Saat pulang ke rumah Rega dikejutkan dengan satu suara tangis bayi yang menggema di ruang tamu. Mamahnya bawa anak siapa??.

Rahasia Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang